26 ; dua puluh enam

3.5K 602 379
                                    


Hari sudah pagi. Sudah selesai sarapan bersama setelah melewati malam yang panjang. Jihan tidak menyadari jika semalam gadis itu tidur sendirian di kamarnya. Saat bangun, Jihan hanya berpikir jika Eunha sudah bangun lebih awal sembari menyiapkan keperluan untuk sarapan.

Nyatanya, semalam Eunha ketiduran di kamar Jungkook. Memeluk pria itu merasakan sebuah kehangatan dari dekapan eratnya.

"Kenapa bisa ada sepeda?" Soobin keluar lebih dulu berdiri di teras yang memiliki halaman luas. Menatap tujuh sepeda tersedia disana. Saat mengarahkan pandangannya ke sekitar, tatapan takjub laki-laki itu mendominasi. Soobin baru menyadari, kawasan villa yang di beli Jungkook benar-benar seperti surga dunia. Tak ada kata lain untuk mengungkapkannya selain, indah.

Tentu saja, Jeju adalah tujuh keajaiban dunia.

"Kita akan jalan-jalan keliling area villa dengan sepeda. Ada pantai di sudut jalan utama. Anginnya juga sejuk." Jungkook sudah siap dengan tampilan casualnya. Kali ini sengaja memakai kacamata. Untuk menyamarkan sinar matahari yang silau dimatanya. Tampan. Memang begitulah rupa lelaki Jeon ini.

Eunha baru keluar dengan Eunbyul serta Jimin. Tatapannya tak kalah bingung. Setelah mendengar penjelasan dari Jungkook. Pada akhirnya semua orang mulai mengerti. Bersepeda tidak terlalu buruk, justru baik untuk kesehatan. Ide Jungkook dalam mempersiapkan semua ini lagi-lagi mendapat acungan jempol dari Jimin.

Sebelum pergi mengunjungi tempat indah yang lain. Pagi ini jauh lebih baik jika mengunjungi pesisir pantai di kawasan area paling selatan dari villa. Mengabadikan beberapa foto disana. Bermain air sedikit-sedikit juga tidak masalah. Atau mungkin membangun istana pasir---walau itu biasa dilakukan oleh anak-anak kecil.

Jungkook menyodorkan sebuah kincir angin terbuat dari kertas pada Eunha. Menyuruh agar gadis itu memegangnya. Jungkook ingin Eunha duduk didepannya, mencontoh seperti banyak pasangan yang dilakukan dalam drama serial televisi. Romantis bisa mengayun sepeda sedang sang gadis duduk menyamping didepannya.

"Kenapa harus pakai kincir angin?" Eunha tidak habis pikir dengan Jungkook. Calon suaminya itu kini hanya tersenyum kemudian mengecup keningnya.

"Bagus saja kalau saat bersepeda, kincir angin itu berputar-putar."

"Hhhhh, sudah besar tapi masih seperti bayi." Eunha memutar bola matanya malas. Kata lain, masa kecil Jungkook seperti tidak bahagia. Padahal niat lelaki itu agar bisa lebih romantis bersepeda diiringi kincir angin warna-warni.

"Aku bisa naik sepeda sendiri."

"Tidak romantis kalau begitu. Kita kan bisa lebih uwuw jika naik sepeda berdua, kau ku bonceng. Duduk disini." Jungkook menepuk bagian depan sepedanya.

Perdebatan itu belum akan selesai jika Eunha tidak mengalah. Ia melihat Jimin dan Eunbyul sudah melaju dengan sepeda masing-masing. Soobin bahkan sudah menghilang jauh pertama kali pergi.

"Kau sanggup memboncengku?" Tanya Eunha meragukan.

Ia tahu Jungkook memang kuat. Tenaganya bukan main-main. Tetap saja, Eunha sebenarnya inginnya bisa naik sepeda sendiri.

"Memangnya seberat apa kau yang kecil mungil begini? Huh?" Jungkook menarik pergelangan tangan Eunha agar gadisnya itu bergegas duduk. Tidak ingin tertinggal yang lain.

Jungwon dan Jihan bahkan masih bersiap di dalam villa. Baru selesai memakai sepatu.

"Kalau sampai kita jatuh nantinya-"

"Tidak akan jatuh. Pegangan yang kuat, Lee." Jungkook bersiap mengayun sepedanya. Jalanan villa yang menurun menukit tajam seketika membuat Eunha berteriak kencang.

Teacher LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang