❝Hidup ini terasa hampa, apabila tak ada dirimu❞
- Nakamoto Nara
.
.
.
~ Happy Reading ~
"Kenapa mata lo bengkak? Lo habis nangis, ya?"
Mina yang baru datang masuk kelas bersama Nakyung melihat teman gadisnya yang satu terlihat sedang bersedih. Aku yang menaruh kepalaku di atas meja dengan kedua tanganku yang telipat, kini mengubah posisi menjadi sandaran di cagak kursi, kemudian memijat hidungku yang telah memerah sebab menangis kemarin malam.
"Enggak, kok. Aku nggak apa-apa," bohongnya.
Mina dan Nakyung saling pandang. Mereka berdua menerka, pasti Nara sedang mengalami masalah, namun tak tahu apa permasalahannya. So, yang jelas sebagai sahabat mestinya sudah tahu, bukan?
"Jangan bohong, Ra. Gue tahu lo pasti ada masalah," ujar Mina mendudukkan dirinya di kursi depan, menghadap temannya yang terlihat wajah dia seperti orang lesu.
"Cerita aja sama kita, nggak apa-apa kok," sahut Nakyung.
Gadis yang ditanya cuma terdiam dan menggeleng pelan. Mina yang melihatnya cuma menghela pasrah, sedangkan tatapan Nakyung rasanya tak tega melihat temannya bersedih, apalagi jika menangis.
Baiklah, sudah menjadi kebiasaan Nara dari dulu. Selalu menyembunyikan sesuatu dari sahabatnya sendiri, tidak ingin bercerita dan selalu dipendam sendiri. Mina dan Nakyung pun sudah tahu itu.
"Hmm... sabar ya." Nakyung mengelus punggung Nara, mencoba untuk menenangkan hatinya.
Oke, sepertinya kedua sahabatnya memilih untuk tidak bertanya pada Nara. Toh, percuma saja mereka bertanya, ujung-ujungnya akan dijawab tidak apa-apa. Nara selalu saja tidak ingin bercerita.
"Dimana Jaemin? Tumben jam segini belum datang?" tanya Mina padaku.
Hei, meskipun aku satu bangku dengan Jaemin, namun kenapa Mina harus bertanya padaku? Aku menoleh ke samping, menilik kursi kosong itu. Entahlah, kemana anak laki-laki belum datang juga, padahal pelajaran sebentar lagi akan dimulai.
"Entahlah, aku juga gak tau," jawabku dengan wajah murung.
Balas Mina mengangguk, kemudian ia melihat sekeliling murid-murid lain langsung duduk ke bangkunya masing-masing karena pak guru telah tiba. Untungnya saja hari ini wali kelasku yang mengajar. Yah, pak Xiumin memang guru yang baik dibandingkan dengan guru-guru lainnya.
Pak Xiumin telah duduk anggun di kursinya, lalu ia mengeluarkan buku journal dan mengabsen anak muridnya hari ini.
"Na Jaemin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story (END)
Fanfiction[TAHAP REVISI] ❝Pernah dekat, tapi dia tak menyukaiku. Padahal, aku mencintainya❞ - Jaemin ❝Dia laki-laki yang aneh, tapi aku penasaran dengannya❞ - Nara Lelaki dengan sejuta senyum manisnya yang tak pernah luput dari wajahnya. Bisaku bilang dia itu...