Gagal Pergi

1K 113 23
                                    

Desir laut yang melelapkan seorang remaja, tubuhnya terbaring di hamparan pasir pantai yang terasa mulai hangat sebab sinar mentari. Kelopak matanya perlahan terbuka, tatapn dingin nan tajam itu seakan menantang langit biru diatasnya.

Ombak kian mendekati kakinya, remaja itu bangkit dan berlari menuju tengah laut. beberapa kali menenggelamkan tubuhnya dan kembali berenang ke tepian dengan tubuh basah kuyup.

Langkah panjangnya membawa tubuh basah itu menuju sepeda motor yang terparkir di tepi pantai, ia raih sebuah ponsel dari sana guna memastikan waktu, ia tak ingin pergi dari sini namun perut yang keroncongan memaksanya untuk beranjak.

"Aku akan ke rumah dan mengambil baju ganti." Gumam remaja itu pelan dengan kembali menaiki motornya.

Rumah kayu dengan halaman luas begitu mirip rumah tradisional adalah tujuannya. Hamparan taman yang luas beserta bunga yang terawat dengan begitu baik Taehyung si remaja itu merogoh saku celananya sebuah kunci ia gunakan untuk membuka pintu itu.

Ruangan luas di dalamnya tersa begitu menenangkan, Taehyung beranjak menuju salah satu kamar, ia buka almari disana guna mencari pakaian ganti. Sejenak Taehyung membaringkan tubuhnya di atas ranjang setelah mengganti pakaiannya, menatap langit-langit ruangan itu dengan helaan napas berat.

"Kupikir aku bisa tinggal bersama Jimin disini? Melarikan diri dari orang tua yang begitu mengekang. Mengapa kau begitu bodoh Taehyung-ah, hanya kau yang berpikir jika Jimin itu sahabatmu." Taehyung bangkit dari posisinya, kembali meninggalkan rumah untuk mencari makanan guna mengisi perut.

Beberapa warga disana sudah mengenal Taehyung, mereka bahkan menjaga domba-domba yang Taehyung beli sebelumnya, tak luput juga Taehyung meminta mereka menjaga kebersihan rumah tentunya semua itu tidak gratis.

Kedai mie di ujung jalan menarik perhatian Taehyung, aroma kaldu yang begitu harum membuat perutnya semakin keroncongan. Sembari menanti pesanannya Taehyung membuka situs perlombaan Taekwondo, ia masih berkeinginan kuat untuk memenangkan kompetisi itu.

"Setidaknya ada hal yang kulakukan sebelum semuanya berakhir." Taehyung memperhatikan tanggal yang tertera di sana, hari itu bertepatan dengan ujian masuk perguruan tinggi. Sejenak Taehyung terdiam, senyum mulai terukir dibibirnya perlahan.

"Siapa peduli, setelah kompetisi selesai. Kupastikan untuk meloncat ke laut, untuk apa aku peduli dengan ujian itu."

Ponsel pintar yang Taehyung letakkan di atas meja berdering sesaat, pesan masuk rupannya membuat benda itu bergetar. Tak ingin peduli sebab semangkuk mie hangat tersaji dihadapannya, rasa lepar lebih mengendalikan Taehyung saat ini.

"Nak, apakah kau ingin beberapa acar?"

Wanita paruh baya pemilik kedai itu menghampiri Taehyung seraya menunjukkan semangkuk penuh acar, acar yang baru masak begitu menggoda di mata Taehyung, tanpa basa-basi ia segera mengangguk dan tersenyum ramah.

"Makanlah yang banyak, kau bisa tambah tanpa perlu membayar."

"Tidak immo saya baik-baik saja dengan ini. Terimakasih tawaran anda, acarnya sangat enak." Senyuman Taehyung medapat balasan dari pemilik kedai, wanita itu begitu mengenal Taehyung yang juga sering datang ke kedainya.

"Kalau begitu aku akan memberikan pangsit secara gratis."

***

"Jungkook, mau kemana kau sebelum menghabiskan makan siangmu?" Nyonya penguasa rumah itu mulai berkacak pinggang, tanpa memperdulikan sisa makanan di mangkuknya sang putra beranjak pergi begitu saja.

"Eomma, aku harus keluar sebentar. Ini sangat penting di antara hidup dan mati!" Jungkook tak lagi memperdulikan teriakan sang ibu, ia meluncur keluar rumah dan berlari menuju halte bus.

Take MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang