12. A Thousand Stars For You

364 188 11
                                    

❝Bolehkah aku menganggapmu sebagai bintang kecilku? Tebaran seribu bintang yang tampak kelap-kelip, namun hanya satu titik yang bersinar terang nan cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Bolehkah aku menganggapmu sebagai bintang kecilku? Tebaran seribu bintang yang tampak kelap-kelip, namun hanya satu titik yang bersinar terang nan cantik. Layaknya dirimu yang menyinari hatiku❞

HAPPY READING♡



Sempat ketiga pria itu tercekat dan memandang ke satu sumber suara, begitu pula aku ikutan menoleh ke belakang. Jaemin?

Melihat Jaemin yang berdiri dengan tatapan datarnya, lantas dengan sisi tangannya itu masuk ke dalam saku celana. Berjalan mendekat, Jaemin langsung menarik kuat tangan kiriku hingga membuat tangan kananku terlepas begitu saja dari cengkeraman pria itu.

Aku langsung bersembunyi dibalik punggung besarnya Jaemin, mencengkeram erat jari-jariku pada jas seragam dia, sampai bau parfum Jaemin menguar di indra penciumanku. "J-Jaemin..." rintihku, menatap dia dari belakang.

"Siapa lo? Mau cari gara-gara?" ujar pria itu.

Oh tidak, jangan sampai Jaemin di hantam kuat sama tiga preman yang tak tahu diri itu. Kemarin, dia sudah dibaku hantam dengan Hyunjin, masa iya Jaemin akan dipukul habis-habisan sama tiga pria yang berbadan besar. Belum tahu pasti, jika mereka akan membawa senjata tajam.

"Mau gue tonjok?" Pria itu melotot pada Jaemin.

Dugkh!

"AKH!"

Kalian kira preman itu akan menghantam Jaemin? Oh, tidak.

Jaemin baru saja meninju perut dari salah satu tiga pria itu, hingga membuatnya meringis kesakitan. Setelahnya, Jaemin langsung menarik tanganku dan sigap berlari, menjauh dari para brandalan.

Langkah kakiku terus berlari cepat di belakang Jaemin yang terus menarik tanganku, mengikuti jejak ia berlari. Gerakan dia memang cekatan dari yang aku kira, sampai-sampai tumit kakiku terasa nyeri ketika Jaemin terus berlari dan menghindar jauh dari preman tersebut.

Hingga separuh perjalanan kita berlarian, cukup jauh dan lelah. Akhirnya kami berdua berhenti tepat di depan tokoh-tokoh lampu. Napasku jadi terengah-engah, mengusap mukaku yang sudah dibanjiri keringat, membungkukkan badan sembari memegang pergelangan kakiku yang pegal.

Tidak aku sangka. Jaemin lari begitu cepat.

Aku menegakkan badanku kembali, menetralisir napasku yang tersendat-sendat setelah berlarian cukup jauh.

"Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Jaemin kemudian. Tampaknya ia tak terlalu lelah, namun dahi dan pelipisnya mengeluarkan sedikit keringat.

Aku terdiam, menatap lelaki di hadapanku, dan menghela napas berulang kali. "Jaemin, aku takut..." Langsung aku merengkuh erat lengan tangan Jaemin. Menyembunyikan wajahku di dada bidangnya hingga mengendus aroma parfum dia terhirup lagi di hidungku. Harum. Aku suka baunya.

Our Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang