"Kamu mau ikut aku?" kata Jaemin yang berdiri dari duduknya. Menoleh padaku dengan senyum tipisnya.
"Ke mana?" tanyaku tanpa menoleh ke arahnya, karena aku masih berkutat membaca buku novel.
"Istirahat sama aku. Yuk." Dia langsung menggandeng tanganku, membuatku tercekat diiringi tolehan cepat ke arahnya."Eng–gak," tekanku langsung melepaskan genggamannya. "Istirahat aja sendiri."
Jaemin menghela napas pendek, menatapku yang masih asyik dengan buku bacaan. Buat apa aku istirahat bersama lelaki aneh? Seperti dia tak ada teman lain saja yang diajak istirahat, selain aku.
"Nara! Istirahat kuy!" seru Mina, datang ke bangkuku, beserta Nakyung ikut menghampiri.
"Hmm, hayuk," jawabku, tersenyum lebar. Lalu menutup bukuku dan memasukkannya ke dalam tas, kemudian beranjak berdiri. Sebelum itu, aku sempat bertukar pandang dengan Jaemin yang raut wajahnya tampak. Kasihan.
Tak ada kata sama sekali dariku kepada Jaemin, Mina dan Nakyung langsung menarik tanganku, dan menyeretnya keluar kelas. Ya, mau bagaimana lagi? otomatis aku tak bisa menolak kalau sahabatku yang mengajak. Kalau aku mau saja diajak istirahat sama laki-laki, daripada temanku sendiri, nanti dikira tidak peduli. Rumit.
"Nara, gimana perasaan lo sebangku sama Jaemin? Seneng, kan? Pasti hati lo berbunga-bunga."
Ini lagi si Mina. Sudah beberapa kali dia membahas tentang lelaki aneh itu? Apa tidak ada hal yang menarik untuk dibahas, selain lelaki aneh itu? Memang dasar. Untung dia teman baikku, coba kalau tidak? Lama-lama aku staples juga mulutnya.
"B aja," jawabku, mengedikkan kedua bahu.
"Masa iyaa?" tanya Nakyung yang coba ingin menggodaku.
Astaga, apalagi?!
"Kalian apa-apaan sih? Udahlah jangan bahas dia." Akhirnya aku mendengus kesal. "Eh! Kalian tau namanya Lee Jeno?" tanyaku, membahas topik lain.
"Tau. Dia tuh anak kelas unggulan dua, tetangga sama kelas kita. Dia juga anak ketua klub basket. Euuh! Pokoknya dia keren banget lah," jelas Nakyung.
"Wah! Hebat juga! Seriusan?!" ucapku girang dan tak sangka, "terus anaknya kayak gimana?" Karena aku anaknya selalu penasaran, jadi aku tanya-tanya terus sampai ke akar-akarnya.
"Kenalan lebih dalem lagi sono, biar tau," celetuk Mina, lalu menyengir.
Aku menghela napas berat. Mungkin benar apa yang dia katakan. Tapi bagaimana caranya aku bisa mengenal Jeno lebih dari sedekat itu?
Sesampainya di kantin, aku melihat Mina membeli dua botol minuman dingin. Masa iya, dia sangat dehidrasi.
"Minuman satunya buat siapa?" Aku mulai bertanya.
"Ini buat gue, dan satunya gue kasih buat Mark. Dia biasanya sering main basket sama komplotannya," terang Mina, lalu membayar jajannya pada ibu kantin.
Aku mengangguk paham. Tapi... sejak kapan sahabatku jadi perhatian dengan Mark Lee?
"Ada yang berantem woy!"
Kami bertiga langsung tercekat, dan saling pandang heran saat mendengar kata ‘berantem’ dari salah satu murid laki-laki. Murid-murid pada berlarian mendatangi anak yang sedang berantem tersebut. Kemudian, aku dan kedua temanku langsung mengikuti jejak ke mana murid lain itu pergi.
"LO BERANI SAMA GUE?!"
Bugh!
Bugh!
Menuju ke area lapangan yang luas. Murid-murid pada heboh dan ternganga tak sangka melihat kegaduhan tiga laki-laki menghantam satu orang yang entah aku tak mengerti apa permasalahannya.
Hei. Sepertinya aku kenal sama mereka. Bukankah itu Hwang Hyunjin? Felix, dan Changbin. Tiga laki-laki itu satu kelas denganku, aku tahu itu. Ya, aku sedikit hafal dengan wajah dan nama murid di kelasku, walau tidak seberapa banyak.
Di sana, Mark dan Jeno datang menghampiri orang yang tengah berantem. Mereka berdua berusaha melerai aksi tiga lelaki itu yang masih tak berhenti memukuli anak orang, namun Mark dan Jeno urung, tak bisa melerai tiga anak itu karena salah satu dari mereka telah mengamuk seperti gorilla. Terutama Hyunjin.
Samar-samar aku memandang mereka yang bergaduh dari kejauhan. Ketiga laki-laki itu agak merenggang, memberi jarak setelah berkerumun memukul habis-habisan korban tersebut. Sorot mataku mengarah langsung pada sosok laki-laki yang tersungkur di tanah dengan tubuhnya yang banyak memar dan tak berdaya. Jaemin?!
Aku terbeliak seraya menutup mulut dengan kedua tangan yang hampir saja memekik. Tidak mungkin, apa salah Jaemin sampai-sampai dia dibaku hantam dengan mereka?
"SINI LU!" Hyunjin menarik kerah seragam Jaemin, membuat posisi anak itu berdiri lemah. Kemudian, Hyunjin langsung meninju rahangnya sehingga anak itu terjungkal lagi. Dan, di ujung bibirnya pun mulai mengeluarkan cairan merah pekat.
Murid-murid masih menyaksikan pertengkaran dengan raut wajah khawatir, bahkan ingin menolongnya pun tak berani, karena di antara mereka ada yang bilang, ‘kalau Hyunjin di sekolah ini disebut sebagai raja pembully yang creepy’. Betulkah? Lantas, kenapa Jaemin hanya diam saja? Kenapa dia tidak membalas orang yang telah menghantamnya habis-habisan.
"HYUNJIN! HENTIKAN!"
Hyunjin sama sekali tak merespons teriakkan Mark yang sudah membendung emosinya di ujung ubun-ubun dengan urat nadi yang kentara di sudut lehernya. Hwang Hyunjin, anak itu tetap bersikeras menghajar Jaemin sampai puas.
"APA-APAAN KALIAN?!!"
Tbc...
💚 JAEMIN & JENO 💚
Today 3 june
Happy 8th year friendship💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story (END)
Fanfiction[TAHAP REVISI] ❝Pernah dekat, tapi dia tak menyukaiku. Padahal, aku mencintainya❞ - Jaemin ❝Dia laki-laki yang aneh, tapi aku penasaran dengannya❞ - Nara Lelaki dengan sejuta senyum manisnya yang tak pernah luput dari wajahnya. Bisaku bilang dia itu...