VIII ¤ The Meeting

8.7K 951 15
                                    

Hai.. hai..
Aku update lagi nih..
Nah mulai chapter ini bakal banyak keuwuan antara Laith dan Humaira.

Sooo, stay tuned!!

🍁🍁🍁

"Non, sudah siap ?" Tanya Pak Syahrir di jok depan sebelah pengemudi.

Sejak kemaren, Humaira sudah di Jakarta dan menginap semalam di hotel. Pagi ini, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa akan dilaksanakan.

"Huft. Insyaa Allah siap, Pak. Cuma deg-deg an aja ini," jawab Humaira dari jok belakang.

"Tidak apa-apa, Non. Saya yakin Non mendapat suara terbanyak. Grand Pa Non sudah banyak membantu," jawab Pak Syahrir menenangkan Humaira.

Humaira hanya mengangguk dan berdoa dalam hati. Semoga dilancarkan semua dan mendapat hasil yang memuaskan.

Setiba mobilnya di depan lobi perusahaan induk Tanuwijaya Group. Pak Syahrir membukakan pintu untuk Humaira.

Drrt. Drrt.

Suara dering telepon memecah keheningan saat mereka bersiap memasuki lobi gedung.

"Sebentar ya, Non. Ada telepon dari salah satu pemegang saham," lapor Pak Syahrir.

"Iya, Pak. Angkat saja. Saya tunggu di dalam ya, Pak," sahut Humaira.

Saat memasuki lobi. Semua mata memandangnya. Ada yang terkesima dengan kecantikan wajah Humaira. Ada juga yang heran, perempuan berhijab panjang bisa memasuki perusahaan besar ini.

"Permisi, boleh beritahu dimana letak main meeting room ?" Tanya Humaira sopan.

Resepsionis itu menatap Humaira dari atas ke bawah. Menilai penampilan Humaira, dengan kesan mencemooh. Lalu, balik menatap wajah Humaira dan mendengus. Baru menjawab.

"Maaf Nona. Saya tidak bisa memberitahu letak ruang rapat utama ke sembarang orang. Karena akan diadakan rapat penting," ucap resepsionis bernama Linda --dari nametag nya-- ketus.

"Iya, saya juga akan menghadiri rapat itu. Jadi, boleh minta tolong beritahu saya, Mbak ?" Ucap kembali Humaira dengan sabar.

Humaira menunggu jawaban Linda lama. Ternyata Linda sedang tidak memperhatikannya, tapi menatap dengan mata berbinar dan memuja ke arah belakang Humaira.

Humaira mengernyit. Semakin tidak paham saat suasana menjadi berisik karena bisik-bisik yang keras. Ada apa sih ? Batin Humaira. Lalu, Humaira berbalik dan tepat bertemu mata Grand Pa.

(Percakapan dengan gaya miring dalam bahasa italy)

"Princess, aku sungguh tidak mengenalimu daritadi. Tapi, saat kau berbalik baru tahu ternyata cucu Grand Pa tersayang. Kau, sangat berbeda dan semakin cantik. Auramu benar-benar kuat," ujar Grand Pa dalam bahasa Italy yang kental. Lalu, memeluk Humaira erat.

Tentu saja, membuat semua orang dan si Linda --sang resepsionis-- melotot melihat salah satu dari mereka dengan umur yang lebih tua tapi masih tampan dengan balutan Emperio Armani Suits dan wajah khas orang barat dan rambut putih itu memeluk gadis hijab yang tadi dia remehkan.

"Ai juga sangat merindukanmu, Grand Pa," jawab Humaira di sela pelukan mereka.

Saat pelukan itu terlepas. Baru Humaira memperhatikan orang di sebelah Grand Pa-nya. Tak ayal, matanya membesar saat bertemu pandang dengan mata tajam itu. Lelaki itu. Lalu, segera menundukkan wajah dan beristighfar.

"Ah, Grand Pa lupa memperkenalkan kalian. Princess, kenalin. Dia El, pemuda kepercayaan Grand Pa," ucap Grand Pa memperkenalkan Lelaki itu. Lalu, melanjutkan.

amore: Sacred Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang