Arthur Ricard

8.7K 376 4
                                    

------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

------------

Laki-laki dengan tubuh tinggi semampai berderap memasuki sebuah gedung yang memiliki 5 lantai. Beberapa pegawai yang ia lewati merunduk hormat kepadanya. Namun, tak ada balasan sedikit pun darinya. Ia begitu terlihat sangat dingin dan arrogant.

Laki-laki itu menghentikan langkahnya tepat di depan ruangan miliknya, "Kenapa kau terus membuntutiku? Apa ada hal yang ingin kau katakan?" tanya laki-laki itu dingin.

Wanita yang berperan menjadi sekretaris sekaligus mantan kekasihnya itu sedikit gemetar, "Sebenci itukah kau kepadaku? Apakah kita tak bisa memperbaiki semua ini?"

"Clarysta, apa kau tau? Kau terlihat begitu murahan di mataku. Selingkuh, lalu ingin kembali melanjutkan hubungan denganku? Dasar wanita tak tahu malu." ucapnya.

Tubuh Clarysta benar-benar membeku, "Kau benar-benar tidak punya hati! Aku akan keluar dari perusahaanmu ini! Dasar laki-laki gila!" balasnya.

Laki-laki itu membalikan tubuhnya, lalu membungkuk menatap wanita yang sedang berada di depannya itu sekarang.

"Apa kau lupa siapa aku? Arthur Ricard, pemilik perusahaan terbesar di kota ini. Bahkan, aku sangat berterima kasih kepadamu sudah berencana untuk meninggalkan perusahaan ini. Silakan pergi, jika kau lupa pintu keluar akan aku beri tahu. Ada disana. Semoga tidak tersesat."

Wanita itu mengepal geram tangannya mendengar ucapan Arthur barusan. Wajahnya seolah tertampar beribu-ribu kali. Rasanya kakinya tak kuat lagi untuk berdiri tegak.

Arthur Ricard , laki-laki dengan tinggi 187 cm. Berpenampilan dingin dan datar. Laki-laki ini adalah Ceo di Ricard Enterprise. Arthur adalah anak kedua dari dua bersaudara.

"Arthur, ada apa dengan Clarysta? Aku melihatnya menangis dengan wajah yang sangat merah." tanya Aloysius, kakak kandung dari Arthur Ricard.

"Aku hanya ingin memberinya pelajaran saja. Ahh, aku benar-benar ceroboh, tidak memikirkan perasaannya terlebih dahulu sebelum mengatakan sesuatu." balas Arthur dengan rasa khawatir.

Aloysius memberikan minuman bersoda kepada Arthur, "Apa kau masih marah kepadanya karena masalah perselingkuhan kemarin?"

Arthur meneguk hampir setengah dari isi minumannya, "Iya, kak. Aku sangat tak menyangka. Wanita yang selama ini aku percaya ternyata mengkhianati ku. Rasanya tidak masuk akal, tapi ini nyata."

"Apa kau masih mencintainya?"

"Entahlah. Yang jelas, saat ini aku sangat kecewa kepadanya." jawab Arthur.

Aloysius menuangkan kembali minuman bersoda ke dalam gelasnya, "Sudah aku katakan, mencintai seseorang tidak perlu berlebihan. Karena yang berlebihan itu akan berakhir perih."

"Kau benar. Aku sangat menyesal tidak mendengarkanmu kemarin." jawab Arthur, lalu meminta Aloysius untuk menuangkan minuman ke dalam gelasnya.

"Pengecualian, kau boleh mencintai seseorang dengan kadar yang berlebih jika seseorang itu yang lebih dulu mencintaimu." Arthur mengernyitkan dahinya bingung, "Apa maksudmu?" timpalnya.

Aloysius tersenyum, "Pada intinya, jika seseorang lebih dulu mencintaimu tanpa tau siapa dirimu, pertahankan. Dan balas cintanya dengan kadar yang berlebih. Tidak masalah, kau akan bahagia."

Arthur berpikir sejenak, "Aku mengerti maksudmu. Tapi, wanita seperti itu sangat sulit untuk di temukan. Dan, aku rasa sudah tidak ada wanita yang hanya memandang diriku tanpa pekerjaan ku."

"Kau baru melihat beberapa wanita di sekitarmu, belum sepenuhnya. Memang, mereka sangat istimewa. Maka dari itu mereka di anggap spesies langkah di dunia ini." jawab Aloysius.

Aloysius Ricard, laki-laki yang berusia 40 tahun. Ia sudah memiliki satu istri dan dua anak. Ia benar-benar panutan bagi Arthur, sifat dewasa dan adilnya Aloysius membuat ia sempat menjadi rebutan bagi para pegawai untuk menjadikannya bos. Namun, ia memilih untuk fokus menjadi suami dan ayah yang baik untuk keluarganya.

Arthur Ricard sebenarnya laki-laki yang sangat baik dan lembut, tergantung dengan siapa ia berhadapan. Ia akan menjadi lebih jahat jika berhadapan dengan orang yang jahat, dan ia akan jauh lebih baik jika berhadapan dengan orang baik.

Arthur berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Ia melangkah keluar dari perusahaan dan menyuruh Aloysius untuk mengatur perusahaan sampai ia kembali.

"Aku ingin menghirup udara segar di taman. Tapi, sebelum itu aku akan mengisi perut ku terlebih dahulu." gumam Arthur.

----------

Arthur berhenti di depan restoran kecil yang terlihat begitu sederhana. Namun, ia tidak mempersalahkan hal itu dan memutuskan untuk segera turun dari mobilnya.

Ia melangkah masuk ke dalam restoran, lalu berjalan menuju kursi kosong yang berada di sudut restoran. Tak lama, seorang gadis mendekatinya dengan senyum yang sangat manis.

"Selamat siang tuan, mau pesan apa?"

"Aku ingin memesan makanan dan minuman favorite disini." jawab Arthur dan menatap sejenak gadis itu.

"Baiklah, tuan!"

Limabelas menit kemudian,

"Ini, tuan. Apa ada yang lain?"

"Tidak perlu. Terima kasih, " Arthur menatap nametag yang tertancap di celemek gadis itu, "Stela." lanjutnya.

Selamat malam, dan selamat membaca.

Arthur Ricard || [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang