Perubahan

1.1K 141 28
                                    

"Park Jimin! Yak mengapa kau berjalan sangat cepat?" Jimin tak memperdulikan suara yang mengisi gendang telinganya, ia bergegas menuju perpustakaan sekolah.

Taehyung tanpa berujar lagi segera mengikuti langkah Jimin yang bertambah cepat.

Perpustakaan sangat sepi, hanya petugas yang tengah merapikan buku-buku. Jimin dengan segera menuju deret belakang dan mulai menarik sebuah buku.

"Buku apa itu?" Taehyung mengintip judul buku yang baru saja Jimin ambil.

Sampul berwarna ungu muda dengan gambar ranting di covernya.

"Sakura?" Taehyung mengerutkan keningnya setelah membaca judul di luar nalarnya. Untuk apa Jimin mengambil buku itu? Dan sejak kapan Jimin tertarik dengan buku seperti itu.

"Kau ingin membacanya?" Jimin kembali melangkah meninggalkan Taehyung, remaja itu bergegas menulis daftar kunjungan dan peminjaman buku.

"Jimin-ah? Sejak kapan kau membaca novel?" Jimin kali ini menghentikan langkahnya, menatap Taehyung cukup lama sebelum menarik kurva di bibirnya.

"Hanya sedang ingin, bukankah kau suka membaca novel? Bisakah lain kali kau menemaniku untuk meminjam?"

***

Pelajaran yang sangat membosankan, Taehyung sibuk dengan penanya yang membuat lingkaran di atas buku catatannya. Remaja Kim itu tak mengindahkan Seokjin yang tengah menerangkan banyak materi di papan putih.

Sepertinya Jimin tak jauh berbeda dengan Taehyung kali ini. Remaja itu juga sibuk menelusuri rangkaian kata di dalam novel yang baru dipinjamnya.

Sampai pada akhirnya kedua sahabat karib itu harus terkejut saat Seokjin melempar bola kertas ke arah mereka.

"Bisakah kalian mendengarkan penjelasanku?"

Taehyung bangkit dari kursinya dan memungut bola kertas yang baru saja menghantap keningnya. Menatap tajam Seokjin dan melempr bola kertas itu kembali ke arah wali kelasnya.

"Bisakah anda mengerti sedikit saem? Jimin tengah membaca novel jadi jangan mengganggunya." Seokjin dan seluruh siswa terdiam, tak hanya karena melihat pemberontakan Kim Taehyung. Tetapi juga karena Jimin si murid teladan tengah membaca novel di dalam kelas.

"Tae, jangan buat keributan." Peringat Jimin seraya memasukkan novelnya kedalam tas dan mulai mengeluarkan buku tebalnya.

Taehyung tak suka hal itu, ia menarik Jimin keluar kelas tanpa peduli pada Seokjin yang terus memanggil keduanya.

Rooftop menjadi tujuan Taehyung membawa Jimin, meletakkan novel yang tadi Jimin baca di atas kursi dan mulai merebahkan tubuhnya tak jauh dari sana.

"Lanjutkan membacamu, aku akan tidur di sini. Jangan pedulikan wali kelas itu." Ujar Taehyung sebelum ia memejamkan mata.

Jimin hanya tersenyum singkat dan mulai melanjutkan kegiatan membacanya. Tetapi Jimin nampak mengerutkan keningnya sesaat.

Menyenggol tubuh Taehyung di sebelahnya sembari memanggil nama sahabatnya itu.

"Tae, aku lupa membaca sampai halaman berapa tadi."

"Baca saja dari awal." Usulan yang tak membantu sama sekali.

Angin berhembus pelan, Jimin sibuk dengan novelnya di temani dengkuran halus dari Taehyung. Pandangan Jimin perlahan menjauh dari novel dan mulai mengadahkan kepalanya menatap langit yang dihiasi awan putih.

"Jimin hyung!" Suara benturan pintu yang terlampau keras dan diikuti oleh suara remaja yang sangat memekakan telinga membuat Taehyung terlonjak dari tidurnya.

"Sialan kau siluman kelinci." Taehyung ingin sekali melempar kursi ke arah Jungkook yang tiba-tiba muncul disertai badai.

Jungkook bergidik ngeri dan berjalan perlahan mendekati Jimin, bersembunyi di balik seniornya itu guna menghindari maut.

"Ada apa kali ini? Dan bagaimana kau tau jika kami di sini?" Jimin berujar seraya menepuk celananya yang kotor karena debu di kursi yang ia duduki.

"Wali kelas yang mengatakan jika kalian kemari karena kabur dari kelas."

"Jadi?" Lanjut Jimin karena Jungkook belum menjawab semua pertanyaanya.

"Akhir pekan aku akan pergi ke rumah nenek di Busan!" Sorak Jungkook kegirangan sendiri yang sukses mendapat lemparan sepatu dari Taehyung.

"Hyung kau membuatku cidera!" Protes Jungkook seraya menjatuhkan tubuhnya ke lantai.

"Bahkan harga sepatuku lebih mahal dari pada otakmu." Sarkas Taehyung sembari memungut sepatunya, ia masih butuh benda itu sekarang.

"Apa salahku? Mengapa kau menyiksaku?" Akting Jungkook semakin memuakkan Taehyung.

"Yak... jangan membuat wajah itu di hadapanku!"

Jungkook menatap sebal Taehyung dan beralih menatap Jimin, satu-satunya yang masih normal di antara ke tiga remaja itu.

"Hyung, maukah kau ikut bersamaku ke Busan? Eomma juga pergi tapi appa tak bisa karena harus pergi ke Jepang." Jimin sebenarnya tak tertarik akan hal itu, tetapi Jungkook tak melepaskan kakinya sampai Jimin menyetujui hal itu.

"Kau tak mengajakku?" Protes Taehyung pada Jungkook yang tengah bersorak sembari memeluk Jimin.

"Aku tak ingin ada psikopat di dalam bus, demi kenyamanan bersama dan perdamaian dunia."

"Mati saja kau buntalan iblis!" Pekik Taehyung tak terima sembari menarik Jungkook dan mulau mengusak kepala remaja itu jengkel.

"Kurasa akan kumasukkan namamu dalam daftar orang hilang setelah ini."

***

"Letakkan baju itu, kurasa itu kurang sesuai?" Jam pulang sekolah di manfaatkan dengan baik oleh Jimin dan Taehyung, mereka kini tengah berada di salah satu pusat perbelanjaan.

"Permisi, apakah ada boneka minion di sini?" Kedua remaja itu menghabiskan berjam-jam untuk mendapatkan sebuah baju bermotif minion, tongkat sihir berbentuk bintang dan juga sebuah boneka unicorn.

"Apakah ini cukup?" Taehyung mengangkat tas belanjaannya, memberitahukan semua isi tas itu pada Jimin yang menunggunya di pintu keluar.

"Itu sangat menakjubkan, ini semua sudah lebih dari cukup."

"Aku ingin appa menunggangi unicorn ini di pemakamanku nanti." Taehyung mulai terpingkal, alangkah menyenangkannya hal itu.

Keduanya beranjak dan berjalan menuju penyebrangan, tatapan Taehyung terus mengamati jalanan yang padat. Hingga sebuah pertanyaan keluar dari mulutnya.

"Kau rasa aku akan mati jika tertabrak salah satu mobil itu?"

Jimin yang tengah memperhatikan lampu penyebrangan mengalihkan pandangannya pada Taehyung. Raut wajah Taehyung sangat serius saat mengucapkannya.

"Kau akan membuat pemilik mobil harus mengurus asuransi, hal itu sangat merepotkan."

Taehyung terdiam, menatap Jimin sebelum melangkah memotong jalanan yang ramai.

"Taehyung-ah! Apa yang kau lakukan?!" Jimin panik saat tubuh Taehyung berulang kali akan tertabrak mobil yang tengah melintas.

Tanpa pikir panjang Jimin mengejar langkah sahabatnya itu, tetapi Jimin terlambat, tubuh mereka berdua berhasil terhantam mobil yang melaju kencang.

Suara benturan dan pekikan para pengguna jalan mengisi siang itu.

Keduanya tersungkur, tetapi tak ada rasa takut ataupun menyesal di wajah mereka. Keduanya saling bertukar senyumman hingga kegelapan yang menggantikan.







Berambung........

Take MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang