Snape membuka matanya, seberkas cahaya masuk dan menyilaukan matanya. Ada suara di luar sana, dia dapat mendengar sesuatu yang sangat familiar.
"You're freak Lily. I'll tell mommy you're freak," itu suara anak perempuan di luar sana.
Snape keluar dari pohon tempat dia biasa menghabiskan waktu, dilihatnya dua orang anak perempuan yang satu berambut coklat dan yang satu berambut merah. Anak berambut coklat itu berbalik dan pergi.
Snape mengambil tanaman di dekat kakinya lalu dia terbangkan tanaman itu ke anak perempuan berambut merah tadi dengan sihir. Gadis itu tersenyum.
Semua itu tak berlangsung lama, pandangan Snape mengabur dan dia mendapati dirinya di lorong gelap. Kini dia justru berdiri di bawah hujan, namun pakaiannya tak basah sama sekali. Di sana dia melihat Olivia yang duduk di ayunan berkarat, seluruh tubuhnya basah. Olivia menatap Snape dan tersenyum.
"Hello Seveinstein," seru gadis itu. Snape tersenyum hendak menghampirinya. Tapi semuanya kembali gelap, kini dia justru berada di Godric Hallow di depan rumah keluarga Potter.
Snape melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah yang sudah hampir roboh itu. Di sana dia dapat melihat dirinya yang sudah dewasa memeluk jasad Lily yang pucat. Dada Snape sesak. Air mata mengucur membasahi pipinya, dia tak sanggup melihat itu.
Pandangannya kembali mengabur, dia berada di ruangan yang hampir seluruhnya putih. Banyak orang berjas putih berkeliaran. Dari kejauhan Snape dapat melihat Olivia dengan dress putih pendek yang berdiri memegang tiang yang Snape tak tahu itu apa. Tapi Snape dapat merasakan denyut jantungnya yang sangat cepat, keringat dingin mulai membanjiri kepalanya sampai ke leher.
Lagi-lagi semua menjadi gelap, Snape melihat cahaya putih berada di depannya berusaha menjauhinya. Snape mengejar cahaya itu berharap bisa keluar dari kegelapan.
*
Matanya terbuka dan dia mendapati dirinya yang sudah banjir keringat. Matahari masuk dari celah jendela kamarnya, hari ini terasa hangat daripada hari-hari sebelumnya. Langit juga tampak lebih cerah dari biasanya.Snape bangkit dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dia ikut sarapan dengan anak-anak lain yang sebenarnya tak suka akan kehadirannya. Snape punya aura yang menyeramkan sehingga beberapa anak takut padanya.
Sesampainya di sekolah, kelas sudah mulai ramai. Tapi dia tak menemukan keberadaan Olivia di mana-mana—ke mana anak itu, tanyanya dalam hati.
Sampai sekolah berakhir pun Snape tak kunjung melihat Olivia, akhirnya dia terpaksa bertanya pada Alan dan Jack.
"Apa kalian melihat Ollie?" tanya Snape cepat dan dingin.
"Ollie? Vi maksudmu?" ujar Alan, "kemarin dia bilang dia memang tak datang hari ini, aku lupa apa katanya. Apa katanya Jack?" Alan mengoper pertanyaan Snape ke Jack, sedang Snape berdecak. Benar-benar membuang waktunya yang berharga.
"Dia pergi ke Amerika malam tadi," jawab Jack, "dia ingin memberitahu mu tapi dia tak menemukanmu di rumah pohon."
"Kenapa dia pergi ke sana?" tanya Snape lagi.
"Dia tak beritahu kami kenapa," kini giliran Alan yang menjawab.
Snape menatap kedua anak laki-laki di depannya lalu melangkah pergi tanpa berkata apapun lagi.
Dia berjalan menyusuri gang-gang dan jalan besar yang tampak sunyi, langit kembali gelap padahal tadi pagi langitnya sangat cerah.
Snape singgah di taman bermain tempat biasanya dia dan Olivia menghabiskan waktu kala bosan terus-terusan berada di rumah pohon. Dia duduk di ayunan dan berayun pelan ditemani suara anak-anak lain yang juga sedang berada di sana, tak banyak—hanya sekitar 4 sampai 5 orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND [SEVERUS SNAPE] ✓
FanfictionBagaimana jika seandainya Severus Snape hidup kembali setelah kematiannya di tangan Lord Voldemort? Bagaimana jika dia lahir kembali namun bukan sebagai penyihir melainkan sebagai muggle? ✨Pertama kali dipublikasikan tanggal 24 Desember 2020 ✨ Seles...