Musim dingin terburuk jatuh pada awal tahun ini. Jungkook tahu, Eunha memiliki rasa ketidaksukaan yang berdasar pada kecemburuannya. Gadis itu marah dan kecewa karena sosok Fiona. Namun tanpa Eunha ketahui, kebenaran belum sempat sedikitpun ia utarakan. Ingin bicara selalu di rusak oleh kepala batu gadis itu.Seperti sekarang. Ia berbaik hati menahan agar Eunha tidak pergi atau bahkan membawa Milly bersama. Cuaca yang sedang tak bersahabat membuat Jungkook harus melakukannya. Terlebih, ia sudah mendapat kabar jika gadis Lee itu sempat pingsan karena badai salju. Dan Jungkook tidak bisa tenang jika harus terulang hal yang sama.
"Lee Eunha, dengarkan aku. Satu kali ini saja. Aku mohon. Setelah itu, terserah kau ingin percaya dengan siapa."
"Aku tidak mau dengar penjelasanmu lagi. Jadi biarkan aku pergi-YHA!!!" Eunha refleks berteriak saat tubuhnya terpaksa dibopong seperti layaknya karung beras tepat dibahu Jungkook.
Lelaki itu menuju lantai atas, dimana kamar yang ia tempati semalam. Melempar tubuh Eunha ke atas ranjang. Sebelum itu, Jungkook mengunci pintunya agar Eunha yang keras kepala tidak bisa kabur kemana-mana.
"Sakit Jungkook!" Omelan itu menggema. Eunha memegangi keningnya yang sakit akibat mendarat diatas ranjang dengan sangat buruk. Kepalanya terantuk pada pinggiran ranjang kayu. Satu spekulasi dari gadis itu sekarang, memar pasti menghiasi keningnya.
Di depan pintu. Jungkook masih diam menatap serius. Ia tidak bermaksud membuat Eunha harus terantuk pinggiran ranjang. Hanya saja satu-satunya cara paling ampuh menahan si keras kepala hanya dengan cara seperti ini.
"Dengarkan penjelasanku. Dan aku akan mengeluarkanmu setelah itu."
"Penjelasan apalagi? Kau selalu beralasan dan berbohong denganku."
Jungkook menarik nafas, menghembuskannya perlahan. "Baiklah. Aku akan menceritakan semua yang tidak pernah aku sampaikan padamu selama ini. Tidak akan ada lagi rahasia apapun dariku. Tapi kau harus mendengar semua penjelasanku."
"Ce-ceritakan sekarang. Jangan melangkah lagi. Tetap disitu dan bicaralah." Eunha jadi gugup. Ia baru menyadari, mereka berdua di dalam ruang kamar. Hanya berdua. Pikirannya mulai tidak sehat. Ia merasa konyol, disaat sedang dalam situasi seperti ini, justru malah memikirkan dada bidang Jeon Jungkook yang atletis dengan otot super kekar. Eunha ingin menangis karena merasa begitu bodoh sekarang.
Ya, bodoh karena masih mengingat tubuh seksi mantan.
"Selama ini, aku tidak pernah berbohong padamu seperti yang kau bicarakan."
"Bohong! Kau bahkan pernah berhubungan dengan Fiona, tapi kau diam-diam saja."
"Lalu jika aku pernah berhubungan dengan Fiona, apa itu pantas untuk kau ketahui? Bukan hanya dengan Fiona. Aku pernah menjalin banyak hubungan dengan perempuan lain sebelum denganmu. Tapi nyatanya, kau yang aku perjuangkan sampai ke tahap pernikahan. Bagimu mungkin hal seperti ini sangat penting sekarang. Tapi bagiku, untuk apa mengingat semua itu. Aku hanya akan fokus mencintaimu karena kau gadis terakhir dihatiku." Perkataan Jungkook entah mengapa mampu membuat Eunha bungkam. Eunha baru menyadari untuk kesekian kali, Jungkook memang tidak pernah berkata bahwa ia cinta pertamanya. Saat itu, dirinya yang terlalu bahagia memiliki Jungkook yang sempurna hingga merasa menjadi perempuan pertama bagi laki-laki itu.
"Tetap saja. Kau masih sering bepergian dengan Fiona. Dan tidak izin denganku. Lalu berpelukan, tidur bersama---mungkin juga-"
"Tidak. Kau salah besar. Untuk izin, aku minta maaf karena tidak bilang apapun jika aku berlibur ke Jeju bersama temanku. Tapi untuk foto berpelukan, Stevani temanku juga ku peluk. Sedang foto tidur bersama, itu jelas fitnah. Aku tidak pernah tidur dengan Fiona."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher Lee
FanfictionSudah lima guru les yang gagal bertahan walau hanya satu minggu menjadi pembimbing Matematika Jeon Jungwon. Bukan. Ini tidak seperti cerita pada umumnya dimana Jungwon adalah anak nakal dan suka membuat masalah. Tapi- Jeon Jungkooklah penyebabnya. ©...