Arstel#10

5.9K 249 0
                                    

------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

------------

Stela berjalan dengan langkah yang begitu pelan. Ia tidak menyangka dengan perjodohan yang akan terjadi malam ini. Matanya berlinang, "Hah, Ayah masih saja memikirkan tahta keluarga tanpa memikirkan orang lain." gumamnya.

Gadis ini menatap ponsel-nya, untuk melihat jam di layar utama. Jam menunjukkan pukul 9 malam, ini masih terlalu sore jika ingin pulang ke rumah. Stela tak ingin melihat sahabatnya khawatir atas apa yang terjadi malam ini.

Stela melemparkan tubuhnya ke atas rumput-rumput dengan posisi terlentang. Langit malam kini sedang menatapnya, serta angin malam yang ikut bersua.

Tak lama, seorang pria datang mendekatinya, lalu melempar selimut tebal tepat di atas wajah Stela.

"A-apa ini?" seru Stela, lalu menarik selimut yang menutupi wajahnya. Ia mendongak, menatap Arthur yang sudah ada di sebelahnya.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Arthur.

Stela berdecik, "Ck, aku yang harusnya bertanya padamu tuan. Apa yang sedang kau lakukan di sini? Mengikutiku? Pergilah. Aku sedang tak ingin di ganggu."

"Tutupi tubuh mu dengan selimut itu. Aku tak ingin melihat kau sakit, karena ku." ujar Arthur.

Stela mengernyitkan alisnya, "Apa maksud mu karena mu? Kau tak melakukan apa-apa. Kalau pun aku sakit, apa peduli mu."

Arthur merubah posisinya menjadi duduk, "Jika bukan karena mendengar kata perjodohan tadi, kau tak akan pergi dari rumah Ayah mu." balas Arthur, "Aku menerima perjodohan ini, karena aku tak ingin membantah Ayah ku. Dan, perlu kau tau. Jika yang dilakukan mereka adalah yang paling benar." lanjut Arthur.

"Apa maksud mu paling benar? Aku masih sangat muda untuk menikah dengan laki-laki tua seperti mu!"

Arthur melemparkan pandangan yang begitu dingin, "Apa kau pikir aku mau di jodohkan dengan gadis seperti mu? Aku menyukai gadis dengan tubuh yang tingginya lebih dari 170 cm dan sexy. Bukan seperti mu." balas Arthur.

"Aghhhhrr, berhenti menghina ku! Apa kau merasa paling sempurna dengan tubuh mu yang sangat tinggi itu? Tidak! Kau tampak seperti ikan julung-julung." ujar Stela, lalu pergi meninggalkan Arthur.

Arthur terkekeh, senyuman manis Arthur terukir sangat indah di wajahnya. Ia menoleh kebelakang, menatap kepergian Stela dengan senyuman yang masih terpasang jelas.

"Tidak, Stela. Kau adalah gadis yang selama ini ku cari. Bersiaplah untuk menerima perjuangan ku, Ny. Arthur."

------------

--S t e l a ' s H o u s e.

"Hah, bagaimana caranya aku bisa menembus pintu itu tanpa di ketahui oleh Fiola dan Alice." gumam Stela, "Sebentar, mengapa aku jadi bingung seperti ini? Ini adalah rumah ku!" ujarnya.

Stela membuang kasar nafasnya, ia perlahan melangkah masuk ke pintu masuk rumahnya. Tangan Stela perlahan meraih gagang pintu, lalu membukanya.

Mendengar suara pintu yang terbuka, Fiola dan Alice yang berada di dalam serentak menoleh ke arah sumber suara itu. Stela melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

Fiola dan Alice yang melihat ke datangan Stela, bingung. Fiola menatap jam dinding, sedetik kemudian ia kembali menatap Stela.

"A-apa semuanya baik-baik saja?" tanya Fiola.

"Tentu! Aku sangat senang bertemu dengan mereka malam ini." balas Stela, dengan senyum palsunya.

Alice mengernyitkan alisnya, "Apa kau yakin? Dari wajahmu begitu tampak jika kau sedang tidak baik-baik saja, Stela."

"Kemarilah." perintah Fiola, lalu Stela mendekati mereka berdua.

Stela melempar pelan tubuhnya ke atas sofa ang sangat lembut, ia melentangkan kedua tangannya dengan kepala yang menghadap ke langit-langit rumahnya.

"Seharusnya aku harus lebih peka dengan situasi ini sebelum sampai di sana. Ini benar-benar mengecewakan, uang-uang-uang! Apa tidak ada hal lain? Hah, mengapa banyak sekali orang mau mengorbankan apa pun demi uang dan menaikan jabatan." gerutu Stela.

"Apa maksud mu? Bisakah kau mengatakannya dengan jelas, kami tidak mengerti." balas Fiola. Stela menubah posisi duduknya, ia kini menghadap ke arah kedua sahabatnya.

"Aku di jodohkan dengan Arthur Ricard." ujar Stela.

Alice dan Fiola menatap Stela dengan mulut yang mengaga, "Ayolah! Mengapa kalian mengeluarkan ekspresi wajah seperti itu?!" seru Stela.

"Apa kau tau alasan sebenarnya tentang perjodohan ini?" tanya Alice, lalu Stela hanya menggelengkan kepalanya.

Alice memutar malas matanya, "Ck, aku sudah menduganya. Kau harus mencari tau alasannya terlebih dahulu, baru kau nanti simpulkan ke depannya harus bgaimana."

"Alice benar. Dan satu hal lagi, mengapa kau tak mau di jodohkan dengan Arthur Ricard?" timpal Fiola.

Stela memanyunkan bibirnya, "Dia bukan tipeku."

"Gila. Sepertinya, kau memang memiliki kelainan." balas Alice.

Stela menghentakkan kakinya, "Ah, aku tak ingin menikah dengan om-om tua itu!" desah Stela.

Selamat malam & selamat membaca.

Arthur Ricard || [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang