2 ; dua

5K 947 383
                                    


Yuhuuu, aku update lagi karena kalian hebat di part sebelumnya. Makasih banyak vote dan komennya. Masih rajin voumentnya kan? Yuk gas part ini juga. Happy reading!!!

- - -

Padahal hari pertama membimbing Jungwon untuk les matematika. Tapi Eunha sudah tidak betah. Rasanya kurang nyaman walau dahulu rumah megah ini juga tempatnya menghabiskan banyak waktu bersama---kakak laki-laki Jungwon.

Matahari sudah terbenam. Langit berubah menjadi gelap. Hampir dua jam Jungwon menelan materi yang telah Eunha berikan. Salah satunya rumus untuk memecahkan soal rumit matematika. Dan, serumit-rumitnya rumus matematika, Eunha merasa hidupnya jauh lebih rumit. Setiap hari di kampus tak absen mendengar perbincangan antar para dosen yang terus mengungkit hubungan masa lalunya serta rencana gagal menikah yang dialami. Sungguh, jika bisa menghilang ke planet lain. Eunha ingin melakukannya.

Belum lagi harus dipertemukan kembali dengan Jungkook lalu mendengar ungkapan dari laki-laki itu tadi. Isi kepala Eunha buyar. Sebenarnya tidak fokus dengan tugasnya membimbing Jungwon les matematika. Tapi mau bagaimana lagi? Ia harus profesional.

"Aku menyelesaikan soalnya tepat waktu, kan?" Jungwon menutup semua buku tebal di atas meja kecil yang tersedia dalam sauna. Hari akan semakin larut. Jam mengajar Eunha selesai sampai pukul tujuh malam. Berbahaya jika perempuan cantik berlama-lama di rumah ini. Jungwon takut guru lesnya akan diganggu lagi oleh sang kakak yang sedikit rada---gila.

Syukur-syukur Eunha tetap kuat hati. Jungwon tahu bagaimana rasa sakit ketika mendengar kakaknya bicara seperti tadi. Ia saja yang tidak menjalani hubungan ikut kecewa. Jungwon tidak percaya jika hubungan yang enam tahun dijalani sekarang sudah berakhir tragis.

Lalu semua ini salah siapa? Jungwon tidak bisa menyalahkan kakaknya atau bahkan Eunha. Keduanya punya alasan masing-masing tentang masalah yang terjadi.

"Noona, jangan berhenti jadi guru les ku, ya? Hanya kau harapanku satu-satunya agar aku berhasil lulus ujian dengan nilai matematika sempurna."

Eunha terdiam. Ada raut panik yang nampak di wajah Jungwon. Tentu itu mengundang tanya. Eunha jadi ingin tahu sebabnya.

"Memang guru les sebelumnya kenapa?" Pada akhirnya kalimat tanya itu hadir.

Jungwon malas harus kembali diingatkan. Tapi karena Eunha yang bertanya. Ia terpaksa jujur.

"Sudah lima guru les gagal. Tidak, mereka bukan mengundurkan diri. Tapi aku yang memberhentikan. Noona, bagaimana aku bisa belajar jika guru les sebelumnya asik menatap Jungkook hyung terus. Berpakaian aneh-aneh bahkan beberapa diantaranya berhasil berkenalan dengan hyung-"

"Berkenalan?" Eunha mengulang kata itu. Ada ekspresi tidak senang ketika mendengarnya.

Jungwon yang sangat jujur lantas mengangguk. "Bahkan tiga dari lima guru les sebelumnya, pernah diajak makan malam bersama Jungkook hyung."

Sebenarnya tidak ada hak bagi Eunha untuk kesal dengan fakta itu. Tapi tetap saja, luka yang lama bahkan belum menghilang. Sekarang disaat ia susah payah melupakan semuanya, ada Jungwon yang baik yang membutuhkan bantuannya agar bisa lulus ujian dengan nilai sempurna.

Ternyata, setelah putus hubungan. Jungkook semakin-semakin brengsek saja. Batin gadis Lee itu jengkel.

"Apa sampai sekarang tiga guru les sebelumnya masih berhubungan dengan Jungkook?"

"Aku juga tidak tahu, noona. Tapi sepertinya sudah tidak lagi."

Huffft-

Eunha merasa hatinya semakin aneh saja. Ia ingin melupakan semua tentang Jungkook. Tapi kenapa rasanya sangat berat? Lelaki Jeon itu bahkan tak mempedulikannya. Tidak peduli dengan perasaannya dan kehidupannya setelah dua tahun putus hubungan. Bagaimana ia menjalani hidup dengan sangat buruk. Menerima banyak sindiran dari orang terdekat di tempat kerja maupun kerabat sendiri.

Sementara Jungkook? Asik berkenalan dan mengoleksi guru lesnya Jungwon. Entah mengapa Eunha jadi ingin memukul kuat-kuat kepala mantan kekasihnya itu.

Setidaknya dengan memukul Jungkook. Siapa tahu rasa kesalnya agak memudar. Bisakah?

"Na-ya, bagaimana kalau makan malam bersama disini juga?" Suara nyonya Jeon menyapa dari balik pintu kaca tembus pandang. Wajah wanita cantik itu berseri-seri. Nyonya Jeon senang bukan main mantan kekasih putranya akhirnya kembali mengunjungi rumah ini. Terlebih akan membimbing Jungwon sampai ujian kelulusan tiba.

Ingin menolak tapi tidak nyaman. Eunha bingung. Jika ia mengangguk. Itu artinya ia akan lebih lama berada di tempat ini. Itu tidak menjadi masalah jika Jungkook menghilang. Sayangnya lelaki Jeon itu kini bahkan tengah duduk di salah satu kursi meja makan. Menunggu yang lain berkumpul untuk makan malam bersama.

Sial. Eunha mati-matian tidak mengumpat ketika lelaki itu hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi ke arahnya.

Menurut saja lalu duduk disamping Jungwon. Dimana tepat dihadapan Eunha sekarang, ada Jungkook duduk manis tak bersuara. Makanan tersaji. Harumnya saja sudah enak. Rasanya pasti juara. Eunha tahu jika nyonya Jeon pintar memasak.

"Bagaimana kabar ayahmu, Nak? Paman sudah jarang bertemu dengannya." Tuan Jeon memulai obrolan ringan. Karena hubungan antara putranya dengan putri tuan Lee berakhir, semua komunikasi selama dua tahun terakhir ini ikut terputus juga.

"Ayah baik-baik saja." Eunha menjawab dengan sopan. Tubuhnya agak kaku. Seseorang kini tengah mengamatinya juga. Siapa lagi kalau bukan Jungkook.

"Dia tahu kau menjadi guru les Jungwon?"

"Belum. Aku tidak sempat bercerita dengannya karena dia juga sibuk akhir-akhir ini." Eunha memang belum menceritakan tentang ini pada ayahnya. Sebenarnya Eunha tidak terlalu berminat membimbing Jungwon jika nyonya Jeon tidak memohon padanya kemarin.

Makan malam usai setelah Eunha memutuskan pulang secepatnya. Gadis itu diantar oleh Jungwon dan nyonya Jeon sampai halaman depan dimana mobil sedan terparkir. Mobil yang Eunha gunakan saat bepergian kemanapun.

Sayangnya, entah mungkin hari ini adalah hari paling sial bagi Eunha. Mobil yang sore tadi baik-baik saja. Tiba-tiba mendadak mati total. Mesinnya tak bisa hidup. Ada kerusakan yang tidak Eunha ketahui. Jungwon yang menyadari hal itu sontak menghampiri. Melihat-lihat dan benar saja. Mobil yang Eunha kendarai mengalami kerusakan pada bagian mesin.

Malam semakin larut. Nyonya Jeon tidak mengizinkan Eunha pulang naik kendaraan umum. Wanita itu bersih keras menyuruh putra sulungnya agar mengantarkan Eunha pulang. Tadinya Jungwon berniat mengantar, namun nyonya Jeon jauh lebih khawatir jika putra bungsunya yang pergi malam-malam.

Jungkook yang ditarik paksa oleh sang ibu terlihat tidak suka. Lelaki itu tadinya sedang sibuk di ruang kerja mengecek tugas besok pagi yang harus dirinya selesaikan.

"Antar Eunha pulang, Kook. Kau tega melihatnya pulang sendirian?"

"Ma, dia sudah besar. Ada taksi yang akan mengantar sampai depan pintu rumah."

Eunha agak tersinggung. Secara tidak langsung Jungkook seperti menolak ingin mengantarnya pulang. Hatinya jadi lebih sakit. Terlebih diingatkan kembali oleh cerita Jungwon. Dimana Jungkook bahkan dengan senang hati mengajak guru les Jungwon yang sebelumnya diberhentikan untuk makan malam bersama.

"Bibi, aku bisa pulang sendiri. Tidak apa, jangan mengkhawatirkanku. Terima kasih makan malamnya." Eunha membungkukkan badan. Ia berpesan sebelumnya akan menitip mobil di rumah ini. Besok pagi mungkin pekerja bengkel yang akan mengurus semua.

Bebalik arah membelakangi tiga orang itu. Eunha berjalan dengan hati yang jengkel. Heels tingginya terasa menekan pergelangan kaki karena dipakai untuk jalan beberapa kilometer agar menemukan taksi. Jika tidak ada, Eunha terpaksa pergi ke halte bus terdekat.

Jungwon tidak tega melihat Eunha harus pulang sendiri. Menatap kesal ke arah Jungkook dengan tatapan super dingin. Dia sudah memutuskannya sekarang. Tindakan yang sudah Jungwon pikirkan.

"Ma, aku janji akan pulang sebelum pukul sembilan. Mobil Papa ku pinjam sebentar. Dari pada berdiam diri. Lebih baik aku yang mengantar noona pulang."

Jungwon bergegas menyusul Eunha sebelum jauh dari area rumah. Tujuh belas tahun bukan umur yang tepat untuk mengemudi. Namun Jungwon sudah pandai melakukannya karena giat belajar jika sang ayah punya hari libur.

Dibanding Jungkook. Jungwon memang lebih berguna. Kali ini nyonya Jeon benar-benar marah dan kecewa. Putra sulungnya terlalu naif. Padahal dalam hati masih peduli. Nyonya Jeon tahu, foto dalam dompet Jungkook belum tergantikan.[]

Teacher LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang