51. Want to Kill

99 24 1
                                    

Drookk!! Drrokk!!








"BUKA PINTUNYA!!"



Drookk!!




"Bukak!!!"




Daaarrr!!



Gelap, gentar dengan keadaan seperti ini. Sekujur tubuh Tifanny gemetaran hebat, bersembunyi di dalam kamar anaknya, sedangkan pintu luar masih diketok keras oleh suaminya yang sudah kelewat gila.

"Dia bukan ayahku, dia juga bukan suami yang baik buat mama."

Mengingat ucapan anak tunggalnya. Sepertinya memang benar. Mengapa dari dulu Tifanny tak pernah percaya pada anaknya sendiri?

Lihat, sekarang keadaannya semakin kacau dan rumit. Dahi dan pelipisnya sudah dibanjiri oleh keringat ketakutan. Suaminya membawa benda tajam dan sekuat tenaga ia bisa saja mendobrak pintu tersebut. Dan... membunuhnya.

BRUAKK!!


"Di sini kamu rupanya!"

"AAAA!!"



Pyarr!!





Pintu berhasil di rusak, dengan cergas Tifanny membogem kepala pria itu dengan lampu tidur hingga benda itu hancur, beling berceceran di mana-mana.

Segera tungkai kakinya berlari pergi. Tapi sayangnya, Minho mencengkeram erat pergelangan kakinya, membuat Tifanny ambruk dan memberontak kuat.

Reaksi Minho hanya bisa menahan rasa sakit di kepalanya. Tangan kekarnya yang mencengkram erat pergelangan kaki istrinya, kemudian menariknya sekeras mungkin membuat wanita itu menjerit.

Dia menyeret kaki istrinya ke arah balkon. Namun dengan sisa tenaga Tifanny, ia mencoba bangun dengan kedua kakinya mencak-mencak dan langsung menendang pria itu hingga tersungkur.

Posisi Tifanny bangkit bangun, napasnya menggebu tak karuan, jantungnya pun berdegup kencang dan gemetaran.

Atmosfer berubah suram, kilat menyambar-nyambar sontak membuat pandangan menjadi kabur.

Minho tak tinggal diam, dia langsung mencengkeram dagu wanita itu hingga badannya terbentur keras ke dinding. Mengangkat dagunya, tatapan mata Minho sangat tajam dengan urat nadi yang kentara di sudut lehernya.

"M-minho... lepaskan aku..." desak Tifanny.

Senyum miring terukir di wajahnya. "Sepertinya, aku harus mengakhiri hidupmu lebih dulu sebelum anakmu itu."

Tifanny tercekat mendengarnya.

"Leeeppasiin!"

Duk!!

Kepala Tifanny berdenyut keras ketika pria itu membenturnya kuat ke dinding.

Tak ada pilihan lain. Tifanny langsung mendorong pria itu, namun jari-jari panjang pria itu beralih mencengkeram baju bagian pinggang Tifanny, membuatnya tak lepas.

Sampai Tifanny terus mendorongnya hingga Minho kedesak.

Pyaarrr!!


Kaca jendela pecah. Posisi Minho beralih ke belakang hingga tubuh Tifanny terjengkang ke lantai. Lalu, Minho menendang wanita itu agar badannya jatuh ke bawah halaman rumahnya.

"MINHO!!"

Brengsek! Tifanny tak mampu menahannya. Tenaganya terkuras habis. Dia hanya bertahan, berpegangan pada cagak besi setelah pria itu berhasil menendang, mendorong tubuhnya ke bawah.

Our Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang