Extra Part 1

7.5K 648 8
                                    

Assalamualaikum, semua ....

Extra part pertama spesial dari Abang Azka dan Adik Azza.

Selamat membaca 💕

🍁🍁🍁

Azka tengah bermain dengan Sang Ayah ketika Bundanya tengah menenangkan Sang Adik yang tengah rewel di sore hari itu. Namun, bukan Azka namanya jika dia hanya diam mendengar Sang Adik menangis. Dia harus turut andil untuk menenangkan adiknya.

"Yah, adik Aza angis telus, kacian," ucap Azka kepada Sang Ayah.

"Iya, adik Azza lagi demam," jawab Laith seraya mengusap rambut putranya untuk menenangkan.

"Tapi ama Nda masih angis. Aka mau ama adik Aza, bial ndak angis lagi, Yah," pinta Azka.

Laith menengok Humaira yang sedang menenangkan putrinya di gendongan sembari memberikan ASI yang sudah ditaruh di botol. Humaira tampak telaten meskipun baby Azza sesekali kembali menangis.

Azzahra Kanzia El-Farees.

Putrinya yang masih berusia enam bulan mengalami demam sejak semalam. Sudah diperiksa ke dokter dan diberi plester kompres demam. Hari ini sudah tidak terlalu tinggi suhu badannya, tapi masih sedikir rewel.

"Azka mau tenangin adik Azza?" tanya Laith.

Laith dan Humaira bersyukur Azka anak yang pengertian dan pintar. Azka tidak ikut rewel saat adiknya tengah sakit, dia justru sangat penurut. Seperti ketika Laith dan Humaira membawa Azza ke dokter, Azka bersama kakek dan neneknya di rumah. Lalu, sekarang dia ingin menenangkan sang adik karena merasa kasihan sedari tadi adik kecilnya menangis.

Azka mengangguk antusias menjawab pertanyaan Sang Ayah. Lalu, Laith menggendong Azka menuju tempat Humaira yang tengah menggendong Azza.

"Loh, Abang udah main sama Ayahnya?" tanya Humaira.

Azka menggeleng. "Aka au ama adik Aza," jawabnya.

Laith duduk di samping Humaira seraya memangku Azka dan mengarahkannya ke arah bunda adiknya.

"Azka pelan-pelan, ya, kalau pegang adiknya," ucap Laith lembut saat Azka akan mengelus pipi sang adik yang masih terisak pelan digendongan Humaira.

"Ciap, Yah," jawab Azka tanpa menengok ke arah Laith, dirinya hanya fokus menatap sang adik yang kini tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Humaira tersenyum melihat bagaimana Azka menyayangi adiknya. Sedari Humaira hamil, Azka selalu menanti kehadiran adik perempuannya.

Lalu, Humaira terkejut saat Laith mengusap peluh di dahinya. Dia menengok ke arah sang suami yang tengah tersenyum ke arahnya.

"Kalau lelah, bisa gantian," ucap Laith masih memberi usapan lembut dan membenarkan hijab Humaira.

Humaira tersenyum seraya menggeleng. "Gak lelah," jawabnya lembut. Dia masih saja merona diperlakukan demikian oleh sang suami, padahal pernikahan mereka sudah hampir lima tahun.

Lalu, keduanya menengok ke arah putra putrinya saat Azka tengah berbicara kepada adiknya.

"Adik angan angis agi. Ada Abang Aka, Ayah, Nda, ada Mbah Akung, Mbah Uti, Akek, Nenek, Abang Aidan, Abang Paza, Om Azam, Om Pathil, Ante Atipah, Ante Kia, telus ada anyak agi. Adik ga sendilian."

Ocehan Azka membuat Laith dan Humaira terkekeh pelan. Azka menyebut anggota keluarga besarnya dengan logat cadel yang menggemaskan.

"Nah, Adik pintal udah gak angis agi. Nanti Abang kasih adik adiah. Adiahnya apa, ya?" ucap Azka seraya meletakkan jari telunjuk ke pelipisnya, tengah berpikir.

"Adiahnya apa, Yah, Nda?" Akhirnya setelah beberapa menit berpikir, Azka menyerah dan bertanya kepada kedua orang tuanya.

Humaira tersenyum geli menatap putra sulungnya, dia menoleh ke arah Laith yang tengah mengelus lembut kepala Azka. "Coba tanya sama Ayah," jawab Humaira.

"Adiahnya apa, Yah? Adik oleh makan Es klim, gak?" tanya Azka dengan mata berbinar.

Laith terkekeh pelan seraya menggeleng. "Adik belum boleh makan dan minum selain susu, kaya sekarang," jawab Laith seraya menunjuk botol susu yang masih diminum Azza.

Azka mengerjapkan mata dan mengangguk mengertu. "Telus Aka kasih adik adiah apa dong, Yah?" tanyanya lagi seraya kembali dengan pose berpikirnya.

Laith ikut berpura-pura sedang berpikir, dengan telunjuk kanan berada di pelipisnya. Hal itu membuat Humaira tersenyum geli.

"Em. Bagaimana kalo Abang Azka baca surat pendek yang Abang hafal?" tanya Laith meminta pendapat Azka.

Azka melebarkan bola mata seperti tengah diberi petunjuk, tapi sedetik kemudian dia mengernyit kembali.

"Emang adik bakal suka, Yah?" tanya Azka.

Laith tersenyum seraya mengangguk. "Ingat, sewaktu adik Azza di perut Bunda, 'kan Abang senang murojaah biar adik gak tendang perut bunda lagi."

Azka kembali berbinar dan mengangguk-angguk antusias. "Iya. Matasih, Ayah," ucapnya.

Kemudian, Azka kembali menengok ke arah adik perempuannya. "Adik, abang aka bakal kasih adiah muloja'ah. Adik pasti suka."

Azka mulai membacakan beberapa surat pendek juz 30 yang dia hafal. Dia juga sesekali mengelus dan mencubit pelan pipi Azza yang sudah tenang dan tidak menangis lagi. Bahkan Azza sudah mengerjapkan mata karena pelan-pelan rasa kantuk menghampirinya.

Laith dan Humaira tersenyum senang menatap kedua buah hatinya. Sesekali Laith mengelus rambut putranya. Lalu, Humaira melepas botol susu dari mulut Azza ketika bayi mungil itu sudah terlelap. Sedangkan, Azka masih bermuroja'ah dan menutup matanya untuk menghayati hafalannya.

Laith menggenggam tangan Humaira, menatap lembut sang istri. Menunggu Azka menyelesaikan muloja'ahnya dan sesekali membenarkan makhroj. Saat Azka selesai hafalannya, sang adik juga sudah terlelap.

"Oda Allahul adim."

Azka membuka mata dan terkejut melihat sang adik sudah tertidur. "Yah, Nda. Adik udah tidul," ucap Azka menengok ke arah Laith dan Humaira dan kembali terkejut menatap tautan tangan kedua orang tuanya.

"Aka uga au digandeng," ucap Azka dengan wajah inosennya.

Laith dan Humaira kembali terkekeh pelan. Lalu, menggenggam tangan mungil Azka di antara tangan Laith dan Humaira. Azka mencium tautan tangan mereka sembari berkata, "Yah, Nda, matasih udah besalin Abang Aka ama Adik Aza."

Laith mengangguk dengan senyum, dia mengelus surai lembut sang putra. Sedangkan, Humaira sudah berkaca-kaca menatap putra sulungnya.

"Iya, Sayang. Terima kasih juga sudah hadir bersama Ayah dan Bunda," ucap Humaira.

🍁🍁🍁

Singkat gak apa-apa, ya. Hehe

See you di extra part kedua 💕

amore: Sacred Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang