XXVIII ¤ Return

7.9K 715 2
                                    

Laith dengan khusyuk memakaikan hijab di wajah cantik sang istri. Sudah seminggu setelah sadar dari koma, Humaira sudah pulih dan diizinkan pulang.

"Cantik banget sih. Istri siapa ya?" Goda Laith setelah berhasil berkarya dengan hijab segiempat sang istri.

"Hahaha. Gatau tuh istri siapa," ikut melempar godaan untuk sang suami dan Humaira semakin terkekeh melihat wajah tertekuk Laith.

Cup

"Ngambekan banget si," ejek Humaira setelah mencium pipi sang suami. Lalu, pura-pura merapikan tas yang terletak di atas brankar. Malu.

"Sekarang istriku nakal ya," ujar Laith seraya menghadapkan wajah merona sang istri ke depannya.

"Ih. Masa cium pipi doang gak boleh," gerutu Humaira. Tatapannya kemana saja asal tidak ke manik tajam sang suami.

"Tapi yang ini iri," lirih Laith seraya memajukan wajahnya.

Memagut bibir ranum sang istri. Melumat pelan dengan tangan menahan tengkuk Humaira. Dibalas lembut oleh sang istri dengan lumatan lembut. Saling melumat. Lalu, Laith menggigit bibir bawah Humaira hingga sang empunya mendesah pelan membuka sedikit mulutnya. Lidah Laith mengeksplore ke dalam mulut sang istri. Menikmati setiap jengkal isi mulut sang istri dengan khidmat. Hingga.

Cklek.

"Astaghfirullah. Maaf-maaf gak liat apa-apa tadi." Zaskia terpekik kaget dan langsung menutup pintu kembali.

Laith segera melepas pagutan di bibir manis sang istri. Melirik sekilas ke arah pintu yang kembali tertutup. Lalu, menatap wajah memerah Humaira yang tenggelam dalam dadanya. Malu dia.

"Malu, Mas," rengen Humaira menggenggam erat pinggiran kemeja suaminya.

Laith terkekeh pelan. Mengelus pundak sang istri.

"Gak pa-pa. Pasti Zaskia sama Fathir paham kok. Mereka juga akan menikah minggu depan," ujar Laith santai.

Humaira memukul pelan dada sang suami. Menatap tajam dengan pipi memerah.

"Ish. Pokoknya ini salah Mas yang asal nyosor. Gak kunci pintu lagi," jengkel Humaira melenggang pergi ke arah pintu.

Laith terkekeh dan menggelengkan kepala dan membawa tas untuk mengejar sang istri.

"Ehem. Ente ngapain aja tadi. Zaskia sampai merah gitu abis buka pintu," Fathir langsung menodong Laith saat keluar kamar inap. Sedang Humaira dan Zaskia sudah melenggang duluan.

"Gak ngapa-ngapain. Ente kepo aja. Udah ayo pulang," jawab Laith melenggang meninggalkan Fathir yang geleng-geleng kepala.

🍁🍁🍁

"Kemaren Mang Udin nengok Ai, Mas. Beliau sudah sehat, hanya luka luar yang masih diperban," ujar Humaira.

Saat ini mereka sedang di dalam pesawat menuju kota dimana Pondok Pesantren 'Baitur Rahman' berada.

"Alhamdulillah kalau begitu. Mas sempat nengok waktu kamu sedang koma. Beliau merasa bersalah, tapi Mas sudah memberi pengertian kalau kecelakaan itu bukan salahnya. Ujian itu datang nya dari Allah, tinggal bagaimana saja kita mengatasinya," jelas Laith.

Humaira menengok sang suami. Tersenyum lembut dan menautkan tangan mereka.

"Thanks for everything you have given to me. Thanks for being husband," ujar Humaira dengan senyum tersungging menatap lurus mata tajam Laith.

Laith membawa tautan tangan mereka ke bibirnya. Mengecup lembut tangan sang istri.

"Mas yang harusnya berterima kasih. Terima kasih kamu sudah selamat. Terima kasih kamu tetap berada di sisi Mas. You are my everything. I love you," lirih Laith dan mengecup pelipis sang istri.

amore: Sacred Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang