XVII ¤ Comethru

10.6K 940 10
                                    

WARNING
There is mature content
Please be wise!

Saran : bacanya malam aja, jangan siang-siang pas lagi puasa, yaa. Oke?! 👌

🍁🍁🍁

Kesal!

Mau marah!

Ishh! Si Sundel gak punya kaca apa di rumah! Lagian, mau-maunya dijadiin bini kedua. Gue aja ogah kalo dimadu!

Astaghfirullah. Daritadi jiwa bar-bar Humaira meronta-ronta. Sudah pasti kalau di anime-anime ini ibarat Jutsu Sasuke Uchiha.

"Sayang, jangan marah ya. Kan, Mas gak jawab apa-apa tadi," rayu Laith saat mereka memasuki rumah.

"Sayang-sayang! Apaan! Mas tadi gak jawab apa-apa karna Ai udah keburu dateng. Coba kalo Ai gak dateng tadi pasti Mas mau poligami kan ? Enak aja! Lagian itu Si Sundel kalo sama Ai cantikan Ai banget. Mas juga ngapain mau sama Si Sundel! Mending Ai kemana-mana, Mas," ujar Humaira keras seraya menuju dapur. Terengah-engah karena marah, teriak, dan jalan secara bersamaan.

Humaira mengambil gelas dan menuang air putih. Duduk dan meminumnya. Menarik nafas agar tidak marah-marah lagi.

Tapi, tetap saja masih kesal!

Huh!

"Udah ? Tenang kan ?" Tanya Laith lembut, mengelus punggung tangan Humaira di meja. Humaira hanya diam.

"Mas gak akan menerima anak Pak Kyai Syafei atau anak Kyai lain sebagai istri kedua. Mas hanya ingin Humaira seorang sebagai istri Mas. I love you more than i love myself. So, I won't let you go or betray you. Eum tapi, ada yang lebih kucintai daripada kamu, Humaira ..." gantung Gus.

"Tuh kan!" Cela Humaira menatap garang.

"Aku mencintai Allah, Rasulullah, lalu, Umma dan kamu, Humaira," jawab Laith tulus. Menatap tajam namun lembut netra Humaira. Dengan tangan mengelus pelan punggung tangan Humira.

Humaira terenyuh. Tentu saja! Dia mengulum senyum. Tapi, langsung dilenyapkan dan hanya merespon diam. Humaira tahu ini sudah keterlaluan. Namun, dia masih kesal ingat wajah Si Sundel.

Kruyuk. Kruyuk.

Blush! Perona alami itu datang tak diundang saat bunyi menggedor perut rata Humaira. Lantas saja Laith terkekeh.

"Mas masakin ya," ujar Laith lembut. Humaira hanya diam. Tengsin lah.

Humaira memerhatikan bagaimana lengan berotot suaminya itu mengiris bawang, mengaduk masakan di wajan dengan spatula.

Seksi.

Baru kali ini Humaira merasakan gejolak menjadi satu. Galau. Antara mau marah atau terpesona. Tapi, Mas Laith yang sedang memasak adalah perpaduan yang membuat hati Humaira terguncang tsunami. Gelombang cinta.

"Ini. Makan dulu yuk. Mau Mas suapin ? Tapi syaratnya jangan marah lagi ya," rayu Laith.

"Gamau," geleng Humaira.

"Terus Mas harus ngapain biar Humaira gak marah ?" Tanya Laith. Tapi, tangannya tetap tergerak untuk menyuap makanan ke arah istrinya.

"Aaa.." ucap Laith. Mau tak mau Humaira memakannya.

amore: Sacred Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang