Extra Part 2

6.6K 638 6
                                    

Selamat malam Jum'at Barakah.
Jangan lupa Surah Al-Kahfi nya💕

Selamat membaca 😍

🍁🍁🍁

Humaira tengah memasak dan menyiapkan makanan bersama para Mbak, santriwati, dan Zaskia di dapur ndalem pondok pesantren Baitur Rahman.

Hari ini tanggal 9 Dzulhijjah, mereka sedang menyiapkan makanan untuk berbuka puasa sunnah Arafah. Hal itu berarti besok merupakan hari raya Idul Adha.

Hari raya Qurban bagi umat muslim dilaksanakan setelah dua hari berpuasa sunnah, yaitu puasa Tarwiyah dan puasa Arafah.

Keutamaan kedua puasa sunnah tersebut yaitu, "Puasa di hari Tarwiyah (8 Zulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu. Sedangkan puasa hari Arafah (9 Zulhijah) akan mengampuni dosa dua tahun," (H.R. Tirmidzi).

Humaira merasakan indahnya kebersamaan di setiap hari raya Idul Fitri ataupun Idul Adha di rumah keluarga besar sang suami, Gus Laith.

Selain banyak keluarga yang ikut merayakan semaraknya hari raya, di sini juga anak-anaknya tumbuh berkembang dengan akhlak dan pendidikan dari pesantren dan madrasah milik mertuanya, Abah Yai Khudori.

"Ra, minggu kemarin Azka sama Faza ditegur dan kena takzir. Kamu sudah tahu?" tanya Zaskia menyebut anak lelaki sulungnya yang sepantaran dengan Azka, namanya Faza.

"Iya, sudah. Bang Azka sudah ditanya sama Ayahnya, katanya perkara ulangan. Dia tidak mau membagi jawaban, lalu Faza berniat membela. Eh, mereka jadi berkelahi," jawab Humaira seraya menjelaskan kejadian minggu lalu sewaktu Azka disidang Laith.

"Nah, Faza juga cerita begitu. Aduh, anak laki-laki kalau sudah beranjak besar begitu, ya," ucap Zaskia khawatir akan pergaulan anaknya.

Humaira menghela napas. Memang mendidik anak tidaklah mudah. Akan tetapi, dia sangat bersyukur dikaruniai putra-putri yang sehat jasmani dan rohani. Kini, tanggung jawabnya bersama Laith, sebagai orang tua, mendidik mereka dengan benar sesuai dengan syariat.

"Anak lelaki ataupun perempuan, jika sudah menginjak remaja memang tidak mudah mendidiknya, terlebih mereka sangat penasaran akan sesuatu yang baru," ucap Humaira seraya memotong sayuran.

"Maaf memotong pembicaraan. Kalau Ning dan Ustadzah sendiri, cara mendidik mereka, bagaimana?" tanya Mbak Diyah yang baru saja menikah, tapi masih setia mengabdi di ponpes.

"Ning duluan, monggo," ucap Zaskia mempersilahkan.

Humaira tersenyum dan terlihat dari matanya yang menyipit dari balik niqabnya.

"Kalau saya sama Gus Laith mengajarkan anak sekaligus memberi contoh. Seperti misalnya, hal-hal bersifat wajib, sholat, puasa, mengaji. Kami memberikan mereka contoh bagaimana kami melakukan kewajiban setiap hari. Lalu, kami mengajak mereka melakukannya bersama," jelas Humaira.

Zaskia juga mengangguk setuju. Dirinya dengan Fathir, sang suami, juga melakukan hal serupa.

"Namun, setiap karakter anak itu berbeda-beda. Seperti Azka yang sudah mandiri sejak kecil, kami percaya dia akan memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dia lakukan, meskipun dia pendiam, tapi akan selalu bercerita jika dia sudah ingin bercerita.

Lalu, Azza, anak perempuan jauh lebih mudah diajari namun juga lebih riskan. Harus hati-hati terlebih dengan perasaannya, jadi kita harus biasakan sedari kecil agar Azza bersikap terbuka, dan alhamdulillah dia juga sangat penurut.

Yang terakhir, si bungsu Azriel. Mungkin karena dia masih kecil, baru lima tahun, sikapnya manja dan selalu ingin diperhatikan. Seperti sekarang, Azriel mudah akrab dan berbaur untuk mencari perhatian kakak-kakak, ayah, dan kakek neneknya," cerita Humaira dan diakhiri dengan kekehan menunjuk anak bungsunya yang sedang di pangkuan Laith di ruang keluarga.

Mereka semua juga ikut tertawa melihat tingkah Azriel-yang walaupun sedang dipangku sang ayah, tangannya tidak bisa diam menarik-narik ujung baju sang abang, Azka. Mencari perhatian, lalu melakukan hal serupa dengan kakaknya, Azza. Begitu pula dengan kakek, nenek, dan kakak sepupunya yang lain.

"Kalo Ustadzah Kia, bagaimana mendidik Faza sama Zaina?" tanya Mbak Diyah kemudian.

"Sama seperti Ning Ra dan Gus Laith. Saya dan Mas Fathir juga menerapkan hal serupa. Selain itu juga, kami memberitahu hal-hal yang mereka ingin tahu dengan cara yang mudah ditangkap.

Penggunaan gudget juga sangat riskan untuk anak-anak, makanya kami belum membiarkan mereka memegang gawai sendiri. Pengetahuan dasar mengenai kehidupan dan iman kami terapkan agar mereka bisa memegangnya hingga dewasa nanti," jelas Zaskia.

Mbak Diyah mengangguk mengerti dengan semangat. Dirinya merasa beruntung bisa berbincang dengan para orang tua hebat yang insyaa Allah putra-putri mereka menjadi anak yang saleh dan salehah.

"Sepertinya asik sekali. Sedang mengobrol apa?" tanya Umma Radhiyah yang berjalan menuju dapur ndalem bersama Umi Atika dengan Azriel digendongan Umma.

"Eh, Umma sama Umi. Kami lagi diskusi perihal mendidik anak," jawab Zaskia.

"Nda ...," panggil Azriel dari gendongan Mbah Putrinya.

Putra bungsu Laith dan Humaira. Azriel Atharauf El-Farees.

"Eh, Azriel, anak saleh, sini sama Bunda. Sebentar cuci tangan dulu." Humaira segera mencuci tangan dan menghampiri anak bungsunya. "Azriel, kok, minta gendong Mbak Putri? Umma, apa Azriel tidak berat?" tanya Humaira saat Umma berjalan mendekatinya.

Umma menggeleng seraya tersenyum senang. "Azriel gemesin banget. Umma tidak tahan ingin menggendong," ucap Umma.

"Azriel biar Ai yang gendong, Umma sama Umi istirahat di bangku meja makan, aja, biar tidak capek," ujar Humaira seraya mengambil Azriel untuk digendong.

"Aziel suka digendong Mbah Uti sama Nda. Tapi, lebih suka digendong di pundak Ayah," ujar Azriel saat dirinya berpindah digendongan sang bunda.

Serempak kami tertawa mendengar ocehan Azriel.

"Terus kenapa tidak minta digendong sama Ayah?" tanya Humaira.

"Ayah sama Mbah Akung lagi ngomong selius. Aziel gak paham," jawab Azriel dengan berbisik tapi dengan suara keras. Membuat yang ada di dapur kembali tertawa.

"Aduh. Kecilnya Azka sama Azza juga dulu lucu begini, ya. Tapi, Abang Azka sekarang sudah gede, malah jadi pendiam," ujar Zaskia.

"Dulu Umma pernah bertanya, mengapa Azka jadi pendiam, dia justru menjawab dengan hadis riwayat Dailami, dari Abu Hurairah yang berbunyi 'diam adalah bentuk ibadah yang paling tinggi', makanya Azka tidak ingin banyak berbicara yang bisa saja menyakiti perasaan orang lain secara tidak disengaja. Begitu katanya," jelas Umma.

Humaira tersenyum di balik niqabnya. Dia mengucap hamdalah dan doa di dalam hati telah diberi anak-anak yang-insyaa Allah-akan menjadi anak yang saleh dan salehah.

🍁🍁🍁

amore: Sacred Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang