Saling Memiliki

1.3K 159 63
                                    

"Taehyung bisa kau menjaga Jimin? aku akan menghubungi orang tuanya." Taehyung yang berdiri diambang pintu menatap sang wali kelas sesaat, sebelum ia mengagukkan kepala dan segera melangkah masuk.

Ia tak banyak mengluarkan suara, mungkin hanya sesekali ia mengumpati sahabat bodohnya itu. Petugas kesehatan membatu Pemuda Park itu melepaskan sepatu serta melonggarkan dasi dan ikat pinggang. Jimin yang terbaring dengan peluh di sekujur wajahnya semakin mengerikan dengan wajah pucat pasinya.

Taehyung sesekali ikut merintih kala melihat Jimin mengerutkan keningnya, bagaimanapun Jimin temanya rasa sakit yang Jimin alami ia juga merasakanya walaupun dengan cara yang berbeda.

"Jim, jika aku bisa aku akan membawamu pergi jauh, meninggalkan dua pria psikopat itu."

"Tae, apakau punya nomor telephon orang tua Jimin?" Wali kelas yang tiba-tiba datang membuat Taehyung segera mengalihkan pandangannya dan mengusap sudut matanya yang entah sejak kapan terasa berair.

"Apakah ada masalah Saem?" Taehyung merogoh sakunya guna mencari benda pipih yang sempat ia gunakan tadi.

"Tuan Park tak menjawab panggilannya, mungkin saja kau memiliki nomor yang lain. Ponsel Jimin juga di beri password." keluhan sang wali kelas membuat Taehyung menarik senyum, ia kembali memasukkan ponsel yang telah berada digenggaman tangannya kedalam saku.

"Kalau begitu aku yang akan mengantar Jimin pulang, apakah itu tak masalah?" Pria yang menjabat sebagai wali kelas kedua remaja itu nampak menimang-nimang.

"Saya membawa mobil, anda tak perlu khawatir." Taehyung berusaha meyakinkan wali kelasnya, ya... memang tak ada salahnya jika sang wali kelas tak dapat mempercayai Taehyung. bagaimanapun Taehyung mendapat predikat anak bermasalah di sekolah, mulai dari kasus pemukulan hingga perkelahian antar pelajar.

Walaupun semua itu terkadang tertutup dengan prestasi si remaja Kim itu yang selalu mendapat peringkat 10 besar pararel.

"Baiklah, aku juga ada kepentingan di luar. Aku akan ikut mengantar Jimin denganmu." Pria itu menarik senyum dan mendekat kerah brankar tempat Jimin berbaring, menepuk pundak siswanya beberapa kali berusaha mengatakan jika ia lebih baik pulang dan beristirahat di rumah.

"Aku dan Taehyung akan mengantarmu pulang, apakah ada seseorang dirumahmu?"

"Saem, aku baik-baik saja. Aku bisa mengikuti pembelajaran."Tolak Jimin seraya berusaha bangkit dari posisi berbaringnya.

"Demammu cukup tinggi, lebih baik kau beristirahat dan datang di esok hari dengan kondisi yang lebih baik." Kim Seokjin, si wali kelas masih berusaha berbicara pada Jimin yang ternyata tak kalah keras kepalanya seperti Taehyung.

Ah, atau mungkin karena meraka adalah sahabat mengakibatkan persamaan yang cukup signifikan.

"Jim, pulang dengan dengan cara baik atau ku seret kau dari sini!" Astaga, ucapan Taehyung yang terlalu frontal membuat Seokjin sempat membelalakkan matanya, sungguh mulut yang kurang ilmu tata krama.

"Tae.."

"Aku tak butuh rengekanmu Park, dengan persetujuanmu atau tidak aku akan membawamu pulang." Seokjin yang berada di dekat Jimin segera bergeser kala Taehyung dengan sigab mengangkat tubuh Jimin yang jauh lebih ringan darinya dan meletakkan remaja keras kepala itu di puggungnya.

Memang pada awalnya Jimin berusha mengelak, tapi percuma. Taehyung memiliki kekuatan 1000 tenaga kuda yang tak pantas di samakan dengan kekuatan Jimin, yang mungkin saja hanya sebesar daun kering bagi Taehyung.

"Hei.. Kim Taehyung perlahan, kau bisa menjatuhkan Jimin jika seperti itu." Peringatan Seokjin benar-benar seperti angin lalu yang bahkan tak memiliki pengaruh pada selembar tisu.

"Saem, kunci mobilku ada di tas. Tolong anda ambil itu, aku akan menunggu di parkiran." Berbeda lagi dengan yang kali ini, Seokjin segera mematuhi perintah remaja itu dan melesat menuju kelas.

Sekitar 10 menit Seokjin akhirnya tiba, dan menyerahkan kunci itu pada Taehyung, tak lupa ia juga membawa tas milik kedua siswa itu. Ya.... Taehyung yang menyetir mobil itu sementara Seokjin menjaga Jimin dikursi belakang. mungkin sedikit tak pantas bagi Seokjin memikirkan hal ini sekarang, tapi ia sangat terkagum dengan mobil milik Taehyung.

Ayolah, bahkan gaji setengah tahunya tak cukup untuk membeli satu unit mobil seperti ini. Sementara siswa kelas 2 Sekolah menengah atas bahkan mengendarainya menuju sekolah, hanya menelan ludah kasar dan mulai membayangkan kapan ia dapat membeli mobil seperti ini.

"Kita sampai, Seam bisa kau bantu Jimin keluar? Ia tak dapat berjalan seorang diri." mendengar hal itu Seokjin terperangah, bahkan ia belum selesai mengagumi mobil milik seorang Kim Taehyung dan sekarang ia disuguhi sebuah rumah mewah milik Park Jimin.

"Ah... ne" Seokjin mulai memapah siswanya menuju teras, baru saja ia akan mengetuk pintu dua orang pria berlari kecil kearahnya.

"Paman, Jimin sakit jadi kami mengantarnya pulang." Taehyung menyerahkan kunci mobilnya kesalah satu pria dan pria yang lain membantu Seokjin membawa Jimin masuk kedalam rumah.

"Astaga tuan muda." tak kalah hebohnya seorang wanita paruh baya juga muncul dari arah dapur seraya menepuk keningnya.

"Immo, bisa anda buatkan sup? kami akan membawa Jimin ke kamar, dan tolong telephon dokter untuk kemari." Bagaikan tuan rumah bahkan semua pegawai di rumah Jimin menuruti begitu saja perintah Taehyung.

Memang benar, Seokjin tak membuka suara sejak menginjakkan kaki di istana keluarga Park. Namun setibanya di kamar Jimin dan hanya bersisa ia dan kedua siswanya, dengan mengumpulkan keberanian Seokjin mulai menyuarakan pertanyaan yang bersarang di kepalanya.

"Jadi ini rumah Jimin?"

"Tentu saja, memangnya ini terlihat seperti panti sosial?" sangat menyakitkan jawaban Taehyung, ia seenaknya membuka suara tanpa memikirkannya.

"Maksudku, prilakumu pada para pegawai tadi......."

"Kami sahabat jadi itu tak masalah." Kali ini Seokjin mengusap tengkuknya, ia ragu mengtakanya tetapi sebagai seorang guru ia memiliki kewajiban menegur siswanya agar berperilaku lebih baik.

"Iya, aku mengerti tetapi......."

"Tetapi apa? Kami sahabat, semua milik Jimin juga milikku, kebahagiaan Jimin juga kebahagiannku, penderitaan Jimin juga penderitaanku dan semua hal itu juga berlaku sebaliknya." Tak ada jawaban dari Pria itu, pemikiran Taehyung bahkan lebih jauh dari perkiraanya.

"Apakah anda ingin yang lebih klise dari ini? Anda tak tau apapun jadi berhenti berkomentar."





Bersambung........

Take MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang