Diam-diam aku jatuh cinta kepadamu. Bosan sudah ku menyimpan rasa kepadamu. Tapi, tak mampu ku berkata di depanmu.
HAPPY READING♡
Terkejut ketika mendengar suara klakson mobil dibunyikan. Jaemin menoleh cepat saat mobil berwarna hitam itu berhenti tepat di sampingnya.
Kemudian, orang yang berada dalam mobil itu membuka kaca jendelanya. "Lo mau ke mana? Jalan sendiri malam-malam."
Ah, ternyata itu temannya sendiri. Lee Jeno.
"Nggak tau, tidur ke kolong jembatan mungkin," jawab Jaemin, mengedikkan kedua bahunya.
Jeno mengeryit. "Gila ya, lu? Lo pasti bertengkar lagi, kan, sama papa lo?"
Jaemin mendengus pasrah. "Ya... begitulah."
"Yaudalah, nggak usah di urusin papa tiri lo itu, mendingan lo nginap di rumah gue aja, mumpung yokap-bokap gue lagi keluar kota. Sekalian temani gue tidur."
Mendengar penawaran Jeno, Jaemin mengiyakan ajakan tersebut. Beranjak naik ke dalam mobil, Jaemin menyandarkan kepalanya pada punggung kursi, dan menghela napas lega. Sebenarnya sudah terbiasa Jaemin menginap di rumah temannya itu. Menemani Jeno di saat ia merasa kesepian.
~~~
Setelah sampai di rumah sang empunya. Dua anak itu membasuh diri sehabis keluar. Sekarang, Jaemin dan Jeno tengah berada di dapur. Memasak ramen favoritnya.
Jeno tidak keberatan jika Jaemin melakukan apa saja di rumahnya. Anggap saja seperti rumah sendiri, asal jangan mengotori.
Merebus air hingga mendidih, lalu memasukkan dua mi tersebut. Jaemin bagian menggoreng telur mata sapi setengah matang, sedangkan Jeno berkutat pada masaknya, dan sesekali ia melihat Jaemin melakukan kegiatannya.
Setelah ramen sudah matang dan sudah di aduk dengan campuran bumbu, beserta menaruh telur setengah matang di atasnya. Mereka berdua duduk di ruang tengah sembari menikmati makanannya.
"Akhir-akhir ini nggak ada cewek yang lo naksir gitu?" tanya Jeno yang tengah mengaduk ramen dengan uap yang masih mengepul di atasnya.
Jaemin yang baru saja meneguk air putihnya sekali teguk. Ia agak tercengang mendengar ucapan Jeno tadi. "Ng... ada, sih. Dia satu kelas sama gue."
Dengan susah payah Jeno menelan sisa makanannya setelah mendengar jawaban dari temannya itu. "Weh, sejak kapan lo suka sama cewek, nggak beri tau gue? Gimana, dia cantik nggak?"
"Namanya cewek ya cantik. Tapi, dia galak."
"Serius?"
Jaemin mengangguk singkat. "Beneran. Tapi nggak apa-apa, gue sayang kok sama dia. Wajahnya itu loh... yang bikin imut dan gemesin."
Jeno berdeham, lalu meneguk airnya hingga tandas. "Kalo sayang tembak aja, keburu di ambil orang nanti," ujarnya setelah minum.
Mendengar kalimat temannya membuat Jaemin termenung. "Kalo dia nolak?"
"Bilang aja prank. Ahay!" Temannya itu langsung terkekeh puas.
Bibir Jaemin mengerucut dan menatap jengkel laki-laki itu. Ingin rasanya Jaemin menyiram kuah ramen yang panas itu di kepala Jeno. Sabar, Jaemin harus sabar.
Jaemin menghela napas berat seketika. "Gue. Akan bikin dia tertarik sama gue," ucapnya dengan penuh keyakinan.
Jeno terbeliak. "Masa iya? Butuh perjuangan loh..."
"Iya, gue tau. Gue harus yakin."
Jeno menggeleng-geleng saja mendengar suara Na Jaemin yang terdengar penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story (END)
Fanfiction[TAHAP REVISI] ❝Pernah dekat, tapi dia tak menyukaiku. Padahal, aku mencintainya❞ - Jaemin ❝Dia laki-laki yang aneh, tapi aku penasaran dengannya❞ - Nara Lelaki dengan sejuta senyum manisnya yang tak pernah luput dari wajahnya. Bisaku bilang dia itu...