Epilog

981 96 39
                                    

Setelah kejadian di musim panas itu, semua kembali normal. Snape kembali menjalani aktivitas tahun terakhir nya di Hogwarts, begitu juga dengan yang lain. Normal, tak ada Pelahap Maut ataupun tentara musuh yang ingin membunuh.

Mr. Larry Potter juga sudah menemukan ramuan yang akan menghapus kutukan Anita pada Olivia, tentu saja dengan bantuan beberapa penyihir terbaik di dunia.

"Padahal aku tak suka minum ramuan," kata Olivia berjalan sendirian dengan cepat di lorong Manor-nya.

Olivia berdiri menatap gagang pintu besar yang di dalamnya terdapat ramuan dan beberapa orang yang akan melihat perkembangannya, ia takut sejujurnya. Perlahan, gadis remaja itu membuka pintu dan nampaklah ayahnya dan beberapa penyihir yang seperti akan membunuhnya.

Larry menghampirinya, "ayo."

Olivia lalu duduk di tengah-tengah ruangan, ia mengambil gelas berisi ramuan berwarna merah dengan tangan bergetar. Olivia menelan ludahnya kasar, rasanya ingin kabur sekarang juga. Dengan tekat kuat, gadis itu lalu meneguk ramuan tadi hingga habis. Rasanya pahit, pikirnya.

"Rasanya seperti air selokan," cibir Olivia dengan wajah yang seperti menahan muntah.

"Memangnya kau pernah minum air selokan?" tanya ayahnya, Larry.

Olivia menatap Larry kesal, "mana mungkin aku minum air selokan."

Tiba-tiba saja darah mengucur keluar dari kedua hidung Olivia, itu membuatnya panik. Tidak dengan Larry dan penyihir di sana yang tetap tenang, mereka satu persatu mengeluarkan tongkat sihirnya.

Tak hanya hidung, tapi juga mulut dan mata. Olivia mulai merasakan sakit di sekujur tubuhnya, seakan-akan ada yang menyayat nya. Terdapat banyak sayatan di tubuhnya yang muncul tiba-tiba, darah mengucur deras di mana-mana. Olivia menjerit kesakitan.

"Ayah," lirihnya.

Snape berjalan di taman belakang Giandra Manor, ia khawatir jujur saja ketika Olivia mengatakan kalau hari ini ayahnya akan menghapus kutukan Anita. Snape pun memutuskan untuk datang, dan sekarang di sinilah ia berdiri tepat di depan bunga mawar yang sedang mekar.

"Snape," itu suara Dash.

Snape pun berbalik, "hai Dash."

"Aku berharap ia akan baik-baik saja," ucap Dash dengan senyum lebarnya. Snape mengangguk berharap hal yang sama.

Dash menjentikkan jarinya, "aku punya sesuatu untuk menghibur mu."

"Apa?" tanya Snape antusias.

Dash lalu mengeluarkan sebuah toples kaca, dan memberikannya pada Snape.

"Itu kunang-kunang," ujar Dash semangat.

Snape tersenyum lebar ke arah Dash, "thanks."

Senyum lebar Snape membuat pipi Dash memerah, ia bisa melihat sisi lembut Snape sebagai manusia. Lalu tiba-tiba ia tersadar sesuatu.

"Bukankah seharusnya kau di Hogwarts?" tanya Dash tiba-tiba.

Snape gelagapan tapi tetap berusaha mempertahankan wajah datarnya, "aku izin pergi sebentar pada kepala sekolah."

"Memangnya boleh?"

"Tentu saja."

"Kau bisa melihat kunang-kunang nya bercahaya ketika malam," ujar Dash lagi.

FRIEND [SEVERUS SNAPE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang