44. I'am Sorry

126 21 0
                                    

❝Aku menyesal karena tak pernah mempercayaimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Aku menyesal karena tak pernah mempercayaimu. Maafkan aku. Aku bukan orang baik yang pernah kau nilai di dalam diriku. Namun satu pintaku untukmu. Jangan pernah kau membenciku.❞



HAPPY READING ♡

Cepat-cepat aku memunguti banyak sampah yang berceceran, dan membersihkan tulisan spidol tersebut, menyekanya dengan alkohol.

Agak sulit aku menggosoknya, karena bekas tulisannya masih membekas di loker. Tapi tak apa-apa, pokoknya jangan sampai Jaemin melihat isi lokernya, bahkan membaca kalimat-kalimat yang tak pantas itu.

Baiklah, sudah selesai. Kemudian, aku tinggal menaruh surat ini di loker laki-laki itu.

"Ra!!"

Aku terperanjat dan langsung menutup loker tersebut ketika ada orang yang memanggil namaku cukup keras. Ternyata itu Mina dan Nakyung.

"Ngapain lo ke lokernya Jaemin?" tanya Mina heran.

Raut wajahku berubah bingung. "Aa-enggak, nggak apa-apa, emm... kalian ngapain ke sini?"

"Cariin lo lah, ternyata di sini," sahut Nakyung.

Aku mengangguk-angguk saja. "Oooh..."

"Ayo ke lapangan basket." Mina menarik lenganku, menyeretnya menuju ke lapangan.

.

.

Ada beberapa murid yang sedang asyik bermain basket dan lumayan banyak juga murid lain yang menonton.

"Lihat! Mark ganteng banget! Keren pula mainnya!" seru Mina girang sambil bertepuk tangan.

"Iya ih, Renjun juga ganteng!!" Nakyung kegirangan melihat Renjun mengurai poninya ke atas saat keringat membasahi.

"Ra! Lo nggak nyorakkin Jeno?" tanya Mina, "liat tuh Jeno keren banget main basketnya, dia kan ketua club."

Aku bergeming, diam saja memandangi Jeno yang masih bermain basket. Dia mengoper bolanya kesana-kemari, lalu melemparkannya. Tapi sayangnya, lemparan Jeno meleset jauh dari ringnya.

Bola itu melayang ke arah sosok lelaki yang sedang berjalan santai dengan headset yang menyumpal di kedua telinganya. Itu Na Jaemin. Aku tercengang melihatnya. Takut kalau bola basket itu melayang keras mengenai kepala Jaemin.

Tapi sepertinya tidak. Baiklah, ini bukan seperti sinetron lain yang hanya bolanya meleset mengenai kepala orang lain. Malahan Jaemin menangkap bola basket itu dengan sempurna. Syukurlah.

Our Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang