03. Meet Again

576 313 26
                                    

Huft! Salah apakah hidupku selama ini hingga ditakdirkan dengan lelaki aneh itu. Sudah satu sekolah, satu kelas, satu bangku pula! Nanti apa? Jadi tetangga juga? Sabar, sabar. Sabar....

"Pak, apakah tidak ada bangku kosong yang lain?" tanyaku, menggerutu pada pak Xiumin.

"Tidak ada, hanya itu saja."

Aku menghela pasrah, kemudian mengayunkan kakiku dengan berat hati berjalan ke arah laki-laki aneh itu. Masih berdiri di sampingnya, menatap dia hingga membuatnya mendongak menatapku dengan kedipan matanya berulang kali, heran.

Kemudian, aku mendudukkan diriku di sebelahnya dengan rasa berat hati. Ya, semoga saja betah.


~~~


Aku, Mina, dan Nakyung duduk bersama di kantin sembari menikmati makanan kesukaan kami masing-masing.

Gue nggak nyangka, lo bisa satu sekolah sama kita lagi, bahkan satu kelas," kata Mina, tersenyum lebar.

Iya. Lagian semenjak lo di Jepang jarang ada kabar," sela Nakyung yang tengah mengaduk pastanya.

Aku bergelak kecil sembari mengaduk ramen yang masih panas. "Sama, gue juga nyangka aja bertemu kalian lagi, hp gue rusak jadi jarang bisa komunikasi, habis itu gue beli lagi yang baru."

"Tapi nomer lo masih aktif, kan?"

"Ya masih lah," jawabku, lalu melahap makananku.

"Ekhem! Pasti lo seneng bisa sebangku sama lelaki tampan kayak Jaemin," ucap Mina yang habis menyeruput es jeruknya.

"Uhuk-uhuk!" Aku langsung tersedak hingga membuatku cergas mengambil air putih dan meneguknya hingga gelapan.

Apa-apaan Mina? Ucapan dia membuatku tertohok.

"Seneng pala lo! Justru gue nggak suka satu bangku sama lelaki aneh itu!" cibirku kesal.

Mina dan Nakyung saling pandang dengan kening yang berkerut heran. Well, apa salahnya dia tak suka duduk satu bangku dengan Jaemin?

"Lah... kenapa lo bisa bilang dia lelaki aneh?" tanya Nakyung, menatapku penuh rasa curiga.

Aku melengos. "Ya iyalah, masa baru awal bertemu, dia udah berani rayu gue, idih! Bucin!"

Mendengar ocehan dariku, kedua sahabatku hanya bergelak kecil.

"Really?! Emang lo udah saling kenal sama Jaemin sebelumnya?" tanya Mina, memajukan kepalanya se-inci di hadapanku.

"Ya, begitulah... eh tapi anehnya, kenapa dia duduk sendirian, ya?" heranku seraya menopang dagu di atas meja.

Nakyung mendengus. "Dulunya pemilihan tempat duduk, kalo Jaemin sih... dia dapat kertas yang menandakan bahwa ia akan duduk sendiri. Tak ada pasangannya, alhasil dia duduk sendiri. Terus katanya dia ‘nggak apa-apa, enak kok duduk sendiri, nyaman’ gitu. Kan, dulu, murid di kelas kita ganjil, dan  jadi genap ketambahan lo."

Mendengar penjelasan dari Nakyung, aku tersenyum geli. Aneh saja dengan lelaki yang bernama Nana Jaemin itu. Lucu.

"Santai aja... Jaemin itu anaknya baik kok," lanjut Nakyung kemudian.

Our Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang