"Sayang! Bukan begitu cara-caranya.""Lalu bagaimana?" Jungkook memasang ekspresi polos ketika mendapat amukan. Adonan di tangannya langsung dilepas. Jika sudah begini, Jungkook yang bingung.
"Aku kan sudah bilang, jangan ikut-ikutan. Biar aku saja."
Chup!!! Bukan kalimat, justru kecupan dibibir yang akhirnya Jungkook daratkan. Terlalu gemas jika calon istrinya ini mulai mengomel. Eunha selalu menjadi pusatnya apapun hal yang dilakukan. Termasuk ketika sedang membuat kue ikan saat ini.
"Aku ingin membantumu. Memang tidak boleh?"
"Kau hanya mengacau! Adonannya sudah hancur. Karena ulahmu." Sedang cemberut melihat adonan yang telah dibuat sebelumnya kini hancur akibat ulah tangan Jungkook. Waktu seakan habis dibuat untuk berdebat. Sedang senja sudah mulai mengintip. Hendak mengubah warna biru langit menjadi oranye.
Dapur di rumah megah itu juga tak kalah berantakan. Jungkook mengacaukan aktivitas memasak Eunha sore ini. Mereka tengah menikmati hari libur dengan mengunjungi rumah baru yang rencana hendak ditempati bersama setelah menikah. Ini akan menjadi rumah idaman karena Eunha sangat menyukai bentuk dan tiap isinya.
"Kita pesan makanan dari restoran saja. Tidak perlu repot memasak dan susah begini." Jungkook memiliki solusi lain. Niatnya hanya untuk menyudahi perdebatan mereka kali ini. Namun justru ucapannya seperti sebuah kalimat yang buruk bagi gadisnya.
"Jadi kau tidak mau makan masakan buatanku sendiri?"
"Tidak begitu sayang. Aku hanya memberi solusi termudah sekarang karena---" Jungkook mendekatkan tubuhnya, lebih condong ke arah tubuh mungil milik Eunha yang kini tengah mengenakan kemeja sedikit transparan. Nampak seksi dimata Jungkook. "Aku ingin menghabiskan waktu denganmu lebih lama sambil bercumbu saja. Bukan repot-repot memasak begini-"
PLUK!!!
Pukulan spatula mendarat di kepala Jungkook. Itu terasa sakit karena Eunha refleks melakukannya. Merasa bersalah, sontak telapak tangan itu mengusapnya penuh hati-hati. Memberi kecupan beberapa kali tepat dibibir saat Jungkook terus meringis nyeri. Walau sebenarnya butuh perjuangan bagi Eunha untuk menggapai bibir Jungkook. Prianya jauh lebih tinggi dibanding tubuhnya sendiri yang mungil jika bersanding dengan Jungkook. Padahal Eunha 165 cm, tetap terlihat kecil jika didekat Jungkook yang 179 cm.
"Maaf, aku tidak bermaksud melukaimu."
"Tidak perlu minta maaf. Cium lagi saja, sayang." Mendengar ini Eunha sontak pergi menjauh dari hadapan Jungkook. Merasa jengah dengan sikap Jungkook yang tak pernah normal sedikitpun. Tapi tetap saja, ia cinta dengan lelaki Jeon itu!
Melihat plastik belanjaan hendak mencari bahan makanan lain. Adonan yang telah hancur terpaksa Eunha biarkan. Sore ini benar-benar ingin fokus membuat makanan untuk mereka makan malam nanti.
Dua bulan menuju hari pernikahan. Eunha terus mendapat pesan dari butik ternama tentang perkembangan gaun pengantin yang ia pesan sebelumnya. Tidak sabar memakai dihari pernikahannya nanti. Gaun yang hanya diproduksi untuknya. Satu di dunia.
Beberapa perlengkapan seperti dekorasi rumah juga telah siap. Mereka hanya akan menempatinya setelah hari pernikahan. Walau akhir-akhir ini memang kerap berkunjung untuk mengisi hari libur. Mencoba tidak sering bepergian kemanapun agar tidak terjadi hal buruk di hari pernikahan nanti.
Jungkook mendapat kiriman pesan di ponselnya. Memutuskan duduk di kursi meja makan membiarkan Eunha sibuk sendiri dengan aktivitas memasak.
Sejak kemarin, Jungkook memang dikabari oleh sahabatnya dari Amerika. Rencana liburan ke pulau Jeju yang akan dilakukan minggu depan. Tidak mungkin menolak. Para sahabat yang hampir lima tahun menemaninya selama di Amerika. Tentu saja Jungkook akan berat hati jika mengabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher Lee
FanfictionSudah lima guru les yang gagal bertahan walau hanya satu minggu menjadi pembimbing Matematika Jeon Jungwon. Bukan. Ini tidak seperti cerita pada umumnya dimana Jungwon adalah anak nakal dan suka membuat masalah. Tapi- Jeon Jungkooklah penyebabnya. ©...