Arstel#4

7.1K 330 0
                                    

----------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------

Gadis ini menyebrang, lalu melompat kecil mengikuti alunan musik yang keluar dari earphone yang ia gunakan dengan begitu semangat. Sesekali, ia bernyanyi dengan nada yang tidak karuan.

"....balkeun biccirado doelkka bwa--" nyanyiannya terhenti, ketika ia melihat laki-laki yang sedang berdiri di pinggir danau dengan tatapan kosong.

"A-pa yang sedang laki-laki itu lakukan di malam yang sunyi ini?!" gumamnya dengan mata yang semakin pekat menatap laki-laki itu.

Hanya tersisa satu kilan lagi untuk laki-laki itu bertahan di daratan. Perlahan, Stela mendekati laki-laki itu. Tak jauh dari tempatnya melangkah, laki-laki itu sudah dulu menoleh dan menatap bingung Stela.

Laki-laki itu mengernyitkan alisnya, "Stela? Apa yang kau lakukan di sini?"

Matanya membulat, "T-tuan Arthur? Apa itu benar kau? Apa yang kau lakukan di pinggir danau ini?" tanya Stela pada intinya.

"Aku hanya ingin menghirup udara segar di sini." jawab Arthur.

Dengan rasa berani, Stela menarik tangan Arthur menjauh dari pinggir danau, "Tuan sebaiknya mencari tempat lain untuk menghirup udara segar."

"Apa kau memiliki hak atas segala pilihan ku, Stela?"

Stela mendengus, "Justru aku disini untuk menolongmu, tuan. Tak apa, jika kau punya masalah dan tidak memiliki teman untuk berbagi, tenang, aku bisa menjad--" Arthur menutup mulut Stela dengan cepat.

"Kenapa kau berisik sekali? Apa kau pikir aku berdiri di sini untuk mengakhiri hidupku? Bukankah begitu?"

Stela mengangguk dengan cepat, "Dasar gadis bodoh, apa kau gila? Untuk apa aku harus mengakhiri hidupku sedangkan hidup dan duniaku sangatlah berarti." ucap Arthur dengan nada yang sedikit kasar.

Stela mengernyitkan alisnya, "Tampaknya kau sedang marah kepada seseorang, aku dapat membacanya. Hmm, Terserah kau mau menganggapku apa, tuan. Tapi yang jelas, kedatanganku kesini hanya ingin membantumu saja. Permisi." ucap Stela, lalu pergi meninggalkan Arthur.

Arthur hanya dapat diam menatap tubuh Stela yang perlahan menghilang karena di tutupi kabut malam.

------------

-----Rumah Stela🏠

"Alice, apa kau sudah menghubungi Stela? Mengapa sampai jam segini dia belum sampai ke rumah juga?" Fiola melempar satu kaleng minuman ke arah Alice dengan pelan.

"Entahlah. Sepertinya dia sedang lembur malam ini."
jawab Alice, lalu membuka minuman kaleng yang barusan Fiola berikan.

Fiola mendengus, "Dia hanya bekerja di sebuah restoran kecil, mana mungkin ada kerja lembur!" ujarnya.

Tak lama, Stela berjalan dengan tatapan kosong. Raut wajahnya menampakkan rasa kecewa di campur dengan kesal.

"Hei, Stela! Apa kau tadi di bentak oleh boss-mu lagi? Mengapa kau tampak begitu murung?" ujar Fiola, lalu menyambut hangat Stela. Dan, Alice menarik kursi-nya mendekat ke arah Stela.

Stela mendengus pelan, "Mengapa orang-orang selalu memandang ku sama? Mereka memandang ku gadis kecil yang ceroboh dan bahkan bodoh."

Fiola dan Alice saling melempar pandangan, "Apa aku tampak sangat buruk? Padahal, aku sudah berusaha untuk menjadi gadis yang pintar." lanjut Stela.

"Apa ada orang yang menyakitimu, Stela? Siapa dia? Beritahukan pada kami." ucap Alice lantang.

"Arthur Ricard." ucap Stela.

Fiola menatap Stela, "Apa yang laki-laki itu katakan padamu sampai kau begini?"

"Aku melihatnya berdiri di pinggir danau. Aku pikir dia akan mengakhiri hidupnya, makanya aku bergegas mendekat, lalu menarik tangannya. Tapi, laki-laki itu justru berkata jika aku adalah gadis bodoh yang tak memiliki akal." jelas Stela tanpa jeda.

"Aku rasa Arthur sedang tidak ingin di ganggu." jawab Alice.

"Iya. Atau mungkin dia memang sedang sangat marah saat itu." timpal Fiola.

"Aku paham. Tapi, apa harus kemarahan di balas dengan kemarahan? Aku tau jika ini hanyalah masalah sepele. Tapi, itu benar-benar membuatku sedikit kesal. Karena, aku membenci orang seperti itu." jawab Stela.

"Kau membenci orang yang memarahimu?" tanya Alice.

Stela memutar malas matanya, "Bukan itu maksudku, Alice." Alice dan Fiola mengernyit, "Lalu?" ucap mereka serentak.

"Aku hanya kesal pada orang yang ketika sedang marah, ia tak bisa mengontrol emosinya. Sampai orang yang tidak tau apa-apa pun ikut kena imbasnya." jelas Stela.

"Hm, ya. Aku mengerti. Sudah, tidak usah terlalu kau pikirkan." Fiola mengosok lembut pundak Stela.

Stela mendengus kesal, "ya." jawabnya singkat.

------------

Arthur tampak begitu gelisah, "Apa yang tadi aku katakan pada gadis kecil itu? Arthur, kau benar-benar bodoh! Mengapa kau selalu mengatakan hal bodoh tanpa memikirkannya terlebih dahulu? Wajahnya tadi benar-benar berubah ketika kau mulai mengatakan hal bodoh itu padanya."

Ia terus berjalan bolak-balik dengan rasa khawatir. Ia sangat takut jika nanti, Stela merasa tersinggung dengan apa yang ia katakan.

"Besok, aku akan menemuinya dan meminta maaf padanya." gumam Arthur.

Selamat malam dan selamat membaca.

Arthur Ricard || [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang