Arstel#3

7.9K 382 0
                                    

------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

------------

Arthur mulai menyeruput kuah sup yang ada di depannya. Ia bergumam heran, "Hum? Enak sekali sup ini." lanjutnya.

Ia memutarkan matanya mencari pemilik restoran kecil itu. Stela yang sedang menghantarkan makanan kepada pembeli lain, "Stela? Kemari." ujarnya.

Stela merunduk sopan, "Selamat menikmati hidangan kami." ucapnya, lalu mendekati Arthur.

"Apa ada yang bisa saya bantu, tuan?"

"Bolehkah aku bertemu dengan pemilik restoran ini?"

Stela mengangguk ragu, "Tentu, tuan." lalu, ia berlari menuju ke dalam ruangan sempit yang berada di dekat mesin kasir.

"BAPAK!!!!" teriak Stela dengan sangat kencang.

Anton menatap Stela bingung, "Ada apa? Kau menjatuhkan ponsel-mu ke dalam sup lagi?"

"Tidak, kali ini aku baik-baik saja di dapur. Kedatanganku ke sini untuk mengatakan, jika laki-laki yang berada di pojok sana mencarimu." ucap Stela, lalu menunjuk Arthur dengan jari telunjuknya yang kecil.

Anton menatap ragu Stela, "Apa kau yakin tidak melakukan kesalahan hari ini?"

Gadis ini menutup setengah wajahnya dengan nampan yang terbuat dari kayu, "Sepertinya, aku meragukan hal itu."

Anton mendengus kesal, "Kau ini!" bentaknya.

Laki-laki paruh baya ini berjalan mendekati Arthur perlahan, dengan Stela yang membuntuti dari belakang.

"Apa kau pemilik restoran kecil ini?" Arthur melempar pandangan datarnya kepada Anton.

Tubuh Anton seketika membeku menatap laki-laki yang berada di depannya itu, "A-apa kau anak d-dari tuan Ricard? Ah, kau A-arthur Ricard." bibir Anton bergetar dengan sangat hebat.

Arthur menyeringai, "Baguslah jika kau mengenaliku."

Stela hanya berdiri diam dan masih menutup setengah wajahnya dengan nampan kayu yang ia bawa dari dapur.

"Siapa yang memasak makanan ini?" tanya Arthur.

Pertanyaan Arthur membuat kaki Stela lemas.

"Kau mencari gara-gara dengan orang yang salah, Stela!" bisik Anton yang membuat Stela semakin dihujani rasa takut.

"Aku sedang bertanya, mengapa kalian tidak menjawab?"

Stela meletakkan nampan kayu-nya tepat di atas meja Arthur, lalu ia merunduk.

Arthur mengernyitkan alisnya, "A-ada apa denganmu?"

"Maafkan saya, tuan. Saya terlalu ceroboh! Tolong, ampuni saya. Saya akan mengganti sup ini dengan sup yang berbeda dan rasa yang lebih menjanjikan." Stela menarik sup yang berada di hadapan Arthur.

Dengan cepat Arthur menahan pergelangan tangan Stela, "Apa kau yang memasak sup ini?"

Mata Stela membulat, lalu ia perlahan menatap wajah Arthur, "I-iya, tuan."

"Ini sangat enak! Aku kagum padamu." ucap Arthur.

"Hum?"

"Iya, mengapa kau tampak heran?" tanya Arthur, masih dengan jari yang melingkari pergelangan tangan Stela.

"Ah, maaf tuan." Stela menarik tangannya.

Arthur melepaskan pergelangan tangan Stela, "Maafkan aku."

"Iya, tuan. Sebelumnya, terima kasih telah memuji dan menikmati masakanku dengan baik." ucap Stela, lalu merunduk hormat.

Anton merunduk, "Saya sangat senang jika anda menikmati masakan Stela dengan baik."

"Apa gadis kecil ini anakmu?" tanya Arthur.

"Bukan, tuan. Namun, aku telah menganggapnya seperti anak ku sendiri." jawab Anton.

Arthur mengangguk paham, "Baiklah, silakan kembali bekerja. Maaf, jika saya meresahkan kalian."

"Tidak masalah, tuan." Stela dan Anton serentak merunduk hormat kepadanya, lalu pergi untuk kembali melanjutkan pekerjaan mereka.

"Stela. Gadis yang unik." gumamnya, lalu melanjutkan makan siangnya.

Di dalam dapur, Stela meletakkan nampan dengan sangat kasar ke atas meja panjang yang terbuat dari baja ringan.

"Hei! Ada apa denganmu? Mengagetkan saja!" seru Syadila yang sedang membersihkan beberapa daging.

"Apa kalian mengenal siapa Arthur Ricard?" tanya Stela, mendadak semua yang berada di ruangan itu menghentikan pekerjaan mereka.

"Apa kau tidak mengenalnya? Kau memang gadis yang sangat tidak masuk akal." ujar Laurent.

"Arthur Ricard, anak kedua dari pemilik Ricard enterprise. Perusahaan Ricard sedang menduduki peringkat pertama perusahaan terkaya di kota ini selama 2 tahun berturut-turut." jelas Mika.

Stela melipat kedua tangannya, "Begitukah? Mengapa aku tidak mengetahui hal ini? Padahal, ayahku adalah seorang pemilik Cadmael enterprise." gumamnya.

"Kau telah melarikan diri selama 9 tahun lamanya. Dan selama kau tinggal bersama mereka, kau masih terlalu kecil dan belum mengerti tentang hal semacam itu." jawab Syadila.

"Kau benar." timpal Stela.

------------

Pukul, 19.00 p.m. A'cléy Restaurant, Jakarta.

Lampu demi lampu yang menyinari restoran itu di matikan oleh Stela dengan penuh semangat. Gadis itu lalu membalikan papan yang tergantung di pintu menjadi tulisan Close.

"Selamat malam semuanya!" Stela melambaikan kedua tangannya dan berlari dengan penuh semangat menuju ke arah rumahnya.

"Rasanya aku ingin sekali melihatnya menangis." ucap Laurent.

"Ya, kau benar. Gadis itu selalu terlihat begitu ceria meski jauh dari orangtuanya." timpal Syadila.

Selamat malam, selamat membaca!

Arthur Ricard || [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang