Jungkook hampir meraih bibir seksi itu jika saja gadis kecil disamping Eunha tidak mengigau ketakutan menangis di alam bawah sadar. Mengganggu. Jungkook hampir mengumpat namun tersadar, Milly adalah putri dari Fiona, sahabatnya.Menghela nafas lemah. Dulu, bahkan untuk sekedar mengecup bibir seksi itu bukan perkara sulit. Kapanpun ia bisa melakukannya.
Sekarang seperti tak ada harapan untuknya bisa melakukan hal itu lagi.
Jungkook bangkit kemudian beralih menuju tempat Milly tertidur. Mengusap dahi gadis kecil itu yang nampak berkeringat. Berusaha menenangkan dengan suara lirih, pelan sekali tapi berhasil membuat Milly diam.
"Kau benar-benar gadis kecil yang manis. Pantas Eunha sangat menyukaimu, Milly-ah. Dia ingin sekali punya anak perempuan." Jungkook menyadari semua keinginan Eunha yang belum terwujud. Rasa bersalah itu tidak pernah pudar. Walau mungkin ia telah dimaafkan, Jungkook tetap merasa hancur. Ia lalai dalam membahagiakan Eunha saat masih berhubungan baik. Satu kesalahan, menghilangkan ribuan hal manis yang pernah ia berikan.
Jendela kamar nampak berembun. Salju begitu tebal. Cuacanya sangat buruk untuk bepergian keluar. Jungkook memperbaiki letak selimut tebal yang digunakan Eunha juga Milly. Mengecup sebentar kening milik gadis yang masih ada dalam hatinya. Bentuk perasaan rindu.
"Aku masih mencintaimu, Eunha." Ungkapan itu tulus dari lubuk hati Jungkook. Perasaannya sangat hancur. Semua masalah datang beruntun. Ia tak bisa mengendalikannya dengan mudah. Yang Jungkook bisa lakukan hanya berusaha bertahan. Karena ketika ia sudah menyerah, itu artinya tak akan ada lagi persaan cinta tumbuh dihatinya, selamanya.
Banyak misteri yang ingin ia pecahkan. Akar permasalahan dari fintah dan kesalahpahaman. Benang kusut itu nyaris menjadi gumpalan bola yang akan membesar jika terus dibiarkan kusut. Jalan satu-satunya, Jungkook harus bisa memotong semua. Menyudahinya. Garis takdir yang amat buruk dalam hidupnya.
"Aku akan berusaha mencari cara, agar kau tidak lagi terus salah paham denganku, Eunha." Dilihatnya jarum jam menempel pada dinding. Sudah hampir pagi. Dan Jungkook belum tidur. Ia merogoh kunci dalam saku celana. Kamar tamu yang Stavani berikan untuk ia bersitirahat dini hari ini.
Entah apa yang akan terjadi esok pagi ketika Eunha sudah tersadar, dan mengetahui jika ia berada di tempat yang sama dengan Jungkook.
• • •
Dinginnya cuaca mengharuskan Jungwon memakai jaket tebal berlapis dua pakaian lain. Saat menghela nafas, kepulan asap keluar melalui mulut maupun hidung. Ia mengusap telapak tangan ke sebuah cangkir berisi kopi moka yang panas. Duduk dalam sebuah cafe seperti biasa. Menunggu Kim Jihan datang. Sedari malam tadi, Jihan terus berisik memenuhi notifikasi ponselnya. Gadis Kim itu akan datang bersama Kim Namjoon sang kakak.
Gila sebenarnya, pukul enam pagi buta seperti ini mengajak bertemu. Dimana mungkin beberapa orang masih memutuskan bergumul dengan selimut tebal menikmati waktu tidur yang pulas. Tapi demi Jihan yang meminta, Jungwon harus melakukannya. Mengusir rasa kantuk dengan secangkir kopi. Menunggu di sebuah cafe 24 jam nonstop terbuka untuk siapapun. Pemilik cafe tahu, di musim dingin seperti sekarang, sudah pasti banyak orang menginginkan kopi instan atau minuman hangat ketika hendak bepergian keluar rumah.
Jungwon melihat mobil sedan warna putih yang baru saja berhenti tepat di parkiran cafe. Sosok cantik Jihan muncul keluar dari dalam mobil bersama satu laki-laki tak lain Namjoon. Proporsi tubuh ideal Jihan yang tinggi benar-benar warisan dari sang kakak. Jungwon menyadari itu ketika melihat bagaimana Kim Namjoon bertubuh atletis yang menjulang tinggi.
"Won?!" Jihan tiba di meja tempat Jungwon menunggu. Langsung memanggil pelayan cafe bergegas memesan coklat panas untuk dirinya maupun sang kakak.
Jungwon kemudian mengeluarkan kartu dari dalam dompet, memberikannya pada sang pelayan. Tentu saja membayar tagihan minuman yang Jihan pesan. Ia ingin memberi kesan baik untuk kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher Lee
FanfictionSudah lima guru les yang gagal bertahan walau hanya satu minggu menjadi pembimbing Matematika Jeon Jungwon. Bukan. Ini tidak seperti cerita pada umumnya dimana Jungwon adalah anak nakal dan suka membuat masalah. Tapi- Jeon Jungkooklah penyebabnya. ©...