Arstel#16

3.6K 195 2
                                    

------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

------------

"Stela?" Arthur merunduk sedikit menatap Stela.

Stela mencungak, "Hum?" balasnya dengan mulut yang masih didekap oleh Arthur.

Arthur tersenyum begitu manis, "Bagaimana bisa aku tahan melihat gadis imut seperti mu?" tanya Arthur.

Clarysta berdecik, "Hei, apa kau tidak menganggapku ada?"

Arthur melempar tatapan dingin kepada Clarysta, "Sudah aku katakan bukan? Pergilah, sebelum aku yang menendangmu keluar dari sini." serunya.

Semua mata menatap Clarysta dan Arthur karena perdebatan yang mereka buat.

"Maaf jika tidak sopan, tapi kau mengganggu. Pergilah.." ucap Laurent, "..sejauh mungkin." lanjutnya dengan nada yang pelan.

"Ya! Aku masih bisa mendengarmu dari sini!" balas Clarysta.

"Dia benar, kau memang sangat menganggu." bela Arthur.

Clarysta mendekati Stela yang masih dalam bekapan Arthur, "I will come back to see you, bitch." ucapnya pelan dengan tatapan yang begitu tajam, lalu pergi meninggalkan Resto.

Arthur melepaskan tangannya, lalu menatap Stela.

"Kau seharusnya juga pergi dari sini, tuan." ucap Stela.

"Apa maksudmu?" Arthur mengernyitkan alisnya.

Stela menyeringai, "Kau masih bertanya? Apa kau tidak sadar dengan apa yang baru saja terjadi? Kau tak mendengar ancamannya?"

"Kau takut padanya? Benarkan? Bukankah kau gadis yang pemberani?" balas Arthur.

"Dia mencintaimu, dan dia akan melakukan segala cara untuk mendapatkanmu termaksud membunuhku. Aku tidak ingin itu terjadi, kau tau? Setelah kau datang di kehidupanku, aku benar-benar merasa kacau, dan sekarang? Aku di ancam oleh pacarmu padahal aku tidak ada hubungan apa-apa denganmu." seru Stela dengan nada yang sedikit tinggi.

Arthur hanya diam menatap mata Stela yang sudah di penuhi dengan kemarahan, ia tak bisa menjawab Stela.

"Pergi sekarang, kau sungguh menggangu! Kau ingin pergi sendiri, atau aku yang akan menendangmu keluar dari sini?" lanjut Stela dengan kesal.

Arthur menghela nafasnya, ia melepaskan celemek yang ia kenakan, lalu diletakkan di atas kursi tamu, setelah itu ia pergi dari Resto tanpa mengeluarkan satu kata pun.

"Are u okay, Stela?" Anton merangkul tubuh Stelah layaknya seorang Ayah yang sangat mencintai putrinya.

"i'm not good." balas Stela.

"Kau tak perlu khawatir, aku akan selalu ada untukmu dan terus menjagamu. Hubungi aku jika ada sesuatu hal yang terjadi, aku akan segera datang dan membunuh siapa saja yang berani mengganggu Putriku!" ucap Anton, lalu memeluk Stela dengan tubuhnya yang besar.

"Terima kasih, Ayah." balas Stela dengan senyuman dan air mata.

Anton melepaskan pelukannya, "Baiklah, sekarang kau pulang saja. Aku tidak ingin dalam kondisimu seperti ini akan menuruni penghasilanku hari ini." ucap Anton.

Stela tertawa, "Baiklah, aku akan kembali besok dengan suasana hati yang sangat baik!" balas Stela.

Semua teman-teman kerja Stela memberikannya semangat, agar Stela dapat menjalankan semua masalah yang terjadi.

Di sepanjang perjalanan, Stela melangkah lebih lambat dari pada biasanya, ia membuang kasar nafasnya lalu menatap langit. Sedikit peregangan tubuh mungkin bisa menenangkannya, batin Stela.

"Sebuah keberuntungan datang kepadaku." ucap seorang wanita yang berada di belakang Stela.

Stela membalikkan tubuh, lalu ia memutar malas matanya ketika melihat Clarysta yang sudah melipat kedua tangan di depan dada dengan tatapan yang begitu tajam mengarah ke Stela.

"Apa yang kau mau?" tanya Stela dingin.

Clarysta tersenyum, "Apa kau tidak malu? Lihat, siapa dirimu! Dasar wanita tidak tahu diri, berusaha mendekati Arthur supaya dapat menguasai hartanya, bukankah begitu?"

"Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengan laki-laki itu, bahkan aku pun baru saja mengenalkan selama satu minggu. Jadi, ku harap kau mengerti dan berhenti mengusik hidupku." jawab Stela.

Clarysta berdecik, "Bukankah kau Calon istrinya? Bisa-bisanya Tn. Ricard memilihkan Arthur wanita tak berpendidikan seperti ini."

PLAK

Tangan Stela mendarat di pipi Clarysta, ia mengepal geram tangannya berusaha menahan diri agar ia tidak memukul wajah Clarysta hingga babak belur.

Mata Clarysta membulat, ia begitu terkejut ketika mendapatkan tamparan dari seseorang untuk yang pertama kalinya.

"B-beraninya kau?!" teriak Clarysta dengan tatapan yang begitu marah.

Stela menyeringai, sedetik kemudian ia meninggalkan Clarysta begitu saja tanpa mengeluarkan satu kata pun.

Clarysta menatap tajam punggung Stela yang perlahan menjauh, "Tunggu pembalasanku, Stela!" gumamnya.

"Apa yang akan kau lakukan kepadanya?"

Tubuh Clarysta gemetar, ketika ia mendapatkan Arthur yang sudah berdiri tepat di sebelahnya, "A-apa yang sedang kau lakukan?" ucapnya gugup.

"Aku hanya ingin memberimu peringatan, jangan pernah kau menyakiti Stela jika kau tak ingin aku sakiti. Jika kau berani melakukan hal bodoh itu hanya untuk mendapatkanku,maka aku juga akan melakukan hal bodoh untuk melindungi Stela, termaksud membunuhmu." ucap Arthur, sedikit mengancam.

Clarysta membeku tak dapat berkata apa-apa.

Selamat malam & Selamat membaca🥰

Arthur Ricard || [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang