XIV ¤ First Night

11.7K 987 12
                                    

Cklek.

Humaira memasuki kamar seusai makan malam. Dia sangat gugup sekarang. Apalagi setelah tadi Laith berkata demikian. Merinding, takut, deg-degan. Argh. Rasanya nano-nano di badan.

Laith sedang di perpustakaan bersama Abi Ridwan. Entah lagi membicarakan apa. Humaira malah merasa beruntung karena Laith tidak masuk kamar bersamanya.

Aha!

Mending Humaira cepat bersih-bersih. Terus, tidur duluan deh. Iya, benar, ide bagus.

Dia segera mengambil piama dan berjalan menuju kamar mandi. Berganti pakaian, sikat gigi, cuci muka, wudhu, dan memakai pelembab. Oke, siap tidur.

Cklek.

Astaghfirullah. Kotak-kotak spongebob kenapa di sini? Pekik batin Humaira. Menatap tubuh bagian atas suaminya yang terpahat sempurna tanpa sehelai kain. Dada bidang, perut six pack, dan v line di atas celana menuju ... Astaghfirullah!

"Udah selesai ya, Humaira?" Tanya Laith saat mendapati istrinya terpaku di depan pintu kamar mandi dalam kamar mereka. Tidak menyadari bahwa Humaira sedang men-scan badannya dengan cermat.

"Humaira? Kamu gapapa?" Tanya Laith saat tidak mendapati tanggapan.

"Aaah. Astaghfirullah, Mas. Pakai baju sana," jerit Humaira saat tersadar. Segera menutup matanya.

Laith tersadar dan terkekeh. Lalu, ide iseng itu muncul lagi. Perlahan dan pasti mendekati Humaira. Berjalan pelan seperti singa yang akan menerjang mangsa. Memerangkap tubuh Humaira di depan pintu kamar mandi.

"Emm-Mas ma-mauu nga-ngapain?" Gugup Humaira. Saat punggungnya menubruk pintu sedang badan Laith makin maju. Dia mendorong dada bidang itu agar cepat menyingkir.

Tangan kanan Laith segera melingkupi pinggang Humaira saat tangan lain membuka pelan pintu di belakang istrinya. Humaira sudah memejamkan mata saat wajah itu mendekat.

"Aku ingin bersih-bersih dulu," bisik Laith dan mencium pipi istrinya yang sedang shock. Lalu, melepas pinggang ramping itu saat Humaira sudah menjejak penuh di lantai. Melenggang memasuki kamar mandi.

"Astaghfirullah, jantung hampir copot. Mas, jangan iseng lagi ...." Sedikit berteriak Humaira merutuki suaminya. Sedang Laith hanya terkekeh di dalam kamar mandi.

Huft. Untung udah halal. Gimana kalo khilaf nanti. Kan bahaya. Batin Humaira. Memegang jantungnya yang sudah seperti loncat di atas trampolin.

Segera dia beranjak ke tempat tidur. Teringat idenya untuk pura-pura tidur. Ia rebahkan dengan nyaman tubuhnya. Lalu, acting tidur itu dimulai. Lama, dia tidak mendapati suara. Ah lirik dikit bisalah. Lagian suaminya belum keluar kamar mandi.

Membuka mata sejenak, lalu menoleh ke arah pintu kamar mandi dan

Cklek.

Mata mereka malah bertatapan. Segera Humaira memejamkan mata dan pura-pura tidur. Lagi.

Laith terkekeh melihat tingkah istrinya yang lucu itu. Segera dia menyusul ke tempat tidur menempati sisi kosong sebelah istrinya.

"Humaira? Sudah tidur?" Tanya Laith menoel sedikit bahu perempuan yang memunggunginya.

"Udah," jawab cepat Humaira tanpa sadar. Laith semakin terkekeh melihat tingkah istrinya. Lucu sekali.

"Humaira, apa tidak gerah memakai kerudung begitu?" Tanya Laith -lagi- saat istrinya memakai kerudung instan untuk tidur.

Sekarang Humaira sudah sadar. Dia tidak menjawab suaminya. Malu, gugup, grogi, campur aduk bak gado-gado.

"Lepas ya. Daripada nanti kegerahan," ujar Laith halus mengelus sisi kepala istrinya.

amore: Sacred Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang