Usapan

4.1K 207 37
                                    

Jiha hari dimulai dengan tebitnya mentari yang mengusir kegelapan. Lain halnya dengan seorang Park Jimin, harinya dimulai dengan buku yang mengusir selimut hangat yang hanya sesaat menyentuh tubuhnya.

Ia baru saja dapat tidur pukul satu dinihari dan terbangun pukul empat pagi. Setiap hari itulah keseharian yang dilakukan Jimin, sebelum tidur bukulah yang membuatnya terlelap dan ketika terbangun bukulah yang menyambutnya.

"Ah......aku harus segera menyelesaikan tugas ini." Jimin membalik kertas-kertas dihadapannya. Manik hazelnya menyusuri setiap deret angka di kertas tersebut.

Pena yang ia genggam menuliskan jawaban yang keluar dari kepalanya. Setelah selesai dengan satu tugas Jimin beralih pada tugas yang lain. Tidak hanya tugas sekolah, Jimin juga harus menyelesaikan tugas les tambahan dan contoh materi ujian masuk perguruan tinggi.

Melelahkan?

Tentusaja

"Jimin." Seseorang masuk tanpa mengetuk pintu, hal itu tentu saja membuat remaja 17 tahun itu terlonjak.

"Oh....astaga appa!" Jimin bangkit dari posisi meringkukknya diatas meja.

"Kau tidur?" Pertannyaan sang ayah membuat remaja itu kalang kabut.

Tuan Park melirik arloji di pergelangan tangannya dan kembali menatap sang putra.

"Ini sudah pukul lima bagaimana bisa kau masih ingin tidur? Ada waktu 2 jam sebelum ke sekolah, segera selesaikan tugasmu araseo?" Tuan Park mengusap kepala Jimin dan beranjak dari kamar sang putra.

"Astaga.....jantungku, kupikir appa akan marah seperi kemarin." Jimin yang sedari tadi hanya terpaku kini dapat menghembuskan napas lega.

***

Didepan sebuah pekarangan rumah, mobil dengan tulisan taxi yang tertera di atasnya berhenti sempurna dan menurunkan seorang remaja pria.

"Trimakasih paman." Pemuda itu membungkuk singkat sebelum berjalan perlahan memasuki rumahnya.

"Kurasa eomma belum bangun, baiklah Jungkook kau hanya perlu berjalan menuju kamarmu dan pergi tidur." Monolog remaja itu seraya berjalan berjingkat mewati anak tangga.

Sampai ia didepan pintu kamarnya, dibukannya perlahan dan mulai menyelinap masuk.

Hingga tiba-tiba lampu kamarnya menyala. Seluruh barang yang ia bawa jatuh berhamburan dibawah kakinya.

"Eom.....eomma?" Remaja itu tersenyum kikuk seraya mengusap tengkuknya.

"Kurasa kau sangat bersenang-senang Jeon?" Nyonja Jeon mendekati sang putra dan memungut barang yang dijatuhkan putra semata wayangnya itu.

Sebuah poster dan light stik berpindah di tangan Nyonya Jeon. Sejenak ia menghela napas dan membalikkan badannya.

"Jungkook appa lihatlah kelakuan putramu ini." Jungkook menatap sang ibu, jadi ayahnya juga ada disini?

"Apa lagi kelakuanmu hari ini eoh? Pergi sejak kemarin dan baru pulang pagi ini?" Tuan Jeon ternyata tengah duduk di kursi belajar Jungkook dan menatap putranya.

"Appa aku datang di ko......"

"Tentu saja selalu begitu, aku benar-benar tak tau harus melakukan apa lagi padanya." Nyonya Jeon memotong ucapan Jungkook dan melihat sekeliling isi kamar putranya.

Tentu saja Tuan Jeon turut mengedarkan pandangannya.

Berbagai poster, album, photo card, light stik dan berbagai pernak-pernik idol terpajang dan tertata rapi diantara figur-figur ironman.

"Lihatlah sampai kapan kau akan mengikuti para idol itu eoh?" Nyonya Jeon menghembuskan napas lelah, sementara Tuan Jeon hanya menggidikkan bahunya kala Jungkook menatap.

"Eomma, jangan berlebihan aku hanya suka pada IU. Tidak ada yang lain."

"Eomma tak peduli entah itu IU ataupun UI. Kau sudah SMA Jungkook-ah waktunya menentukan masa depanmu kau tau."

"Aku tau eomma, dan aku juga tau masa depanku......"

"IU? Kau akan mengatakan hal itu lagi? Sadarlah ia tak akan bisa membuatmu masuk universitas Seoul dan bahkan ia tak tau jika kau itu hidup Jeon Jungkook. Jadi berhenti melakukan hal bodoh itu." Nyonya Jeon meletakkan poster dan light stik putranya diatas meja dan beranjak dari ruangan itu. Ia benar-benar di buat pusing dengan tingkah remaja 16 tahun itu.

"Appa? Apakah kau membela eomma?" Jungkook mengampiri sang ayah yang masih setia duduk di kursinya.

"Entahlah?" Tuan Jeon kembali menggidikkan bahu dan membenahi letak kacamatanya.

Jungkook menekuk wajahnya, ia sadar pasti tak ada yang membelanya kali ini.

"Em....omong-omong bukankan IU mengeluarkan album baru?" Pertanyaan sang ayah membuat remaja itu menatap sang ayah dengan mata yang berbinar.

"Ne, album itu akan rilis 2 hari lagi dengan 4 versi. Ditambah dengan best albumnya selama 1 tahun ini." Jungkook menjelaskan dengan semangat, sementara Tuan Jeon hanya mengangguk sebagai respon.

"Baguslah, kalau begitu segeralah istirahat kau harus sekolah pagi ini." Tuan Jeon bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu kamar.

Sementara Jungkook menatap ayahnya penuh tanda tanya.

"Appa......" Jungkook merengek sembari menarik tangan Tuan Jeon.

"Akan appa pikirkan, jika kau berjanji tidak akan membuat eommamu marah. Kau tau appa tidak tidur semalam karena ini." Tuan Jeon mengusap kepala Jungkook dan beranjak dari kamar sang putra.

"Appa kau yang terbaik!" Jungkook tersenyum bahagia seraya mengemasi barang bawaanya.

Bersambung..........

Mohon coment semua
😄😄😄😄

Take MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang