53. Farewell day

119 24 0
                                    

Hari-hari telah berlalu. Tak terasa waktu berjalan semakin cepat, menuju hari di mana kami di ambang oleh satu kata yang bernama 'perpisahan'.

Seluruh murid kelas 12 mengenakan pakaian rapi dan bagus. Penampilan mereka tampak sangat cantik dan tampan.

Beberapa orang yang berkumpul bersama sekelompoknya, mereka saling berinteraksi riang gembira, ada juga yang sedang berpelukan untuk salam perpisahan, menangis berjamaah, dan lainnya ada yang bercerita atau bertanya tentang ingin lanjutkan kemana jenjangnya. Sungguh terharu rasanya.

"Nara, today you look beautiful." Tiba Mark datang menghampiriku seraya memuji penampilanku saat ini. Kemudian, satu orang lagi datang menyusul Mark.

"Mark, foto bareng, yuk. Nara kamu mau ikut?" tanya Mina dengan senyum yang mengembang.

Aku mengangguk kecil, sekali-kali lah aku mengambil gambar bersama dua sepasang kekasih ini. Aku, Mark, dan Mina
Selca bersama di ponselnya Mina. Kami berpose berulang kali dengan ekspresi yang berbeda.

"Nara! Aku akan selalu merindukanmu!"

Kami bertiga tersentak kecil ketika mendengar suara yang menyeruak, sontak membuat kami menoleh cepat. Haechan berlari kecil ke arahku, kedua tangannya pun sudah terentang lebar untuk memelukku.

"Stop! Jangan peluk gue." Kedua tanganku terangkat ke depan, membuat langkah Haechan mendadak berhenti di depanku dengan kening yang berkerut.

"Kok gitu sih? Gue pengin peluk lo, emangnya lo nggak bakal kangen sama kebobrokan gue di sekolah?" gerutu Haechan dengan bibir yang mengerucut.

Aku mendengus dan rolling eyes. "Nggak. Lo kan beda kelas sama gue, lagian yang ada tingkah lo banyak gimbal ke gue."

"Gombal kali," sahut Mark, membenarkan ucapanku, lalu ia ketawa geli.

"Ah, iya, itu maksudku."

"Ish! Tapi kan memang dulu gue beneran suka sama lo, harusnya lo peka dong—"

"Hey!"

Ucapan Haechan terpotong saat satu suara lagi menyambar. Renjun, Nakyung, Jeno, Jaemin, Chenle, dan Jisung datang menghampiri kami.

"Buset dah, ke mana aja sih dicariin," decak Chenle, "ohiya, besok mampir ke rumah gue kuy! Gue mau pamer ikan mahal di kolam besar rumah gue, sekalian kita kumpul-kumpul bareng."

"Wih... gila-gila, lo punya ikan? Ikan apaan? Ikan hiu apa ikan lele?" ujar Haechan, menggeleng-geleng takjub, membuat raut wajah Chenle langsung datar seketika.

"Ikan emas lah! Itu bukan ikan murahan," jawab Chenle ketus, "hebat kan, banyak ikan emas di kolam besar gue. Papa gue baru beli."

Mendengarkan Chenle memamerkan hewan peliharaannya. Kami hanya ketawa dalam diam, sudah terbiasa dengan sikap laki-laki yang bernama Zhong Chenle anak orang kaya sejagat raya itu.

"Ikannya dapat darimana? Lo sama papa lo habis mancing?" tanya Jisung lugu, sontak membuat Chenle beralih menatap lebar ke arahnya.

"Mancing? Apaan tuh mancing? Dapetnya jauh kali, dari luar negeri."

Mendengarnya itu, tawa Mark langsung lepas, terbahak-bahak saat pertanyaan Chenle yang tak tahu apa itu memancing.

"Ketawa lo ngeri ih, jangan ngakak," cibir Renjun pada Mark, namun lelaki itu tak berhenti ketawa sampai memegangi perutnya yang sudah kesakitan karena terus bergelak.

"Emm... kayaknya besok gue nggak bisa mampir ke rumah lo, Chenle," ujarku mulai bersuara, sempat membuat mereka menoleh ke arahku.

"Kenapa? Lo sibuk?" tanya Nakyung.

Our Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang