29 ; dua puluh sembilan

3.1K 531 199
                                    


"

Dimana rumahmu? Ayo ku antar pulang. Bahaya perempuan di luar larut malam seperti ini." Jungwon berniat baik. Ia tidak tega jika membiarkan Winter pulang sendiri disaat jam telah menunjukkan pukul setengah dua belas malam.

Ada keraguan dibenak Winter. Gadis itu menggeleng tanda menolak. Sudah dibelikan banyak makanan saja ia bersyukur. Winter juga tidak ingin lebih merepotkan. Ia tetap akan mengingat kebaikan laki-laki seperti Jungwon. Ya, mereka berkenalan dan Winter tahu nama lelaki tampan ini. Jeon Jungwon.

"Aku bisa pulang sendiri. Sudah biasa kok." Keras kepala memberi kesan menarik bagi Jungwon. Perempuan kuat dan pemberani. Winter hanya bersikap cuek. Tidak peduli jika yang sedang berhadapan dengannya adalah laki-laki tampan juga baik.

Jungwon meraih pergelangan tangan Winter. Membawanya masuk ke dalam mobil dengan tarikan lembut. Ia tahu Winter gadis yang tak mudah menjawab 'iya'. Jika tidak di paksa seperti ini, Winter akan tetap menolak.

Jungwon hanya ingin Winter sampai di rumah dengan selamat. Ia tidak tenang jika seorang perempuan muda ditinggalkan sendirian larut malam seperti ini. Masih rawan orang jahat yang bisa saja membahayakan. Kasus rampok, lebih sering berujung kasus pembunuhan. Korea Selatan punya sisi gelap seperti itu juga.

Helaan nafas Winter tanda gadis itu tak berdaya harus membangkang. Perjalanannya sunyi. Winter jadi lebih pendiam. Hanya bicara ketika Jungwon bertanya jalan arah pulang. Tidak sampai di depan rumah. Winter meminta diturunkan depan gang sempit. Gadis itu bilang rumahnya ada di dalam gang sempit tersebut. Mobil tak akan bisa masuk. Lampu yang tak banyak membuat jalan pulang Winter agak menyeramkan.

Sekali lagi Jungwon merasa aneh. Winter benar-benar nampak misterius dimatanya.

Menurunkan Winter dengan segala perasaan penuh curiga. Jungwon memiliki feeling yang kuat tentang hal-hal aneh. Mereka mulai berpisah. Jungwon masih bisa melihat senyum ceria itu di wajah cantik Winter dengan sebelah tangan diangkat ke atas lambaian salam perpisahan. Sambil membawa barang belanjaan yang Jungwon belikan. Langkah Winter tidak menuju ke arah gang sempit yang gadis itu maksud. Mengintip sejenak arah mobil Jungwon. Mengetahui tak ada lagi lelaki Jeon itu. Winter berbalik arah. Berputar jalan entah menuju kemana.

Berlari menuju halte bus. Berharap masih ada bus terakhir yang beroperasi. Menyadari arah jarum jam hampir tengah malam. Winter menghela nafas pasrah. Ia cukup lelah. Tapi harus terpaksa jalan kaki kembali menuju sebuah tempat.

Perumahan elit itu terletak di pusat kota. Gerbangnya yang terus dijaga 24 jam. Winter berjalan memasuki salah satu rumah megah dengan pagar tinggi yang kokoh. Gadis itu hendak menyentuh teras rumah. Semua terhenti saat suara desah membuat Winter gagal masuk.

Pintu utama yang tidak terkunci rapat. Winter melihat sedikit dari celah. Memandangi penuh emosi dua sosok yang sedang asik dengan penyatuan tubuh masing-masing. Menjerit tertahan diiringi desah erotis, semua terasa mengerikan di telinga Winter. Gadis itu berlinang air mata mengurungkan niat kembali ke rumahnya.

Menangis adalah kelamahan Winter. Jalanan kompleks yang sudah sepi lantaran kini pukul dua belas tengah malam. Winter jenuh dengan kehidupannya yang sangat buruk.

• • •

"Kenapa membeli cola saja lama sekali?" Jungkook nampak seperti sosok ayah yang tengah memarahi putra sendiri karena pulang bermain dari rumah teman larut malam. Sedang Jungwon mengakui kesalahannya. Ia tidak tahu jika mengantar Winter akan membuatnya tiba larut malam di rumah.

"Hyung, aku bertemu perempuan yang butuh pertolongan. Jadi aku bantu."

Lirikan mata Jungkook tertuju pada jarum jam. Tepat pukul dua belas tengah malam. Eunha sudah tidur. Ia sendiri yang tetap terjaga menunggu Jungwon sang adik pulang. Tadinya sempat menghubungi nomor ponsel Jungwon. Namun ponsel tersebut malah tertinggal diatas meja nakas.

Teacher LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang