XIX ¤ Family

9.9K 846 8
                                    

"Kamu kenapa, Humaira ?"

Laith terbingung melihat wajah gloomy istrinya saat dia memasuki kamar.

"Heung ? Gak pa-pa, kok," jawab Humaira tersenyum menenangkan.

Laith berjalan menuju sisi tempat tidur dan duduk di sebelah istrinya.

"Sini cerita. Ada apa ?" Tanya Laith lembut.

Humaira menggeleng seraya mendekat ke arah sang suami dan memeluk lengannya.

"Huft. Gak pa-pa, tadi cuma ada yang gak suka sama Ai waktu kelas qira'" jawab Humaira pelan.

Laith mengelus lembut tangan yang melingkari lengannya, "jangan bersedih. Bahkan Nabi saja yang sudah jelas akhlakul karimah banyak yang tidak menyukai beliau. Apalagi kita yang hanya manusia biasa. Yang penting Mas menyukaimu kan, Wifey ?" Ujar Laith tersenyum ke arah Humaira.

"Ih, apaan sih. Malah ngegombal," kekeh Humaira menepuk pelan lengan suaminya.

"Gak gombal, Sayangku. Jujur ini dari hati terdalam," ujar Laith.

"Gombaaal," tukas Humaira semakin terkekeh dan memukul pelan bertubi-tubi.

Tring. Tring.

Suara panggilan dari ponsel Humaira menyentak keduanya dan menghentikan gurauan mereka.

"Siapa ?" Tanya Laith.

"Grand Pa," jawab Humaira memperlihatkan panggilan video itu. Lalu, Humaira mengangkatnya dan kembali duduk di sebelah sang suami.

(Percakapan bercetak miring dalam bahasa Italia)

"Hallo, Princess. Bagaimana kabarmu ? Grand Pa sangat merindukanmu. Maaf ya, Grand Pa tidak bisa hadir di pernikahan kalian."

"Alhamdulillah, baik, Grand Pa. Tidak apa-apa. Yang penting Grand Pa sehat di sana," jawab Humaira dalam bahasa Italy.

"Grand Pa sehat, tenang saja. Aduh, J jangan menyela Grand Pa dulu." Ujar Grand Pa gaduh di seberang sana.

"Hai, our beloved Princess Aileen. How dare you! Menikah tidak undang kami. Where's your husband, i'll kick him," tiba-tiba Jerry menyela dan menyabotase handphone Grand Pa.

"Jerryy... I miss you! Anyway, aku sudah mengundang kalian semua lewat Grand Pa. Oh ya, wait," ujar Humaira, lalu menengok ke arah suami di sampingnya.

"Mas, ini si Jerry. Chef yang ngeliatin ke Ai cara dia masak. Sepupu Ai. Sini deh, Mas ikut," ujar Humaira seraya menggeser layar ponsel agar memuat mereka berdua.

"Jimmy ?" Kaget Laith.

"Oh bro. I'm Jerry, his twins. Pasti kau El ya, yang diceritakan Grand Pa sama Jimmy. Hey, bagaimana bisa kau menikahi our Princess. Dia kan manja, cerewet, dekil lagi," ejek Jerry.

"Heyy! Enak saja kau mengataiku. Mending sana kau cari jodoh! Jomblo dari fertil aja songong!" Jawab Humaira dalam slang Italy.

Laith yang melihat percakapan istri dan sepupunya itu terkekeh geli. Sungguhan ini, dia pernah cemburu dengan Jerry -kembarannya Jimmy, yang menjadi pengurus perusahaan Mr. Georgio- yang ternyata seperti anjing dan kucing kalau sama Humaira.

"Oh Hi Jerry. Sorry belum pernah bertemu denganmu. Nanti kuusahakan berkunjung ke rumah kalian," jawab Laith. Mengelus pundak istrinya agar tenang dan tidak saling mengejek.

"Oh harus itu. Kau harus menemuiku, Jimmy, dan Jonathan. Siap-siap kau beneran ditendang sama Jo," ujar Jerry terkekeh.

Laith menaikkan alis menatap sang istri, meminta penjelasan.

amore: Sacred Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang