XXV ¤ Accident

8.3K 792 1
                                    

Assalamualaikum, semua 🙌

Update pagi, nih!
Siapkan hati dan emosi kalian ya 🙈

🍁🍁🍁


"Mas, masih lama gak ?"

Saat ini Humaira merengek di ruang kerja Laith di El-lectro Inc. cabang Jakarta. Laith memang menyempatkan waktu berkunjung dan bekerja sebentar. Mumpung di Jakarta.

"Sebentar lagi ya. Nanti sehabis maghrib kita juga udah take off," jawab Laith hanya menatap sekilas istrinya yang duduk di sofa.

"Mas, tapi Ai mau beli oleh-oleh. Kalo Mas sibuk nanti gak keburu," rengek Humaira berjalan menghampiri sang suami di meja kerjanya.

"Ai beli sendiri aja, ya. Ai juga bosen ini cuma duduk di sini," rayu Humaira lagi. Berdiri di sebelah sang suami.

Laith menghela nafas, "baru juga setengah jam duduk udah bosen ?" Tanya Laith menghadap ke Humaira dan menarik pinggulnya.

Humaira mengangguk, "Ai tuh gak bisa duduk diam aja, Mas. Ai beli oleh-oleh sebentar ya. Please," pinta Humaira memasang puppy eyes andalannya dan memegang pundak Laith.

"Ya udah. Tapi, diantar sopir, ya. Mas bilang Rizal dulu buat siapin sopir perusahaan. Gak boleh bantah," ujar Laith ketika Humaira hendak membuka mulut untuk protes.

Laith menekan interkom dan menghubungi orang kepercayaannya yang memimpin El-lectro Inc. cabang Jakarta. Rizal.

"Padahal Ai bisa nyetir sendiri, tuh," gerutu Humaira sambil manyun.

Laith terkekeh dan mengecup bibir manyun istrinya. Humaira sontak saja merona.

Tok. Tok.

Humaira segera melepas rangkulan suaminya di pinggang saat mendengar ketukan.

"Masuk," ucap Laith.

"Permisi, Pak Laith. Saya yang akan mengantar Ibu," ujar lelaki paruh baya dengan seragam hitam. Sopir perusahaan.

"Iya, Mang Udin. Tolong antarin istri saya beli oleh-oleh, ya," ujar Laith.

Mang Udin mengiyakan. Lalu, Humaira menyalim tangan sang suami dan berlalu dengan Mang Udin.

🍁🍁🍁

Setelah banyak sekali belanjaan yang Humaira beli. Oleh-oleh untuk keluarganya di pondok. Mumpung dirinya ada waktu bepergian. Jadi, dia ingin memberikan sesuatu untuk orang-orang yang dia sayang.

"Mang Udin sudah lama ya kerja di kantor ?" Tanya Humaira, memecah keheningan saat mobil sudah berjalan kembali ke perusahaan.

"Iya, Bu. Sekitar dua tahun lalu. Saya juga yang biasanya bertugas menjemput Pak Laith kalo berkunjung ke El-lectro Jakarta," jelas Mang Udin.

"Jangan panggil Bu dong, Pak. Saya belum tua ini. Haha," pinta Humaira terkekeh pelan.

"Aduh. Saya tidak enak, Bu. Ibu kan istri Pak Laith. Beliau sangat berjasa buat hidup saya, Bu. Beliau yang membantu keluarga saya dulu waktu kelilit utang," cerita Mang Udin. Dia sangat menghormati Laith walaupun jauh lebih muda darinya.

Humaira tersenyum. Hatinya berdesir, suaminya sangat dermawan.

"Sudah menjadi kewajiban kita sebagai manusia saling tolong menolong, Pak. Rezeki sudah ada yang mengatur, Mas Laith hanya perantara untuk Bapak. Semua datangnya dari Allah," ujar Humaira.

amore: Sacred Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang