09. Attention

377 210 5
                                    

 ❝Sekecil apa pun perhatianmu padaku, itu pun sudah membuatku merasa senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Sekecil apa pun perhatianmu padaku, itu pun sudah membuatku merasa senang.❞


HAPPY READING♡





Mendengar suara yang menggelegar sempat membuat ketiga lelaki itu tercengang dan berhenti menghantam. Atensi mereka tertuju pada seorang pria bertubuh jangkung yang tengah melotot ke arah gengnya Hyunjin seraya berkacak pinggang. Pak Kai, seorang guru BK yang paling galak di sekolah ini.

Seketika itu, murid-murid yang tengah melihat kerusuhan tadi, mereka langsung bubar masing-masing karena tak berani jika Pak Kai datang.

"Kalian bertiga, ikut ke ruangan saya. SEKARANG!" tegas Pak Kai menatap tajam pada Hyunjin dan antek-anteknya. Sedangkan mereka hanya menundukkan kepala lebih dalam dan menurut apa yang di perintahkan, karena tak berani jika berhadapan dengan guru BK.

Begitu pula, Mark dan Jeno membantu Jaemin bangkit berdiri, lalu membawanya pergi ke UKS.

Aku memandang iba pada Jaemin yang tengah digeret oleh dua temannya dengan susah payah. Sungguh, aku tidak tega melihat wajah anak itu yang sudah lebam di bagian wajah, beserta tangan dan kakinya.

"Hmm... kayaknya, bukan saat yang tepat gue beri minuman ini untuk Mark," ucap Mina memasang wajah cemberut, merasa putus asa karena tak bisa mendekati laki-laki yang bernama Mark Lee.

"Gue mau ke toilet dulu," izinku tiba-tiba, lalu melangkah pergi meninggalkan kedua temanku di sana.

Dua gadis itu hanya menatap kepergianku yang berjalan tergesa-gesa. Sebenarnya, aku tidak pergi ke toilet, melainkan aku ingin menemui Jaemin.

Setelah tiba di ruang UKS. Aku mencoba mengintip laki-laki itu di balik pintu kaca. Anak itu telah rebahan di atas bangsal. Dia sendirian, lalu... Mark dan Jeno ke mana? Apa mereka berdua sudah mengobati lukanya Jaemin?

Tanpa berpikir panjang, aku memutar kenop pintu tersebut hingga membuat Jaemin langsung menoleh ke arah pintu, memastikan siapa yang datang. Dia menatapku dengan matanya yang memicing, tatapan yang sulit untuk dijelaskan.

"Jaemin..." panggilku lirih dan berjalan mendekat, lalu mendudukkan diriku di tepi bangsal. "Lo... baik-baik aja, kan? Mark sama Jeno ke mana? Mereka nggak obati luka kamu?" Menatap cemas, penuh tanda tanya aku padanya.

Jaemin menggeleng pelan. Kemudian, dia  mulai mengubah posisi tidurnya menjadi sandaran. Aku yang begitu peka, langsung ambil alih, mengubah posisi bantal itu menjadi tinggi untuk menyandarkan kepala Jaemin.

"Biar gue obati." Aku beranjak mengambil kotak P3K di dalam lemari. Kemudian mengambil kapas dan obat antiseptik, meneteskan obat luka di kapas, lalu menyeka kapas itu dengan hati-hati dan telaten di bagian wajah Jaemin yang memar. "Ng... kenapa mereka mukulin lo?" tanyaku pelan, menatap sendu wajahnya. Masih fokus menyeka pelan muka dia.

Jaemin terdiam cukup lama dan mengulum bibirnya seketika. "Nggak. Nggak apa-apa. Hanya masalah biasa," jawabnya mudah, dan sesekali ia menatapku.

Aku mendengus kasar. "Masalah biasa bagaimana? Lihat, wajah lo udah kayak gini, dan lo masih anggap itu masalah biasa? Harusnya lo lawan, Jaemin," celotehnya geram.

Jaemin diam saja mendengar ocehanku Perlahan, dia sedikit menunduk. "Itu... salahku," lirihnya.

"Maksudnya?" Aku mengeryit bingung.

"Itu salahku. Aku nggak sengaja melempar bola basket, lalu mengenai wajahnya Hyunjin."

Mendengar penjelasan dia, aku tercekat. "Cuma nggak sengaja sampai segitunya Hyunjin mukulin lo kasar?" tandasku.
Jaemin ketawa geli. "Sudahlah, biarin aja."

"Nggak bisa gitu, dong!"

"Akh!" Jaemin meringis kesakitan, ketika aku tak sengaja menekan kapas di bagian lukanya.

"Sorry..."

Entahlah, kenapa aku merasa begitu geram dengan gengnya Hyunjin, apalagi Jaemin yang hanya menganggap masalah itu biasa. Huft! Membiarkan dirinya ditindas habis-habisan oleh Hwang Hyunjin. Menyedihkan.

Hening di antara kami berdua setelah berbincang. Aku tetap fokus pada kegiatanku, menyeka memar di bagian siku laki-laki ini sampai meniti ke jari-jarinya. Tangannya memerah dan sedikit ada guratan di bagian punggung tangannya hingga bercak darah. Speechless aku menatapnya.

"Ra."

"Hmm?"

"Terima kasih." Nada bicara Jaemin bersuara berat dan parau. "Sekecil apa pun perhatianmu padaku, itu pun sudah membuatku merasa senang."

Tertegun aku mendengar sepenggal kalimat darinya, hingga membuatku berhenti melakukan kegiatanku. Sepasang mataku menatap Na Jaemin yang menatapku penuh arti.

"Meskipun hal sepele yang kau berikan padaku. Aku tidak keberatan untuk menerima semua sikapmu terhadapku," sambung Jaemin, kemudian senyum itu terukir elok di wajahnya.

Aku menelan ludah, masih menatap lamat-lamat wajah lelaki ini. "Jaemin, kau...."









Tbc...


Thank you for reading♡



Our Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang