6 ; enam

4K 782 339
                                    


Jungkook sudah tiba di depan pintu gerbang kediaman keluarga Lee, rumah mantan kekasihnya. Gadis yang tiba-tiba saja pulang dari rumah duka.

Tidak tahu mengapa ia bisa sampai disini. Jungkook hanya mengikuti kata hati. Ia ingin melihat lagi wajah cantik Eunha untuk malam ini saja. Rasanya rindu. Terlebih, mungkin dalam beberapa hari kedepan Jungwon akan menunda les matematikanya. Masih menghormati kepergian sang nenek.

Jungkook mana tahan. Sudah beberapa kali kembali bertemu dengan Eunha. Rasanya ingin terus melihat gadis itu lagi.

Seolah memiliki ikatan batin, pintu gerbang terbuka menampilkan sosok Soobin yang keluar membawa kantung sampah. Ia baru mendapat tugas dari kakak perempuannya yang galak agar membuang sisa makanan ke tong besar di tempat pembuangan sampah kompleks. Letaknya yang dekat, Soobin memutuskannya untuk berjalan kaki.

Hampir mengira Jungkook tukang kurir pengantar barang. Namun Soobin tersadar ketika melihat mobil mewah terparkir tak jauh dari sana. Kedatangan Jungkook kemari memang mengejutkan. Soobin bertanya-tanya apa yang membuat lelaki Jeon itu berkunjung malam-malam begini.

"Hyung? Kau disini?" Soobin sudah lama tidak bertemu Jungkook. Terakhir bertemu ketika Jungkook mentraktirnya makan enak di restoran sekitar tahun lalu.

Wajah lelah Jungkook terlihat jelas. Lelaki itu masih dalam kondisi berduka atas meninggalnya nenek Jeon. Kini lebih suram karena Eunha yang tiba-tiba pulang tanpa kejelasan.

Tingkat keingintahuan Jungkook sangat tinggi. Jadi demi mendapat jawaban langsung, ia rela berkunjung kemari malam-malam ditengah udara yang semakin membuat tubuh menggigil.

"Apa dia sudah tidur?"

"Noona sedang mengerjakan PR ku."

"Apa?" Jungkook agak kaget. Jawaban Soobin terlalu membingungkan untuk di mengerti. Kadang bicara dengan Soobin memang harus butuh kesabaran.

"Nilai kuisku akhir-akhir ini rendah sekali. Jadi noona kesal. Dia membantu mengerjakan PR ku. Sekarang sedang di kamarku. Duduk di meja belajarku. Disana-" Soobin menunjuk jendela kamarnya. Lampu yang masih menyala terang bertanda bahwa Eunha memang berada disana.

Dalam bayangan Jungkook, sosok cantik itu pasti sangat keibuan mengajari adik sendiri materi untuk tugas rumah. Sama seperti ketika Eunha mengajar les matematika Jungwoon.

"Kau sering membuat Noona mu kesal, kan? Jangan dibiasakan. Dia pasti sangat lelah mengajar di kampus. Kau harus belajar lebih giat lagi. Jangan jadi pemalas."

Soobin mengangguk menerima nasehat Jungkook. Memang lebih penurut jika Jungkook yang bicara. "Hyung, aku percaya kau tidak berniat mengkhianati noona. Aku tahu kau pria baik-baik." Tadinya memang hendak membuang sampah. Tapi sekarang Soobin mengulur sedikit waktu. Kehadiran Jungkook membuat rasa rindunya dengan lelaki itu terobati.

Soobin menyayangi Jungkook. Orang yang bisa mengertinya selain keluarga Lee.

"Aku tidak tahu mengapa ada orang yang tega melakukan ini."

"Hyung, setidaknya perjuangkan kembali hubungan kalian. Pasti masih ada harapan untuk kembali."

"Sulit Soobin-ah. Dia sangat membenciku sejak hari itu-"

"Tapi kau tidak bersalah. Jika berpelukan adalah tanda hubungan asmara. Apa bedanya dengan aku yang memeluk noona karena kami kakak adik? Hyung, aku yakin, Eunha noona masih mencintaimu juga. Foto pertunangan kalian masih ada di dalam kamarnya." Soobin sempat masuk ke kamar Eunha waktu itu. Memang benar melihat sebuah bingkai foto diatas meja nakas adalah gambar yang diambil saat hari mereka bertunangan.

Teacher LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang