Part 34

49K 6.2K 1.2K
                                    

Kok kemaren sepi vote menurun? Ayo dong ramein😶

Happy reading❤
___________

Di ruangan dingin dan sunyi ini hanya terdengar bunyi mesin pembaca detak jantung dan sesekali tarikan ingus seseorang yang sebelumnya habis menangis.

Laki-laki berpenampilan lusuh itu duduk dikursi samping brankar dengan tangannya yang menggenggam tangan wanita yang terbaring lemas diatas brankar itu, ia mengusap dan mengecupnya beberapa kali berharap wanita yang sangat ia cintai itu terbangun dan membuka matanya.

"Tadi di kampus Aku punya temen baru namanya Marcel, dia itu mukanya rada kebule-bulean, tapi sifatnya dingin banget kayak Papah." Ujar laki-laki itu seolah perkataannya akan dibalas oleh Istrinya.

"Si Juna juga makin lengket sama Ani, kalo si Ikbal mah galau mulu nggak ada Carla." Lanjutnya terkekeh sumbang sambil mengelap air matanya yang kembali turun.

"Kamu kok diemin Aku sih Nay? Kamu marah ya sama Aku?"

"Kamu mau minta Aku beliin apa biar nggak marah lagi?"

"Boneka pororo lagi? Coklat? Boba? Starbucks?"

"Cukup Gat!" Tegur seseorang yang sedari tadi jengah mendengarkan ocehan laki-laki itu yang sudah tahu perkataannya tidak akan dibalas.

"Lo jangan gila! Mending lo ke kantin, gue tau lo nggak makan di kampus." Tuturnya.

"Dokter itu bohong Bang, katanya Naya bakalan bangun setelah transfusi darah selesai. Ini udah tiga hari dia nggak bangun-bangun Bang!" Serunya membuat Arga memejamkan mata dan menarik nafasnya dalam.

"Kondisi Naya drop lagi Gatra." Cicit Arga, Gatra kembali menunduk lesu.

"Lo makan dulu, udah berapa hari lo nggak makan? Kalau Naya sadar, lo yang pingsan dan nggak lihat dia."

Gatra mendongak menatap Arga yang juga sedang menatapnya dengan mengangkat sebelah alisnya, dia bangun dari duduknya dan berjalan lesu meninggalkan ruang inap Naya.

Arga hanya geleng-geleng kepala melihat adik iparnya yang sudah mirip seperti mayat hidup dan orang gila itu, dia menggantikan posisi Gatra duduk disamping brankar dan memandangi wajah pucat pasi adiknya dengan oksigen yang menutup hidung sampai ke mulutnya.

Arga sengaja memindahkan Naya dari Rumah Sakit yang sebelumnya ke Rumah Sakit tempat dimana ia bekerja, setidaknya ia dapat mengawasi Naya dengan jarak dekat dan ia sendiri yang menanganinya.

Walaupun dirinya masuk dalam kategori Psikiater, namun untuk sekedar memeriksa keadaan seperti yang Naya alami saat ini, Arga juga bisa. Kecuali masalah kandungan.

"Naya lo sadar napa? Suami lo udah kayak gembel tau nggak?" Kesalnya sambil menyenderkan kepalanya ke punggung kursi dengan mata terpejam.

Arga memijat pelipisnya, membayangkan Naya yang bibirnya sangat pucat membuatnya semakin takut, ditambah lagi keadaannya yang semakin drop setiap harinya.

"Bang?"

Suara lirih itu berhasil membuat Arga membuka matanya dan terkejut melihat Naya yang sedang berusaha membuka matanya.

Psychopath vs Indigo (TERBIT)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang