Double update!!! Wkwkwk!!! Masih sanggup ramein kan??? Yuksssss, gas keun!- - -
"Jangan menangis. Aku tidak suka gadis cantik sepertimu sedih." Taehyung belum melepaskan dekapannya di tubuh Eunha. Dinginnya cuaca malam ia hempas agar tak membuat gadis yang dicintainya menggigil.
Eunha semakin meninggikan isak tangis. Ia tersentuh dengan kalimat yang Taehyung ucapkan padanya. Mungkin sudah waktunya ia membuka hati pada pria lain untuk kembali bersama cinta yang lebih membahagiakan.
"Kau datang kemari malam-malam hanya untuk bicara itu, oppa?" Eunha membalikkan badan. Air matanya langsung dihapus oleh ibu jari milik Taehyung. Tidak suka melihat Eunha menangis tersedu seperti ini.
"Milly menunggu di mobil. Aku ingin mengajakmu makan malam. Belum sampai jam delapan. Kau sudah makan?" Eunha menggeleng. Ia kemudian melihat mobil Taehyung yang terparkir di luar gerbang rumahnya.
"Aku akan ganti baju lebih dulu-"
"Tidak perlu. Kau sudah cantik dengan tampilan begini saja. Ayo." Menggenggam jemari Eunha tak kalah erat. Mereka pergi menuju restoran tempat untuk makan malam bersama.
Lagi dan lagi kesedihan Eunha selalu di hapus oleh kehadiran Taehyung juga Milly yang membuat harinya tidak terlalu buruk.
Semua kenangan pahit tentang asmaranya yang gagal sebelumnya, Eunha ingin membuang semua itu jauh-jauh.
Tersenyum melihat Milly sedang asik bermain dengan bonekanya. Itu adalah hadiah yang sempat Eunha belikan karena ingin Milly punya boneka baru. Gadis kecil itu menggemaskan dengan tingkah polosnya yang bicara sendiri di kursi belakang.
"Aku tidak suka jika kau menangisi laki-laki itu lagi." Taehyung menoleh ke arah samping. Melihat Eunha yang berusaha menyamarkan air matanya dengan tisu.
Tangannya menggenggam jemari mungil milik Eunha. Memberi kehangatan disana.
Rasa cinta yang dulu tumbuh, kini semakin besar. Taehyung memang bersyukur jika ada kesempatan dirinya bisa kembali memiliki Eunha. Tapi tidak untuk kesedihan gadis itu tentang semua kenangan buruk dalam hubungan asmara yang sebelumnya.
Berniat mengunjungi salah satu restoran ternama. Memiliki banyak menu menarik dan mengenyangkan. Taehyung akan mengocek dompetnya lagi mentraktir Eunha makan malam yang spesial. Ia ingin memberikan kesan manis yang sesungguhnya pada Eunha lewat semua usahanya dalam mendapatkan hati rapuh gadis Lee itu.
Langit malam yang indah membuat hati Eunha lega. Jika saja Taehyung tidak datang dan mengubah jadwalnya malam ini, mungkin dirinya masih terpuruk menangis di dalam kamarnya sendiri.
"Oppa, bagaimana jika malam ini aku menginap di rumahmu?" Permintaan Eunha hanya pemikiran yang datang begitu saja saat ini.
Eunha menoleh ke arah Milly. Ia hanya ingin menghabiskan malam lebih lama dengan Milly. Ingin tidur di kamar gadis kecil itu. Banyak bercerita serta melakukan kegiatan lain yang menyenangkan.
Sudah pernah menginap di rumahnya. Tentu Taehyung tidak begitu keberatan. Ia hanya was-was jika Eunha akan mendapat amarah lagi dari tuan Lee.
"Tidak perlu cemas tentang ayah. Aku akan bilang kalau aku memang sedang butuh Milly untuk menghilangkan kesedihanku malam ini. Jadi, tidak apa, kan?"
Mengangguk sebagai jawabannya. Eunha bahagia. Ini kesempatannya untuk benar-benar melupakan luka yang telah lama bersarang dalam hatinya.
"Makan yang banyak malam ini. Kau harus bahagia. Jangan sedih memikirkan hal yang sebenarnya tidak penting itu, Eunha."
• • •
Hari yang ditunggu tiba. Keberangkatan Jihan dan Jungwon ke Daegu. Libur sekolah membuat keduanya berhasil sampai di Daegu. Ditemani Namjoon yang rela mengemudi agar kedua adiknya ini tidak repot dalam transportasi.
Jungwon masih belum memiliki SIM. Berbahaya jika menyetir mobil sampai keluar kota.
Rumah teman Jihan di depan mata. Tetangga yang pernah teman Jihan maksud yang tak lain Hands kini tengah menemani seorang anak kecil bermain di teras rumah. Halaman yang tak cukup besar mempermudah jarak dalam pandang.
"Sekarang. Kita benar-benar harus menemuinya." Jihan menoleh menatap sang kakak yang duduk disampingnya. Duduk di kemudi. "Biar aku dan Jungwon yang turun."
Kemudian mereka bergegas melangkah menghampiri rumah minimalis yang tertata banyak sekali tanaman hijau. Suasana yang asri selayaknya kedamaian yang lama tak dirasakan baik Jungwon maupun Jihan. Ibukota lebih kental dengan aktivitas sibuknya dengan banyak kegiatan.
Melihat kedatangan dua orang, Hands nampak terkejut. Lelaki itu kebingungan namun tetap menyapa. Benar sekali yang Jungwon lihat dihadapannya sekarang. Persis seperti foto Hands dalam buku tahunan bersama Jungkook kakaknya.
"Permisi, apa kami boleh bertanya?" Jihan dengan suara imutnya bicara ramah. Ia senang jika Hands tidak cuek.
Anak kecil yang bersama Hands tetap melanjutkan permainannya. Mengabaikan tiga orang dewasa yang kini masih saling menatap tanpa berniat duduk di teras rumah. Pagar kayu itu seperti tempat yang lebih nyaman untuk bicara. Terlebih mereka sama-sama orang asing yang tak mengenal sebelumnya.
"Ingin bertanya apa? Saya akan menjawab jika memang bisa." Hands sangat sopan. Wajahnya yang tampan membuat Jungwon berdecak kagum. Teman-teman kakaknya memiliki visual memukau. Termasuk Jungkook sendiri.
"Apa benar paman adalah Hands? Seorang kewarganegaraan Amerika?" Jihan yang fokus dengan beberapa pertanyaannya. Sedang Jungwon hanya masih mengamati. Berusaha mencari kebenarannya.
Hands nampak bingung. Ia jelas tidak mengerti dengan maksud dari gadis cantik didepannya. Ia seperti orang linglung.
"Saya Johns. Memang benar asli dari Amerika." Setelah menjawab ini. Wanita paruh baya keluar dari rumah. Terkejut melihat ada dua orang yang sedang bicara bersama putranya.
"Johns-ah, ibu minta tolong perbaiki saluran air sebentar di dapur, Nak." Lemah lembut. Terbukti sekali keluarga ini sangat harmonis. Hands ataupun yang mengaku bernama Johns itu segera mengangguk. Pergi ke dalam untuk memperbaiki apa yang sang ibu perintahkan.
Jihan dan juga Jungwon sama-sama kebingungan dengan kesaksian yang mereka dapatkan. Jika laki-laki itu bernama Johns, lalu Hands siapa? Dimana Hands yang sebenarnya?
Wanita paruh baya tadi mendekati tempat Jihan dan Jungwon berdiri. Ia menyapa dengan sopan. Bahkan menyuruh agar Jihan-Jungwon duduk lebih dulu, ia ingin membuatkan minuman. Bahkan dengan orang asingpun wanita paruh baya itu sangat baik.
"Kalian mengenal putraku Johns???" Tanyanya.
Jihan mengangguk namun juga agak ragu.
"Sebenarnya dia bukan putraku. Aku menemukannya tergeletak di tengah jalan. Dia mengalami kecelakaan tabrak lari. Karena dia tidak mengenal siapa namanya, jadi aku memberinya nama Johns karena ia seperti pria asing dari luar. Tapi sebelumnya, dia seperti baru saja di rampok. Aku hanya menemukan satu benda yang aku sendiri tidak mengerti benda apa di tangannya waktu itu."
Jihan langsung mengerti maksud dari bibi itu. Ia membolakan matanya dengan memohon agar sang bibi memperlihatkan benda yang sempat Hands bawa.
Bukan spekulasi lagi. Tapi lelaki bernama Johns itu memang benar Hands. Jihan baru mengerti jika Hands kecelakaan lalu hilang ingatakan. Ada kemungkinan Hands di rampok oleh orang lain, setelah itu, ia ditabrak oleh orang yang mencuri mobil Hands. Sungguh pintar otak Kim Jihan.
Bibi itu masuk ke dalam guna mengambil barang yang sempat ada di tangan Hands saat ia menemukannya.
Jihan dan Jungwon saat melihat bungkusan yang bibi itu bawa dari dalam rumah. Keduanya sama-sama tersentak kaget. Saling menatap dengan pandangan penuh arti.
"Rekaman cctv nya!!!" Jihan bersorak. Itu benda yang sedang mereka cari. Bukti satu-satunya yang tersisa atas fitnah kejam yang menimpa orang-orang tak bersalah.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher Lee
FanfictionSudah lima guru les yang gagal bertahan walau hanya satu minggu menjadi pembimbing Matematika Jeon Jungwon. Bukan. Ini tidak seperti cerita pada umumnya dimana Jungwon adalah anak nakal dan suka membuat masalah. Tapi- Jeon Jungkooklah penyebabnya. ©...