VII ¤ Gus (Him)

9.4K 936 12
                                    

"Ada apa sih, Bi ?" Tanya Humaira, tidak paham apa yang mereka bicarakan.

"Loh kamu daritadi tidak paham tho, Ra ?" Tanya Abi dan dijawab gelengan oleh Humaira.

"Oalah, dari tadi diam Abi kira kamu lagi ada banyak pikiran akhir-akhir ini," kata Abi terkekeh.

"Ai gak paham daritadi ngomongin si Agus. Emang siapa dia, Bi ?" Tanya Humaira innocent.

Tak pelak disambut tawa seisi ruangan. Umi, Abi, dan Zaskia. Seraya menggelengkan kepala, Humaira ini polos seperti anak kecil.

"Gus, Ra. Bukan Agus. Gus itu gelar untuk anak laki-laki Kyai. Nah, ini yang kita bicarain itu Gus Laith, putra tunggal Pak Kyai Khudori dan Nyai Radhiyah, adik Ning Lathifa" jelas Umi Atika. Humaira hanya manggut-manggut dan ber-oh ria.

"Gus Laith tadi ngabarin Uma. Katanya sebulan lagi wisuda. Terus balik ke Indonesia sekitar 2 bulan lagi, ngurus administrasi dan perusahaannya dulu di sana," jelas Zaskia.

"Emang lagi dimana ?" Tanya Humaira.

"Gus Laith lama menetap di Kairo, Mesir, untuk menuntut ilmu. Sejak dia umur 17 tahun sudah di sana, sekarang umurnya udah 25 aja, ya Mi. Udah gede dia tapi kayak bang thoyib. Gak pulang-pulang," jelas Abi antusias.

Mereka tertawa bareng lagi. Humaira hanya cengo. Dia saja tidak kenal si Agus ini, eh maksudnya Gus. Tadi Gus siapa namanya ?

"Jadi gini, Ra. Pak kyai sama Umma punya dua anak, yang pertama namanya Lathifa Hafsa Fareesa, dipanggil Ning Lathifa, yang sekarang ngikut suaminya yang juga anak Kyai ponpes kota sebelah, namanya Gus Azzam. Nah, anak kedua Pak Kyai Khudori sama Umma Radhiyah itu laki-laki, namanya Muhammad Laith El-Farees. Biasa dipanggil Gus Laith. Sekarang dia lagi di Mesir untuk kuliah dan ngurusin perusahaan milik dia sendiri. Makanya, jarang pulang ke sini. Palingan beberapa tahun sekali, saat liburan semester panjang. Terakhir itu, setahun lalu sebelum kamu ke sini. Dia lebaran di pondok bareng keluarga," jelas Umi panjang kali lebar.

"Ohh. Ai kira Pak Kyai sama Umma anaknya udah nikah semua, kaya Ning Lathifa yang ngikut suami. Makanya, Ndalem cuma ada mbak-mbak abdi sama para santriwati," ujar Humaira.

"Boro-boro menikah, Ra. Gus Laith itu lurus banget orangnya, kalau gak belajar ya bisnis atau nge-coding. Sudah dijodohin sana-sini tapi dia nya belum mau," ujar Zaskia.

"Sudah-sudah. Malah ghibah ini jatuhnya. Tadi kan Abi cuma ngasih tau kabar yang Umma sampaikan. Biar ada selamatan untuk kelulusan Gus Laith. Nanti Umi sama anak-anak ya yang urus, dibantu santri dan santriwati juga," pinta Abi.

"Oh iya, kenapa tidak sekalian santunan anak yatim ? Pas bulan Muharram bukan ?" Tanya Humaira.

"Loh, bener, Ra. Bagus juga ide kamu. Nanti potong tumpeng terus santunan dilanjut ngaji bersama. Lebih berkah juga berbagi rezeki," jawab Zaskia.

"Kalian yang susun acaranya ya, Umi bagian konsumsi saja," kata Umi terkekeh. Disambut protes Zaskia dan Humaira.

"Eum, kayanya pas 2 bulan nanti Ai bakal ke Jakarta. Ada urusan pekerjaan di sana. Belum tahu tepatnya kapan dan berapa hari. Kalo sempat Ai akan pulang dengan cepat, biar bisa ikut rangkaian acaranya," kata Humaira memberi tahu.

"Iya, gapapa, Ra. Yang penting urusanmu terselesaikan dengan baik. Di sini juga banyak yang bantu kok, ada santri dan santriwati juga," ucap Abi menenangkan. Diangguki Umi dan Zaskia. Humaira tersenyum hangat.

🍁🍁🍁

Hari-hari Humaira semakin sibuk belakangan ini. Waktunya terkuras karena tanggung jawabnya bertambah. Meeting virtual melalui video conferense dengan pihak-pihak pemegang saham dia lakukan berkala sesuai schedule sehingga tidak bertabrakan dengan kegiatannya di pondok.

amore: Sacred Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang