Nota

1K 132 49
                                    

"Jimin dimana pasport ku?" tiga remaja yang baru saja tiba di hotel, dihebohkan oleh Taehyung yang kebingungan mencari benda penting itu.

Tak hanya membongkar kopernya, Taehyung mulai heboh mengacak-acak isi tas Jimin dan Jungkook.

"Coba periksa saku jaketmu." Usul Jimin yang juga disetujui Jungkook.

Dan benar saja, benda itu berada di saku jaket Taehyung. Tanpa rasa bersalah karena telah membuat berantakan seluruh isi tas kedua temannya, Taehyung berlalu dan segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

"Kita akan makan apa malam ini?" Suara Taehyung kembali membuat perhatian Jungkook maupun Jimin teralihkan.

"Bagaimana jika kita makan diluar, kulihat tadi ada beberapa cafe di sekitar hotel. Kurasa beberapa kue cukup untuk makan malam." Usul Jungkook yang dibalas gelengan oleh Taehyung.

"Aku tak akan puas hanya dengan beberapa potong kue." Jimin yang mendengar penolakan Taehyung berpikir sejenak. Ia juga lapar karena belum memakan apapun dari siang tadi, hanya sebotol air mineral yang mengisi perutnya.

"Aku lelah, sebaiknya kita pesan makanan hotel saja melalui layanan kamar." Mendengar hal itu Jungkook dan Taehyung kembali berpikir. Jimin nampak lesu, dan remaja itu memilih untuk segera membaringkan tubuhnya dibanding menata barang bawaannya.

"Baiklah, kita makan di hotel saja. Besok kita baru akan berkeliling."

***

Hari pertama mereka di negara asing, tak banyak yang mereka lakukan. Pagi ini sesuai rencana mereka menikmati sarapan diluar, berkeliling beberapa kali hingga mendapat tempat yang cocok untuk menikmati sarapan.

"Hyung lihatlah! woah..... itu sangat keren." Mendengar ucapan Jungkook, Taehyung dan Jimin menghentikan langkah mereka padahal mereka baru saja akan lomba lari menuju penjual permen kapas di ujung jalan.

"Ada apa eoh?" Taehyung bertanya dengan nada jengkel, ia sudah sangat menginginkan permen kapas itu.

"Bukankah itu sangat keren?" Pandangan Taehyung dan Jimin kini mengarah pada benda yang di tunjung Jungkook. Dan hal itu tertuju pada figur ironman setinggi 3 meter di depan sebuah toko.

"Kau ingin benda itu?" Mendengar ucapan Taehyung, Jungkook mengangguk semangat.

"Tidak, aku tidak akan membelikannya." Tolak Taehyung yang membuat Jungkook menekuk wajahnya.

"Aku tak meminta hyung membelikannya, aku yang akan beli sendiri." Dengan kepercayaan tingakat tinggi Jungkook berjalan menuju toko itu.

Taehyung tak peduli dan menarik tangan Jimin menjauhi toko, kini mereka tengah menikmati permen kapas di salah sautu kirsi panjang di pinggir jalan.

"Wah..... aku sangat senang dapat menikmati hidup seperti ini." Taehyung tak henti-hentinya mengoceh berbagai hal, sementara Jimin menikmati permen kapasnya dalam diam.

Tak lama ketenangan yang dapat dirasakan Jimin dan Taehyung, Jungkook yang berjalan kearah mereka dengan wajah suramnya dan tanpa ijin menyambar permen kapas milik Jimin begitu saja.

"Apa ada masalah?" Jimin yang nampak tak keberatan saat permen kapasnya dilahab oleh Jungkook melempar pertanyaan.

"Uangku tak cukup untuk membelinya." Keluh remaja itu seraya terus melahap permen kapas Jimin.

"Sudah ku duga, lebih baik gunakan uangmu untuk membeli makanan itu akan lebih baik." Taehyung nampak tak memiliki belas  kasihan itu semakin memojokkan Jungkook.

"Tapi aku menginginkannya."

"Belajarlah untuk menyadari jika tidak semua keinginanmu akan terwujud." Ujar Taehyung seraya bangkit dari kursi, meninggalkan Jungkook dan Jimin yang masih menatapnya.

Jimin membenarkan perkataan Taehyung, tetapi mungkin akan berbeda di pemikiran Jimin. Ia merasa jika Jungkook tak seharusnya merasakan hal seperti ini, Jimin sangat mengerti bagaimana rasanya ketika keinginanmu tak dapat terpenuhi.

"Cooky, kau kembalilah ke hotel terlebih dahulu."

"Tidak, aku akan bersama hyung saja. Tae-tae hyung menakutkan."

Jimin ingin sekali menelan Jungkook jika mulai memasang wajah mengemaskannya.

"Dia tak akan memakanmu Jungkook-ah, aku ada urusan sebentar setelah itu aku akan langsung ke hotel." Jungkook benar-benar berpikir keras, mungkin saja asap akan keluar dari kepalanya.

"Baiklah." Dengan terpaksa Jungkook menyetujui hl itu dan segera beranjak meninggalkan Jimin.

Permen kapas Jimin pun turut dibawa oleh remaja Jeon itu.

Setelah Jungkook berjalan cukup jauh Jimin memutuskan untuk pergi ke toko tempat figur ironman yang sangat di inginkan Jungkook.

Toko itu tak cukup ramai, tetapi barang di dalamnya begitu berfariasi. Banyak hal menarik di dalam toko itu, sayang sekali mereka tak menjual ice cream, Jimin ingin makan ice cream saat ini.

"Permisi saya ingin membeli figur ironman di depan, berapa harganya?" Jimin mengutarakan tujuannya pada seorang pegawai di depan meja kasir.

"Ah.... bentuk seperti apa yang anda inginkan?" Tanya wanita itu kembali sembari melempar senyuman.

"Apakah bentuk mereka berbeda-beda? Kurasa sama saja." Mengapa Jimin harus di hadapkan dalam situasi membingungkan ini.

"Ironman memiliki beberapa versi kostum dan bentuk, di depan adalah versi pertama dan ada sekitar 20 versi kostum. Jadi versi berapa yang anda inginkan?"

Jimin meneguk ludahnya kasar, ia sungguh tak mengerti. Kostum seperti apa yang akan manusia besi itu gunakan, Jimin rasa penciptanya terlalu banyak mode. Mengapa ini terasa lebih sulit dibanding tes level.

"Ah..... berikan versi terbaru, dengan ukuran yang sama seperti yang ada di depan. Dan tolong berikan satu figur setiap versi dengan ukuran kecil." Ini keputusan yang paling baik, dari pada terlalu banyak berpikir.

"Baiklah, untuk ukuran kecil anda menginginkan dengan skala berapa?"

Astaga, cobaan apa lagi ini? Skala seperti apa lagi?

"Astaga..... aku..... tidak tau........" Jimin yang tadinya akan mengajukan keluhan mendengar suara yang tak asing di telinganya.

"Aish...... aku hanya ingin membeli ironman bukan kostumnya!!" Taehyung berada tak jauh dari posisinya tengah berdebat dengan pelayan toko lainya.

"Tae.....?"

Mendengar ada yang menyebut namanya, remaja Kim itu memgalihkan pandangannya dan mendapati Jimin berada di sampingnya.

"Jimin-ah? Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku.... membeli ironman." Jimin berujar canggung seraya mengusap tengkuknya.

Tak jauh berbeda, Taehyung juga merasa canggung dan segera meletakkan figur ironman di tangannya ke atas meja.

Kedua remaja itu saling membalikkan badan dan mulai mengurus pembelian mereka.

Setelah perdebatan panjang akhirnya kedua sahabat itu keluat toko seraya menggenggan nota.

Nominal di nota itu tak main-main, bahkan sepertinya mereka mulai menyesali perbuatannya.

"Kurasa aku sudah gila." Taehyung meremas nota belanjanya dan memasukkan kertas itu kedalam saku jaketnya dengan tangan kanan yang penuh dengan kantong belanja.

"Bagaimana bisa ku habiskan 830 US dolar untuk bocah tengik itu." Lanjut Taehyung sembari menatap Jimin yang kesulitan membawa belanjaannya.

"Yak.... Jimin-ah, berapa uang yang kau keluarkan? Kita harus mengingatnya dan meminta bocah itu menggantinya nanti."

"Kurasa aku yang lebih gila, menurutmu 900 US dolar nominal yang kecil? Dan sekarang aku kesulitan membawa semua ini."

Taehyung menarik senyum kecil sembari menepuk pundak sahabatnya itu.

"Tak, apa. Aku sudah menyiapkan tempat untuk kita bertani nanti di Daegu, jangan khawatir Jimin-ah. Kau bisa menjual jagung atau ubi rebus nanti jika Tuan Park bangkrut."

"Jinnja? Baguslah kalau begitu, tapi apa yang akan kita makan malam ini?"








Bersambung............

Take MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang