Toilet

1K 130 30
                                    

"Jimin-ah.... yak.... Park Jimin......" Taehyung menyelinap dari balik jendela guna memanggil Jimin yang tengah sibuk di ruang belajar.

Nampaknya Jimin sama sekali tak mendengar suara Taehyung yang memanggil namanya. Jimin masih sibuk dengan soal-soal yang ia kerjakan.

Tak peduli ia akan dilempari kertas oleh para siswa yang serius belajar itu, Taehyung memasuki ruang belajar dan menyeret Jimin keluar dengan mudah.

"Yak... apa yang kau lakukan?" Jimin geram sendiri dengan kelakuan Taehyung, temannya itu tiba-tiba datang dan menyeretnya keluar begitu saja.

"Kau lupa dengan rencana bunuh diri kita? kita harus segera menyelesaikan semua hal dalam daftar." Dengan semangat dan mudahnya Taehyung mengatakan hal itu, sementara Jimin berbalik menuju ruang belajar tanpa mengatakan apapun.

Taehyung menatap Jimin sekilas sebelum beranjak, mungkin saja Jimin memilih mati karena ayahnya yang psiko itu.

Tanpa Taehyung sadari Jimin berlari mengikutinya dari belakang, remaja Park itu tergesa mengejar Taehyung yang sudah berjalan cukup jauh.

"Taehyung-ah!" Pada akhirnya Jimin memanggil Taehyung dan membuat remaja Kim itu berhenti menatap Jimn yang berlari kearahnya.

"Apa yang......" Belum selesai Taehyung berujar, Jimin sudah melaluinya dan memasuki sebuah toilet.

"Aish... jinnja!" Didalam toilet, Jimin tengah membersihkan hidungnya yang terus mengeluarkan darah.

Karena efek begadang dan terlalu memaksakan tubuhnya, Jimin sering kali mengalami mimisan seperti ini. Bahkan ia sudah sangat hafal dengan omelan Yoongi.

Bisa disebut hal ini sudah sangat biasa bagi Jimin, merasa khawatir karena Jimin yang tak kunjung keluar, Taehyung menyerobot masuk kedalam toilet dan melihat Jimin yang tengah kesusahan membersihkan darah di hidungnya.

"Mimisan lagi?" Taehyung berdiri di samping Jimin dan memberikan saputangan kepada sahabatnya itu.

"Ya... begitulah, kajja." Jimin yang sudah selesai dengan urusannya, menerima saputangan dari Taehyung dan beranjak dari toilet.

"Baiklah, kita pergi kemana sekarang?" Sesampainya di halte bus, Jimin memperhatikan Taehyung yang sibuk dengan ponselnya.

"Aku akan mengenalkanmu pada seseorang?" Bukannya menunggu bus, Taehyung memilih untuk memesan taxi agar mereka lebih cepat sampai ditujuan. Taehyung sengaja tak membawa mobilnya karena ia tak sedang tak ingin menyetir hati ini.

"Tempat apa ini?" Jimin menatap bangunan dihadapnya ragu, tempatnya nampak gelap dan tak begitu ramai orang berlalu lalang.

"Sudahlah, ayo masuk!" Taehyung tanpa ragu menarik tangan Jimin memasuki tempat yang hampir mirip dengan galeri seni.

"Kau yakin dengan tempat ini?" Jimin masih ragu walaupu ia sudah berada di dalam bangunan itu.

"Hoseok hyung!" Seorang pemuda yang dipanggil berjalan mendekat, ia nampak tak asing bagi Jimin. Tetapi Jimin bahkan tak yakin kapan ia melihatnya.

"Kalian sudah sampai, ayo ku tunjukkan pianonya." Hoseok dengan ramah membawa Jimin dan Taehyung ke ruangan lain yang penuh dengan berbagai alat musik.

"Ada apa ini Tae?"

"Bukankah kau ingin memgikuti kompetisi piano? Jadi ku kenalkan kau pada Hoseok hyung, ia sangat handal dalam hal ini." Taehyung dengan senyum bangga mengenalkan Jimin pada Hoseok yang akan membantunya menyiapkan kompetisi.

"Ah....Park Jimin imnida." Jimin membungkuk singkat sembari menyunggingkan senyum ramah.

"Jung Hoseok, bagaimana jika kita mulai latihannya besok? Hari ini aku harus segera pergi ke universitas." Tak ada yang keberatan akan hal itu, lagi pula Jimin dan Taehyung akan pergi ke game center setelah ini.

"Tentu, sampai jumpa besok hyung." Kedua remaja itu melesat pergi dan memilih berjalan kaki menyusuri trotoar.

"Bagaimana jika kita makan siang terlebih dulu, ada minimarket didepan sana." Jimin sangat setuju akan hal itu, karena di daftarnya ia sangat ingin pergi ke minimarket dan makan se cup ramen.

Sementara Taehyung menunggu, Jimin memasuki minimarket dan membeli 2 cup ramen serta dua kaleng soda untuk mereka.

"Apakah tak ada varian lain? Ini terlalu pedas." Taehyung terus saja meneguk sodanya, sementara Jimin nampak tenang memakan ramennya.

"Bukankah kau yang mengatakan ingin mencoba makanan pedas?" Remaja Kim itu terdiam, ia mencoba mengingat hal apa saja yang ia tulis di dalam daftarnya.

"Ah.... baiklah." Dengan semangat membara Taehyung memakan ramenya hingga tak bersisa.

Jimin tertawa puas melihat wajah Taehyung yang berubah merah, sebegitu tak bisanya Taehyung memakan makanan pedas.

"Baiklah, tujuan berikutnya game center." Jimin bangkit dan merapikan pakaiannya sebelum beranjak.

"Jimin-ah, tunggu sebentar.... akh......" Taehyung menahan pergelangan tangan Jimin sembari meringkuk.

"Taehyung-ah, kau baik-baik saja?" Jimin yang khawatir, mendekati Taehyung dan berjongkok di depan sahabatnya itu.

"Akh...... aish........" Tak menjawab pertanyaan Jimin, Taehyung terus saja merintih yang membuat Jimin kian kalut

"Apakah perlu ku antar ke rumah sakit?" Jimin merogoh saku jas almamaternya guna mencari ponselnya, ia harus memesan taxi dan segera membawa Taehyung pergi.

"Tidak.... aku...... akh..... butuh toilet!" Taehyung bagkit dari kursinya sembari memegang perutnya yang sunghuh terasa mulas.

"Yak.... Kim Taehyung, tunggu!" Jimin panik melihat Taehyung yang tiba-tiba berlari meninggalkan semua barangnya begitu saja.

***

"Sudah selesai?" Jimin menatap Taehyung yang baru saja keluar dari toilet dengan prnampilan acak-acakan.

"Tidak.... akh.... tunggu...." Taehyung kembali masuk kedalam, dan ini sudah ke 3 kalinya. Jimin benar-benar frustasi sendiri, bukankah alangkah baiknya jika Taehyung tak memakan ramen itu tadi.

"Nak, apakah temanmu itu masih lama?" Lagi-lagi ada orang yang mengantri di depan toilet, ini sudah orang ke 5 yang bertanya padanya.

"Maaf paman, ia mengalami sedikit masalah."
.
.
.
.
Sekitar 4 kali Taehyung harus keluar masuk toilet umum, kini kedua remaja itu membatalkan rencana mereka mengunjungi game center dan memilih untuk pergi ke rumah sakit.

Taehyung benar-benar nampak lemas dan pucat. Jimin tak mau temanya itu tewas di dalam toilet umum.

"Perutmu masih sakit?" Di dalam taxi, Jimin berusaha berbicara pada Taehyung yang terkulai lemas.

"Aish.... ramen sialan, akh.......!"

"Yak.... Taehyung-ah, tahan sebentar eoh!" Taehyung menggengam erat tangan Jimin, ketika perutnya kembali terasa mulas.

"Akh.... Jimin-ah... aku butuh toilet sekarang!"

"Paman bisa anda percepat? temanku sedang sekarat!" Jimin benar-benar panik, begitu juga dengan Taehyung yang berusaha menahan sakit di pertunya itu.

"Jimin-ah, ini benar-benar menyakitkan....... akh....... kurasa aku akan mati." Taehyung mulai berkeringat, bahkan genggamannya makin erat pada tangan Jimin.

"Kumohon bertahanlah, kita akan segera sampai. Kau pasti bisa Tae, kau orang yang sangat kuat, bertahanlah demi sahabatmu ini."









Bersambung.........

Take MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang