XXXVI ¤ Strong

6.9K 609 3
                                    

Assalamualaikum semua 🙌

Afwan ukhty, akhy, kemarin tidak sempat update karena kesibukan di real life.

Jadi, hari ini double update.

Selamat menikmati 🤗

🍁🍁🍁

Jakarta, Indonesia.

"... terdakwa dijatuhi hukuman penjara selama 20 tahun dijerat atas kasus tindak pidana pasal pembunuhan berencana dengan pasal berlapis penggelapan dana, kejahatan siber, dan percobaan penculikan."

Tok! Tok!

Palu diketuk menandakan putusan hakim sudah tidak dapat diganggu gugat. Humaira duduk dengan Laith di sebelahnya. Tak kuasa mendengar jalannya sidang terakhir putusan.

Menyimak apa saja yang sudah diperbuat sang pamam di belakangnya. Dengan kesaksian Laith mengenai percobaan penculikan yang bahkan menoreh luka yang belum kering di bahu sang suami.

Ironi. Humaira sungguh tidak menyangka. Pamannya sendiri tega melakukan hal keji terhadapnya demi harta peninggalan sang orang tua.

"Kenapa ?" Tanya Humaira saat diberi waktu mengobrol di tahanan tempat sang paman mendekam.

"Sudah jelas bukan, Aileen. Kau terlalu naif. Hidupmu sudah lebih berkecukupan sebelum kau lahir hingga saat ini tanpa memeras keringat dan kau bertanya mengapa," decih Andreas.

"Jangan salahkan saya, Tuan Andreas. Bukan kemauan saya hidup seperti ini. Jika Anda menginginkan harta Dad dan Mom cukup bilang, saya kasih semua untuk Anda. Tapi, tidak dengan merenggut nyawa saya. Itu tidak sebanding karena saya juga punya hak hidup," geram Humaira. Laith menggenggam tangan sang istri menenangkan.

"Haha. Hak hidup kau bilang. Orang tuamu saja dapat ikhlas sekarang mati tanpa diketahui dimana jasad mereka. Tenggelam di tengah samudera. Dan mereka tidak menuntut hak hidup padaku dan malah memberi semua harta untukmu. Sia-sia saja!" Decih Andreas dengan nada tajam.

"Apa maksudmu ?" Ucap Humaira dengan nada tak percaya. Dirinya paham makna implisit itu. Arti bahwa Andreas juga terlibat dalam kasus kematian sang orang tua.

"Tidak perlu kau pura-pura tidak tahu! Munafik! Keluarga Atmadja sedang terguncang juga karena ulahmu bukan. Kau sudah tahu sangkut paut helikopter buatan Atmadja Aero yang dirancang khusus untuk membakar mereka," tawa menggelegar itu mengundang petugas yang jaga untuk segera menghentikan percakapan mereka dan membawa Andreas menuju sel tahanan.

"A-apa?" Lirih Humaira tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Humaira," sentuhan lembut di lengan Humaira dari tangan Laith membuat Humaira mendongak menatap netra sang suami dengan berkaca-kaca.

"Mas. I-itu bohong kan ?" Tanyanya terbata-bata.

"Kita pulang dulu yuk," ujar Humaira.

Humaira sudah terisak. Hatinya seperti remuk redam. Menangisi kedua orang tuanya yang menjadi korban ambisi saudara kandung sendiri.

Humaira mencoba bangkit dan berdiri. Namun, kepalanya seperti tertimpa batu berton-ton. Pusing. Saat dirinya berhasil menjejak lantai untuk berdiri. Berkunang-kunang ia rasakan dan pandangan meredup hingga ia kembali ambruk dan suara sang suami yang memanggil namanya kian menghilang.

Humaira jatuh pingsan.

🍁🍁🍁

Berselang lima bulan kejadian keguguran dan sekarang harapan mereka menjadi orang tua terkabul dengan hadirnya jabang bayi di rahim Humaira yang berusia tiga minggu.

amore: Sacred Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang