12 ; dua belas

3.1K 604 320
                                    


Sarapan bertiga. Taehyung, Milly dan juga Eunha. Kesedihan yang sempat Eunha rasakan, sekarang menghilang karena senyum ceria Milly telah menggantikannya.

Gadis kecil itu sebenarnya sedih. Mendengar jika sang ayah berkata bahwa ibunya tidak akan ikut sarapan karena kesibukkan lain. Padahal, Milly sempat berharap ingin bisa memperkenalkan Eunha dengan Fiona ibunya.

Mungkin menyenangkan tiga perempuan bisa berkumpul bersama-sama.

Pertama kali mencoba masakan Taehyung. Ini tidak seperti yang Eunha pikirkan. Rasanya berbeda dari resep restoran bintang lima atau nasi goreng yang sering ia buat sendiri. Tangan ajaib Taehyung memang membanggakan. Eunha jadi semakin terkesan dengan senior di kampusnya itu. Tampan, baik hati, ramah, cerdas, kebapakan dan sudah pasti kaya raya.

"Bukankah tadi kau bilang sakit perut? Sekarang masih sakit? Butuh obat atau yang lain?" Taehyung tahu tentang yang tadi. Menyadari jika siluet Eunha berada dibalik dinding saat ia bicara dengan Fiona. Padahal diawal Eunha sempat bicara ingin ke kamar mandi, tapi justru bersembunyi dibalik ruang tamu. Taehyung bisa membaca semua dari pengamatannya sendiri.

Ada rasa lega mengetahui hubungan asmara gadis yang dulu ditaksirnya, kini telah berakhir bersamaan dengan perceraiannya. Taehyung benar-benar ingin memperdekat diri pada Eunha. Sekalipun Fiona pernah dihatinya, namun Lee Eunha masih belum bisa terganti. Kesempatan telah hadir, Taehyung tentu akan maju.

Eunha gugup ditanya begitu. Tersenyum agak kikuk dengan jemari tangan yang bergerak gelisah. "Aku sekarang baik-baik saja. Terima kasih atas perhatianmu." Jawabnya sedikit malu.

"Tidak salah kan, aku memperhatikanmu?"

Taehyung benar-benar bisa membuat jantung Eunha tidak menentu detakannya. Diserang oleh sikap manis dari lelaki itu. Tentu saja Eunha senang. Hatinya sedang rapuh. Bersama Taehyung dan juga Milly seperti penyembuhan baginya dari rasa sakit.

"Hm, tidak kok." Eunha merona. Menyuap nasi gorengnya jadi salah tingkah.

Taehyung tak mengalihkan pandangan sedikitpun dari wajah cantik Eunha. Bahkan ketika Milly sedang sibuk menikmati makanannya, sama sekali tidak Taehyung perhatikan. Apakah putri kecilnya itu makan dengan benar atau butuh yang lain-lain.

"Kau cantik Eunha." Pujian itu terlontar begitu saja karena fakta jika Lee Eunha memang cantik. Terlebih hanya dibalut kemeja putih polos yang kebesaran. Jika diberi izin, Taehyung ingin rasanya mengukir tanda indah di kulit mulus itu menggunakan lidah, gigi dan tentu saja bibirnya. Taehyung bergairah, itu nyata sekali.

"Dadd, bagaimana denganku?"

Taehyung tersentak begitu mendengar suara putrinya. Kepala lelaki itu menoleh ke arah Milly kemudian tersenyum lebar. "Kau selalu cantik bagi Daddy, sayang. Tidak ada tandingannya." Jawab Taehyung serius. Menggembirakan Milly juga hal penting bagi lelaki Kim itu.

"Milly yang tercantik. Setujuh? Setuju? Hehe." Eunha ikut menyahut. Bicara agak keras seperti kalimat dukungan. Milly teman bermainnya sekarang. Sosok anak kecil yang masih polos, suci hatinya. Eunha lebih menghargai anak sekecil Milly dibanding orang dewasa yang selalu saja melakukan hal tidak menyenangkan pada orang lain.

Diburu oleh waktu. Taehyung harus berangkat ke kantor untuk beberapa rapat. Pengasuh Milly yang biasanya datang tepat waktu pagi ini harus terlambat lantaran ada kendala dalam perjalanan. Ini mengharuskan Eunha menjaga Milly sebentar sampai pengasuh tiba. Lagi pula, jam mengajarnya hari ini akan dilaksanakan sedikit lebih siang. Eunha free untuk pagi ini.

Ada hal yang membuat Taehyung terkesan. Melihat Eunha berusaha merapikan piring kotor, membersihkannya dengan sukarela. Ia seperti kembali merasakan punya sosok istri di rumah.

Teacher LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang