XIII ¤ After D

10.7K 1K 10
                                    

Rangkaian acara akad dan dilanjut jamuan siang hari sudah terlaksana. Sekarang tinggal keluarga besar yang tersisa. Ditambah Pak Syahrir dan Fathir untuk berbincang sebentar.

"Terima kasih, ya, Pak. Sudah hadir dinikahan Ai. Sebagai perwakilan keluarga Ai juga," ujar Humaira yang duduk di sebelah suaminya, Laith.

"Iya, Non. Sudah kewajiban saya hadir di nikahan, Non. Saya malah senang sekali akhirnya ada yang bisa jagain Non. Terima kasih juga, Gus Laith. Saya titip anak Tuan Anthoni dan Nyonya Abigail kepada Anda. Jaga dan lindungi Nona seperti kedua orang tuanya dulu yang menjaganya," ucap Pak Syahrir. Membuat mata Humaira berkaca-kaca.

"Insyaa Allah pasti, Pak," jawab Laith tegas, merangkul dari belakang seraya mengelus lengan istrinya. Memberi ketenangan.

"Kalau begitu Saya harus balik ke Jakarta sekarang. Non Ai- eh maksudnya Non Humaira, bisa kapanpun datang ke A Corp agar para karyawan juga mengenal Non secara langsung," ujar Pak Syahrir.

"Iya baik, Pak. Terima kasih juga Bapak berkenan mengurus A Corp selama ini. Nanti saya usahakan membantu Bapak," ujar Humaira.

"Iya, Non. Sekali lagi itu sudah tugas saya. Non bisa ambil waktu sesuka, Non. Apalagi Non masih pengantin baru," ujar Pak Syahrir terkekeh. Diikuti yang ada di sana.

"Kalau begitu, permisi. Wassalamu'alaikum," salam Pak Syahrir. Dijawab seluruh penghuni ruang keluarga itu.

"Ehem. Gus, ente mepet-mepet aje terus sama bini. Mentang-mentang udah halal. Tadi juga lama banget di kamar," ujar Fathir mencairkan suasana. Disambut gelak tawa tertahan keluarga.

"Mas Fathir ada Abah Yai jangan bercanda, deh," ujar Zaskia, tentu saja dengan menunduk.

"Oh iya, maaf ya Pak Kyai. Cuma mau ngegoda Gus Laith," ucap Fathir meringis.

"Hahaha, tidak apa Fathir. Kamu benar juga. Tadi di kamar lama ngapain aja, Gus ?" Tanya Pak Kyai. Humaira langsung menunduk dengan wajah memerah. Sedang Laith hanya tersenyum dengan tenang.

"Ngobrol, Bah. Biar tidak grogi," jawab Laith terkekeh. Semakin ingin menggoda istrinya yang merona.

"Suruh istrimu belajar kitab qurrotul 'uyun, Gus," ujar frontal Abi Ridwan ikut menggoda. Sekarang, tidak hanya Humaira yang memerah. Telinga Gus Laith juga ikut merah.

"Sudah, sudah. Kasian itu anaknya digodain terus," ujar Umma menengahi.

"Syukron, Umma," ujar Laith.

"Mereka lucu sekali, ya. Sekarang tinggal Zaskia nih. Fathir kapan mau khitbah putri Umi ?" Tanya Umi Atika.

Fathir langsung gelegapan. Ditanya langsung sama camer ini. Calon mertua. Mana bisa dia janji-janji doang.

"Insyaa Allah secepatnya, Umi. Bapak sama Ibu juga sudah siap. Niatnya memang setelah Gus menikah. Nanti saya kabari lewat pesan, Umi," jawab Fathir.

"Alhamdulillah kalau begitu,Umi tunggu kabar baiknya, ya," ujar Umi.

"Umi, Abi, Zack mau ngomong dong," ujar Zacky saat baru turun tangga dari kamarnya.

"Ada apa, Zack ? Sini ikut duduk," ujar Umi.

"Zack masih mau di sini dulu ya, Mi, Bi. Balik mondoknya nanti aja," ujar Zacky merengek di pelukan ibunya.

"Loh ? Kenapa ?" Tanya Abi Ridwan.

"Kangen rumah, Bi. Apalagi sekarang rame. Ada Ning Humaira dan Gus di rumah. Nanti Zaid bisa minta ajarin komputer sama Gus," jelas Zacky.

"Gus hanya beberapa hari di sini, Zack. Abis itu sama Ning sudah pindah ke rumah Abah Yai," ujar Zaskia.

"Emm. Ya udah nanti Zack yang main ke rumah Abah Yai. Boleh kan, Bah ?" Tanya Zack.

amore: Sacred Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang