"Gue nggak suka sama lo!!"
Gadis itu menghempas kuat dan menghela napas frustrasi saat Hyunjin yang mendadak mengungkapkan perasaannya.
"Gue suka sama lo udah lama, Ra," ucap Hyunjin serius.
Nara mendengus kesal. "Terserah lo mau ngomong apa, pokoknya gue gak ada perasaan sama sekali sama lo."
Alis Hyunjin tertaut dalam. "Oke, gue tau. Pasti lo diem-diem suka sama Jeno kan? Oh, kalo enggak sama si anak kagak punya ayah itu."
Gadis itu menyeringai. "Siapa yang lo bilang kagak punya ayah? Jaemin?" Tatapannya mengintimidasi. "Gak sepantasnya lo ngehina anak orang lain kayak gitu, Hyunjin."
Akhir kalimatnya, gadis itu melirik sinis, lalu melangkah pergi meninggalkan Hyunjin seorang diri. Hyunjin berdecak, memandang lurus punggung Nara yang telah menjauh.
"Cih, anak miskin aja dibela."
***
Jam sebelas dini hari. Guru pendamping menyuruh semua muridnya berbaris di luar yang berbaur antara suasananya yang tampak horor dan angin malam yang super dingin menerpa, meskipun mata mereka tak kuat untuk cepat-cepat ingin pergi rebahan dan tertidur nyenyak.
Tapi, bayangkan betapa mengerikannya suasana malam di jam segini?
"Baiklah jurit malam ini memang menantang bagi kalian, di sini kita bisa bermain-main dan merasakan betapa hebatnya kalian mengikuti uji nyali ini," ujar pak Taemin berdiri di hadapannya seluruh murid, "di sana ada 2 kotak yang telah di sediakan, nanti kalian tekan tombolnya, jika muncul angka yang sama berarti itu adalah pasangan kalian, kalo muncul gambar emot hantu berarti ada yang jadi hantunya. Oke di mulai dari sekarang."
Usai berujarnya penjelasan pak Taemin panjang lebar. Teman-teman berjalan rapi dan mengantri menjadi 2 barisan untuk mengambil bola dalam kotak tersebut.
Aku mencoba untuk tenang, semoga aku mendapatkan pasangan yang tidak sama takutnya. Aku maju selangkah, lalu menekan tombol itu, perlahan dengan hati yang bercampur aduk, diam-diam aku melihat bola yang telah keluar.
Angka dua?
Oke, angka siapa yang sama denganku?
"Bola nomor 2 siapa woy?!"
Aku tercekat mendengar teriakkan itu, dan itupun aku sudah tahu suara siapa.
"Markeu!" teriakku berlari menghampiri Mark yang celingak-celinguk kebingungan.
"Lo sama gue, Ra?" tanya Mark, yang dibalas anggukan kecil oleh gadis itu. "Oke, ayo ke sana!" Ia langsung menggandeng tanganku dan menyeret ke tempat area masuk.
Ah, syukurlah aku berpasangan dengan Mark Lee, walau sebenarnya dia tidak terlalu takut amat-amat sama hantu. Eh, apa itu benar?
"Kok gue jadi hantu sih?!" kesal Hyunjin saat mendapat emoticon ghost.
"Haish! Nggak apa-apa lah, sekalian lo takut-takuti si Jaemin itu," ucap Felix, menepuk bahu temannya.
"Wah, iya bener juga lo," jawab Hyunjin girang, "gue akan pake costum yang serem aja dah, biar tau rasa tuh anak gue takuti, haha..."
Setelah semua murid mengambil bolanya masing-masing, pak Taemin menyuruh mereka masuk sesuai urutan angka tersebut, serta harus saling bergandengan tangan agar disalah satunya tidak ada yang hilang.
Aku dan Mark sudah berjalan masuk, melewati area hutan-hutan lebat yang menjulang tinggi dan mengerikan itu. Suasananya sangat mencekam dan hening
"Mark, aku takut...." Aku menggenggam erat telapak tangan besar Mark, mendekatkan diriku padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story (END)
Fanfiction[TAHAP REVISI] ❝Pernah dekat, tapi dia tak menyukaiku. Padahal, aku mencintainya❞ - Jaemin ❝Dia laki-laki yang aneh, tapi aku penasaran dengannya❞ - Nara Lelaki dengan sejuta senyum manisnya yang tak pernah luput dari wajahnya. Bisaku bilang dia itu...