Extra Part 3

10K 694 16
                                    

Selamat membaca extra part terakhir 💕

🍁🍁🍁

"Assalamualaikum, Yah, Bun. Azriel pulang," seru sesosok pemuda yang baru saja pulang dari kantor dia kerja.

Seluruh penghuni rumah yang tengah berada di ruang keluarga pun menjawab salam si bungsu.

"Waalaikumsalam. Udah gede, tapi masih suka teriak-teriak," ujar Azza mencibir tingkah adik bungsunya.

Azriel hanya memberikan cengiran untuk sang kakak perempuannya. Lalu, dia menyalim Ayah dan Bundanya, tidak lupa Azza dan suaminya.

"Bang Azka sama kakak ipar belum datang, Bun?" tanya Azriel kepada bundanya, Humaira, yang duduk di sebelahnya.

"Belum, masih di jalan. Bunda juga kangen sama cucu-cucu Bunda," jawab Humaira.

"Azriel, bagaimana pekerjaan kamu?" tanya Laith, ayahnya, yang selalu bertanya mengenai keseharian ketiga anaknya.

"Alhamdulillah, Yah. Habis menang tender, makanya seneng banget hari ini, apalagi ada kumpul keluarga gini," jawabnya.

"Alhamdulillah. Kalau begitu, pasti juga akan senang dengan kabar malam ini," jawab Laith misterius.

Azriel mengernyit tidak mengerti. Dia lalu menengok ke arah Humaira, hendak bertanya. Namun ....

"Assalamualaikum, Kakek, Nenek." Ucapan salam dari kedua cucu Laith dan Humaira menyentak obrolan di ruang keluarga itu.

"Waalaikumsalam. Cucu-cucu Nenek sehat, kan?" tanya Humaira seraya menyambut untuk memeluk mereka setelah memberi salim.

Di lain sisi, Azka dan istrinya menyalim Sang Ayah sebelum diinvasi kedua anaknya.

"Perjalanan kalian aman?" tanya Laith sedikit khawatir, pasalnya Azka, anak sulungnya, adalah orang yang tepat waktu.

"Alhamdulillah, Yah. Cuma tadi macet, ada perbaikan jalan," jawab Azka.

Usai bertanya kabar masing-masing. Lalu, Laith dan Humaira bertatap mata seperti tengah bertelepati.

"Ehem. Ayah mengumpulkan kalian di sini karena ada sesuatu yang ingin Ayah sama Bunda sampaikan," ucap Laith.

Mereka serempak menoleh ke arah Laith bertanya-tanya.

"Ada apa, Yah?" tanya Azriel yang tengah memangku putri kecil Azza.

"Ayah sama Bunda 'kan sudah tidak lagi muda. Cucu sekarang udah tiga. Sebentar lagi Bunda juga akan berulang tahun yang ke 58 tahun," jelas Laith sebelum melanjutkan, "jadi, Ayah sama Bunda ingin melihat putra bungsu kami menikah."

Segera semua yang ada di ruang keluarga itu menengok ke arah Azriel.

"Om Azriel mau menikah?" tanya putra sulung Azka.

Azriel hanya mengerjap-erjapkan mata, sedang mencerna perkataan Ayahnya. Dia hanya memberikan senyuman kecil untuk keponakannya.

"Yah, tapi Azriel 'kan belum ada calon," jawab Azriel seraya menggaruk belakang kepalanya yang tidak sedang gatal.

"Kalau Bunda sama Ayah mau jodohin kamu. Mau tidak?" tanya Humaira lembut. "Bisa ta'aruf dulu. Kamu sudah 29 tahun dan menikah itu untuk menyempurnakan separuh agama."

Azriel mengulum bibirnya. Sebenarnya, dia sudah mempunyai seseorang yang menjadi tambatan hatinya, tapi dia tidak mengenal perempuan itu. Hanya pernah menatap mata indah di balik niqab seperti yang dikenakan bundanya.

Namun, dirinya juga tidak bisa menolak permintaan dari kedua orang tuanya. Dia menghela napas seraya membenarkan pangkuan keponakan kecilnya, akhirnya Azriel mengangguk.

"Alhamdulillah, kalau begitu, sebentar," ujar Humaira seraya bangkit dari duduknya dengan hati yang senang.

"Ayah dan Bunda berniat menjodohkan kamu dengan cucu temannya Eyang Kakung. Almarhum Kiyai Khaliq, kakeknya, guru Ayah juga," jelas Laith.

Tak lama, Humaira datang dengan membawa map berukuran sedang. Lalu, membuka map tersebut, memegang sebuah foto.

"Ini fotonya," ucap Humaira memberikan sebuah foto ke arah Azriel.

Awalnya Azriel enggan menengok foto tersebut. Namun, saat menatap mata berbinar sang bunda, dia pun mengarahkan netranya ke foto yang dipegang Humaira.

Tak pelak Azriel melebarkan bola matanya. Di foto itu, sosok perempuan bercadar, dengan mata yang serupa dengan sesosok wanita yang dia lihat di masjid tengah mengajari anak-anak mengaji beberapa hari silam, wanita yang mencuri hatinya.

"Sudah jangan dipelototin begitu fotonya, nanti robek," ujar Azza memperingati Azriel.

"Belum jadi mahram kamu, Dek." Azka ikut memberi peringatan.

Seketika Azriel menoleh ke arah lain seraya mengucap istighfar.

Humaira justru terkekeh pelan seraya mengembalikan foto ke dalam map.

"Kamu seperti Ayah waktu pertama lihat Bunda dulu," ujar Humaira terkekeh geli seraya menatap Laith.

Laith balas dengan memberi senyuman manis ke sang istri.

"Ayah sama Bunda awet banget. Semoga kita juga begitu, ya, Bang," ucap istri Azka yang dibalas genggaman tangan oleh suaminya.

"Aamiin. Semoga kita juga bisa langgeng, ya, Mas," ucap Azza kepada sang suami yang dibalas elusan di pucuk kepala.

Azriel menengok orang tua dan kakak-kakaknya yang saling bermesraan.

"Hey, Kids. Hug me, please," ucapnya memelas yang, tentu saja, dibalas pelukan dari para keponakannya, karena Azriel Om tersayang mereka.

Suasana tersebut terpatri dalam memori Laith dan Humaira. Di usia mereka yang sudah tidak lagi muda, kebahagiaan keluarga merupakan anugerah dan bukti bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ar-rahman War-rahiim.

🍁🍁🍁

amore: Sacred Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang