Arstel#15

4.4K 195 4
                                    

---------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---------------

"Hei, apa kau tak bisa memperlambat langkah mu?" tanya Arthur, yang berjalan dengan sedikit cepat mengejar Stela.

Stela menghentikan langkahnya, "Apa ada masalah dengan langkah ku, tuan Arthur?"

Arthur memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, "Bukankah, kau terlihat lebih pantas berada di sampingku, nyonya Stela?" ia sedikit merunduk, lalu tersenyum manis. Ah, senyum itu benar-benar tak hilang dari bibir Arthur, di tambah tatapan yang begitu dalam membuat Stela sedikit membeku tak bisa berkutik.

Stela membeku dan segera mengalihkan pandanganya, "Hah, berhenti menatapku seperti itu! Apa kau pikir aku akan tersentuh? Tidak." ketusnya.

Arthur kembali menegakkan tubuhnya, "Bahkan aku tidak mengatakan apa-apa saja kau sudah berpikir sampai kesana. Ah, aku mengerti sekarang." gumamnya.

"Apa maksudmu?!"

Arthur melipat kedua tangannya, "Apa mungkin sebenarnya kau memang tersentuh dan terkagum dengan ketampananku ini? Makanya, kau berkata seperti tadi untuk menutupi rasa itu. Ah, iya-iya aku paham sekarang."

Stela mengernyitkan alisnya, "K-kau ini!" geramnya.

Arthur meletakkan telapak tangannya tepat dipucuk kepala Stela, lalu mengelusnya perlahan.

"Bahkan, ketika kau marah saja kau tampak begitu menggemaskan." ucapnya pelan.

Mata Stela membulat sempurna, "Hum? "

"Lupakan. Sekarang, mari kita pergi bekerja." Arthur merangkul pundak Stela sepanjang perjalanan.

-------------

Ricard's Enterprise

"Dimana Arthur?" tanya Clarysta dengan mengenakan gaun merah yang membuat dirinya terlihat sangat anggun.

Seorang karyawan mendekat, "Sudah 2 hari Tuan Arthur tidak ke Perusahaan." jawabnya.

"Benarkah? Hah, lihat laki-laki itu setelah putus dari ku malah menjadi CEO yang tak bertanggung jawab. Baiklah, Apakah ada masalah dengan Perusahaan ini?" tanya Clarysta seolah masih ada hubungannya dengan perusahaan.

Aloysius melipat tangannya dan menatap tajam Clarysta dari ujung kaki hingga ujung kepala, "Apa kau tak malu?" ucapnya.

Clarysta menoleh, "Hai Kakak ipar, apa kabarmu? Bag--"

"Berhenti bersikap seolah kau masih berhubungan dengan Arthur. Perlu kau tau, Arthur tidak berada disini karena ia sedang menghabiskan waktu dengan calon Istrinya." tegas Aloysius.

"Calon Istri? Apa maksudmu?" wajah Clarysta tampak memerah.

"Jika kau ingin tau lebih jelas, pergilah ke A'cléy Restaurant." jawab Aloysius.

Clarysta menatap Aloysius tak percaya, "Apa yang aku dengar barusan tidak salah? Restoran kecil dan kumuh seperti itu? Apa yang Arthur lakukan disana? Lunch ? Oh, god. Arthur memilih Wanita yang salah, Wanita seperti itu tidak cocok dengannya!" seru Clarysta.

"Siapa kau? Perlu kau tau, jika Stela lebih berkelas dari padamu, Clarysta." ucap Aloysius, lalu meninggalkan Clarysta dengan tatapan tajam dari karyawan yang sedang bekerja disana.

"Apa?! Berhenti menatapku seperti itu, lanjutkan saja pekerjaan kalian!" seru Clarysta. Ia segera meninggalkan kantor dengan rasa malu yang ditanggungnya.

Clarysta membanting pintu mobilnya, "Sialan! Aku benar-benar di permalukan! Hah, Stela? Dari namanya saja sudah terdengar seperti nama orang kelas bawah. Jika benar, beraninya dia mengambil Arthur dariku."

Clarysta mengigit jarinya, "Apa aku harus ke Restoran itu? Tapi, jika ada yang melihatku disana, image ku bakal turun. Ah, aku tidak peduli. Huft, baiklah aku akan pergi kesana untuk memastikan."

-------------

A'cléy Restaurant.

"Bisakah kau bekerja dengan benar? Dari tadi kau selalu saja melakukan kesalahan!" teriak Stela geram.

"Hei, bagaimana aku bisa jika kau saja tidak mengajarkan apa pun kepadaku." jawab Arthur.

Anton menggelengkan kepalanya, "Kau mengatakan hal semacam itu kepada Arthur? Apa kau merasa jika pekerjaanmu selalu benar?"

"Ya! Apa kau tidak bisa memujiku sebentar saja di hadapan laki-laki ini?! Ah, kau membuatku malu. Padahal aku ingin terlihat seperti senior yang baik dan patut di contoh." seru Stela.

Arthur tertawa puas, "Bahkan dia lebih cereboh, tapi berkata seolah dia paling benar." gumam Arthur.

Stela memukul Arthur, "Aku masih bisa mendengarmu!"

Anton tersenyum manis. Sedetik kemudian Clarysta berjalan memasuki Restoran itu.

"Sel--Selamat datang, Nyonya Clarysta.." ucap Anton gugup.

Dengan cepat Arthur menoleh ke belakang, menatap Clarysta kaget.

"Apa gadis kumuh itu yang membuatmu menjadi seperti ini?" ucap Clarysta.

Stela yang mendengar hal itu segera menjawab, "Maaf, siapa gadis kumuh yang kau maksud?" tanya Stela.

Clarysta menyeringai, "Kau masih bertanya siapa? Bukankah sudah jelas jika aku menatap mu saat aku mengatakan gadis kumuh."

Stela mengepal tangannya, "Beraninya kau mengatakan aku gad--" belum selesai berbicara, Arthur dengan cepat mendekap mulut Stela dengan tangannya yang besar.

"Pergilah, aku tidak ingin melihatmu." ucap Arthur dingin.

"Kau lebih memilih gadis itu daripada aku, Arthur? Ayolah, sadar. Kau tidak pantas berada di samping gadis itu, kau hanya pantas jika bersamaku!" seru Clarysta.

Arthur menyeringai, "Apa katamu? Lebih pantas bersamamu? Apa kau tidak malu? Kau tidur dengan laki-laki lain di hotel saat masih berhubungan denganku, dan kau masih berkata jika aku lebih pantas bersamamu?" ucap Arthur.

Stela terus memberontak dan berusaha melepaskan tangan Arthur yang mendekapnya. Melihat Stela yang terus memberontak membuat Arthur menarik tubuh Stela dan memeluknya.

"Diamlah, sebentar saja." bisik Arthur.

Mata Stela membulat sempurna, jantungnya berdetak dengan sangat cepat.

"Apa dia merasakan detak jantungku yang begitu cepat ini?" batin Stela.

Selamat malam, dan selamat membaca!

Arthur Ricard || [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang