That's Me

1.4K 220 71
                                    

Sudah lebih dari seminggu sejak Snape terakhir kali bermain dengan Olivia, mereka hanya bertemu di Sekolah sejak dari taman bermain itu. Bahkan di sekolah dia hampir tak punya banyak waktu yang dihabiskan dengan satu-satunya teman yang dia punya. Fyi, Olivia lebih sering pergi ke ruang musik dan berlatih bersama dengan Alan, lalu ketika pulang sekolah dia akan pergi ke kursus.

Lagi-lagi Snape sendiri.

Hujan yang turun sangat deras sore ini, Snape tak berniat kembali ke panti asuhan. Dia tetap duduk di dalam rumah pohon yang atapnya sedikit bocor sambil memeluk kedua lututnya di pojok dari rumah pohon itu agar tak terkena air hujan yang masuk.

Tatapannya kosong, bahkan matanya hampir tak berkedip sama sekali. Tiba-tiba cahaya dari dalam hutan muncul, yang dia yakini itu berasal dari gubuk reyot yang pernah dia dan Olivia datangi. Snape penasaran, tapi dia juga tak ingin basah oleh air hujan. Dengan masih menatap hutan dari jendela di rumah pohon itu, Snape yakin telah melihat seseorang di sana. Seperti kata Olivia orang itu aneh, mirip seperti-seseorang yang sepertinya dia kenal.

Snape sekarang dikejutkan dengan Olivia yang menepuk bahunya, dilihatnya anak perempuan yang menggunakan jas hujan pink serta boots pink. 'kenapa jadi mirip umbridge serba pink.'

"Halo Snape," ujar Olivia menunjukkan gigi putihnya, "lama tak bertemu," sambungnya sambil membuka mantel yang dia pakai, sekarang dapat terlihat seragam sekolah yang sepertinya tak pernah ia ganti.

"Lama tak bicara lebih tepatnya, kita berjumpa setiap hari di sekolah. Tapi...kau punya banyak teman baru sepertinya," ucap Snape sambil duduk kembali ke tempatnya semula, "kurasa aku bukan temanmu satu-satunya lagi."

"Memang," balas Olivia, "tapi kau tetap temanku kan?"

"Bisa jadi."

Sempat hening sejenak sampai akhirnya Olivia membuka suara, "sebentar lagi ujian padahal aku belum mempersiapkan apapun," dia memeluk kedua lututnya, "tapi kurasa ujiannya tidak akan sulit. Iya 'kan?"

"Benar. Memang tidak sulit," jawab Snape sambil membuka buku hariannya, "kurasa kau sudah bisa membaca dan menghitung. Iya 'kan?"

Olivia memukul bahu Snape kencang, "ya tentu saja, Orin bilang aku sudah membaca dan menulis saat umurku 3 tahun lalu aku mulai bisa menghitung saat umurku 4 tahun, bahkan bacaan ku sangat lancar. Hanya agar kau tahu."

"Oh ya?" tanya Snape tak percaya, menurutnya Olivia seperti anak perempuan yang suka mengada-ada, "sepertinya pengawal pribadimu itu berbohong."

"Mana mungkin Orin berbohong, dia orang yang baik asal kau tahu," kini dia mengeluarkan sesuatu dari kantong rok sekolahnya, "aku punya dua permen, mau satu?"

"Aku tak suka yang manis," tolak Snape masih dengan wajah datar. "Baguslah kalau begitu, aku jadi tak perlu berbagi," Olivia mulai memakan satu permen sambil memasukkan satunya lagi ke dalam kantong.

"Anyway," ucap Olivia lagi kali ini, "aku baru sadar kalau ada salah satu karakter di film dan buku Harry Potter yang namanya mirip denganmu. Severus Snape."

Snape tersenyum miring, "bagaiman kalau aku bilang itu adalah aku."

"AHAHAHAHAHA," Olivia tertawa terbahak-bahak sampai menelan permennya sendiri, "lucu sekali, hanya karena namamu sama persis dengan karakter 'profesor Snape'?!" Olivia mengusap air mata yang keluar dari matanya.

"Tidak percaya?" Snape menatap Olivia tajam, "kau akan menyesal nanti." Tak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Snape Olivia masih tertawa keras.

Tawanya berhenti ketika mendengar ledakan dari dalam hutan yang ternyata dari gubuk reyot di sana. Olivia memakai mantelnya lagi karena ingin lihat apa yang terjadi, "oh iya ada payung tergantung di atas pohon kalau kau butuh," ucapnya sebelum turun dari rumah pohon.

Snape heran dengan anak perempuan yang satu ini, kenapa harus menaruh payung di atas pohon? Ini membuatnya harus memanjat lebih tinggi lagi ke atas rumah pohon. Karena Snape tinggi dia tak kesulitan menggapai payung tersebut.

Mereka berjalan tak terlalu jauh ke dalam hutan hingga sampai di gubuk tersebut yang isinya sudah seperti kapal pecah. "Siapa yang melakukan ini?" Olivia kebingungan dan mencari-cari sumber ledakan.

Di atas meja terdapat kuali berisi ramuan yang sekarang sudah menempel di dinding dan tempat-tempat lain, cairan itu penyebab ledakan. Snape tau ramuan apa itu, jelas tahu, dia adalah master ramuan paling hebat sepanjang sejarah.

"Jangan sampai kau terkena cairan itu," sahut Snape yang berdiri agak jauh dari Olivia, "akan ada bisul di tubuhmu kalau terkena cairan itu."

"Tahu darimana?" tanya Olivia.

"Sulit untuk dijelaskan. Ayo kembali ke rumah pohon," Snape langsung menarik Olivia dari sana. Sebelum benar-benar keluar, Snape dapat melihat tongkat sihir di bawah kursi. Itu membuatnya sempat berhenti berjalan namun pegangan erat Olivia di tangannya menyadarkannya.

"Ada pria bertopeng di balik pohon itu," bisik Olivia pada Snape.

Snape melihat ke arah yang dimaksud, "tak ada siapa-siapa. Ayo cepat kita pergi dari sini."

Kini mereka berlari menjauh dari gubuk, namun bukannya ke rumah pohon justru semakin masuk ke dalam hutan dan parahnya lagi tak satupun dari mereka berdua yang sadar. Dan sekarang mereka sudah berdiri tepat di depan dinding besar yang pernah mereka datangi sebelumnya.

"Eh? Kok ke sini?" sahut Olivia sambil mengusap wajahnya yang basah karena air hujan.

"Aku mengikuti mu, itu artinya kau yang bertanggung jawab kenapa kita sampai di sini," ujar Snape.

"Ah gak seru," balas Olivia sambil berjalan masuk ke dalam gerbang besar di depannya sambil diikuti Snape.

Ketika masuk, mereka berdiri di sebuah ruangan besar dengan simbol di lantai. Snape tahu itu simbol apa, 'Deathly Hallows' pikirnya. Ada yang aneh di tempat itu, seakan-akan ada yang menarik Snape ke atas ketika dia berdiri di tengah-tengah simbol.

"Hey! Ada apa?" tanya Olivia cemas karena melihat wajah Snape yang semakin pucat.
"Nothing," balas Snape lalu pergi meninggalkan tempat itu.

"Lain kali jangan ke sini lagi. Ayo pergi," katanya lagi sambil membuka payung dan berjalan cepat. Olivia terlihat masih kebingungan dan akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah.

Hari-hari esoknya ternyata Olivia tak terlihat lagi, Snape benar-benar sendiri sekarang. Olivia mungkin sibuk dengan kursus pianonya, pikir Snape. Bahkan sekarang ujian juga sudah selesai, dia tak tahu harus apa selama Olivia tidak ada karena selama ini pun Olivia lah yang mengajaknya bermain.

Mata Snape menatap ke jendela rumah pohon yang mengarah ke hutan, dilihatnya seorang pria setengah raksasa masuk ke hutan. Snape seperti mengenalnya dan memutuskan untuk mengikuti pria tersebut. Pria setengah raksasa itu masuk ke dalam gubuk reyot di dalam hutan, Snape masih mengikutinya.

"Hagrid?"

#
Yo!! Makasih yang udah mau baca dan vote, kalau ceritanya ada yang kurang komen ya biar bisa ditingkatkan lagi.

Fyi, Snape kurang terkenal di sekolah ataupun lingkungan jadi dia gak punya teman selain Olivia. Oh iya, Olivia itu walaupun umurnya masih 6 tahun karakter dia punya pola pikir yang lebih dewasa dari anak-anak lain makanya nyambung kalau diajak bicara sama Snape walaupun agak gubluk.

See you bye bye✌️

FRIEND [SEVERUS SNAPE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang