Part 48

35.3K 4.2K 1.2K
                                    

"Gatra bangun! Perut aku sakit."

Tengah malam Naya terbangun dari tidurnya ketika merasa perutnya sakit, ia mencoba menahan tangannya agar tak mencengkram perutnya.

Tangannya menggeplak keras bahu Gatra yang masih terlelap, mendengar suara jeritan dan geplakan dibahunya yang tak kunjung berhenti membuat tidur Gatra terusik.

Gatra mengerjapkan mata, ia langsung terduduk melihat Naya yang sedang meringis kesakitan dengan peluh sebesar biji jagung memenuhi dahinya. Sungguh nyawa Gatra belum sepenuhnya terkumpul dan ia sudah dibuat panik oleh Naya.

"Ka-kamu kenapa, Nay?" Gatra tergagap.

Naya menggelengkan kepala, dia menggigit bibir bawahnya sendiri dan tangannya mencengkram kuat bahu Gatra.

"Den, Non! Apa kalian baik-baik saja?" Seru Bi Sumi dari luar kamar.

Buru-buru Gatra membukakan pintu setelah melepaskan cengkraman Naya dibahunya, Gatra mempersilahkan Bi Sumi masuk berharap bisa menyelesaikan masalah Naya.

"Non Naya berdarah, Den." Gumam Bi Sumi menutup mulutnya sendiri melihat darah kental merembes dibetis Naya.

"Gatra, aku nggak tahan! Sakit hiks." Jerit Naya tak karuan.

Gatra panik, ia menyambar kunci mobil dan membopong Naya keluar kamar.

"Bibi jagain Jio di rumah, aku bawa Naya ke Rumah sakit. Tolong hubungi Bunda sama Mama Papa ya Bi?" Pesan Gatra yang diangguki Bi Sumi.

Bi Sumi menatap kepergian Gatra bersama Naya diambang pintu, ia berdo'a semoga Naya dan bayi-nya baik-baik saja.

Sampai di Rumah sakit, Gatra berteriak memenuhi loby. Para perawat yang mengantuk ditengah malam seketika melebarkan mata dan cepat melakukan penolongan pertama.

"Tolong istri saya, dia pingsan." Gatra mengguncang tubuh salah satu perawat laki-laki.

Laki-laki yang masih mengenakan piyama bergambar mickey mouse itu terlihat panik, apalagi melihat wajah istrinya yang sangat pucat.

Sekarang Naya sudah masuk ke ruang IGD, Dokter sedang berjuang bersama perawat didalam. Dan Gatra hanya bisa mondar-mandir dengan merapalkan do'a walaupun ia tak yakin akan dikabulkan karena dia adalah seorang pendosa, psikopat.

Saat ini Gatra hanya perlu percaya pada Tuhannya, percaya bahwa Tuhan maha kuasa dan maha penyayang. Ia yakin Tuhan akan menjaga Naya sang malaikat Gatra di dunia.

Kaki Gatra gemetar, ia jatuh ke lantai dengan air mata yang ikut menetes. Gatra menatap kedua tangannya yang gemetar, dadanya terasa sesak.

"Gu-gue gue nggak, gue nggak ngerasain detak jantungnya." Lirihnya kemudian menangis tergugu dilipatan tangannya yang ia taruh diatas lutut.

"Gue nggak ngerasain detak jantung Naya waktu gue gendong dia, Mah Gatra takut." Gatra berdiri dan memukul tembok keras, buku jarinya mengeluarkan darah.

Saat ini Gatra butuh orang yang menenangkan, tapi kedua orang tuanya juga Dira belum sampai.

"Permisi." Dokter yang menangani Naya keluar dari ruangan.

Gatra menyeka air matanya yang hendak lolos lagi, jantungnya berpacu semakin tak beraturan melihat raut wajah murung sang Dokter.

"Jangan katakan berita buruk! Jangan Dok, saya nggak mau dengar." Gatra menudingkan jari telunjuknya, dia duduk dikursi panjang yang tersedia.

Dokter wanita berhijab itu terlihat menghela napas, dia menyentuh pundak Gatra.

"Maaf Mas saya harus mengatakan ini, nyawa pasien sudah tidak ada ketika sampai disini." Jelas Dokter itu merasa prihatin.

Psychopath vs Indigo (TERBIT)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang