Kita Sama

1.3K 157 42
                                    

"Oh.... Taehyung, mari masuk!" Remaja Kim itu menarik senyum dan membungkuk sopan pada wanita dihadapannya.

"Jungkook sedang sarapan, ayo bergabung dengan kami."

"Ah.... ne." Langkah ringan Taehyung mengikuti Nyonya Jeon yang menuju ruang makan keluarga kecil tersebut.

"Tae-tae hyung?" Jungkook berseru dan bangkit dari kursinya, dengan tangan yang masih menggenggam sumpit.

"Jeon, duduk yang benar saat makan!" Suara berat sang ayah membuat remaja itu kembali menarik kursinya cepat.

"Kemarilah dan sarapan bersama kami." Tawar Tuan Jeon ramah sembari menyodorkan mangkuk kearah Taehyung.

"Tidak perlu paman, aku kemari untuk memberikan barang pada Jungkook." Kini Taehyung mengangkat paperbag yang ia bawa dan menyodorkan pada pangeran keluarga Jeon itu.

"Apa ini?" Jungkook yang menerima benda itu mengernyitkan keningnya dan mulai mengintip bagian dalam paperbag.

"Woah....... jinja...... hyung.....!! Ahh..... ini sangat hebat..." dengan rasa bangga Jungkook mengangkat tinggi kotak ironman edisi terbatas itu.

"Nak Taehyung bukankah ini berlebihan?" Nyonya Jeon mendekati remaja itu sembari menepuk pelan bahu bidang Taehyung.

"Berapa harganya aku akan menggantinya." Kali ini Tuan Jeon ikut membuka suara, lain halnya dengan Jungkook yang masih mengagumi manusia besi itu.

"Ah..... tidak perlu paman, ini juga salahku karena kemarin terlambat tiba di toko mainan. Anggap saja ini sebagai permintaan maaf karena membuat Jungkook menangis kemarin." Senyum tulus yang diberikan Taehyung benar-benar membuat Tuan dan Nyonya Jeon berpikir keras.

"Tetap saja, ini barang mahal. Aku tak bisa menerimanya begitu saja." Tangan Tuan Jeon yang terulur dan menarik kotak ironman dari rengkuhan sang putra sukses membuat kedua remaja beda usia itu terkejut.

"Paman, jangan seperti itu." Taehyung mulai kikuk dan Jungkook dengan wajah masamnya menatap sang kepala keluarga itu.

"Aku tak bisa menerimanya, maaf." Otak Taehyung bekerja cepat dan segera menarik kursi dan duduk diatasnya.

"Baikalah jika paman memaksa, paman bisa menggantinya dengan membiarkanku sarapan di sini selama 1 minggu. Apa itu impas?" Tuan Jeon menghela napas dan menyodorkan semangkuk sup kearah remaja itu.

"Baiklah, kau bahkan bisa makan malam bersama kami." Baik Jungkook dan Taehyung sama-sama tersenyum.

Kedua remaja itu ia begitu senang karena mendapat hal yang begitu mereka inginkan.

Ironman untuk Jungkook dan sarapan keluarga yang sangat Taehyung impikan.

***

"Ingat sepulang sekolah nanti segera temui Namjoon untuk melakukan tes level." Jimin yang baru saja meraih tas sekolahnya di atas meja menatap sang ayah yang sudah siap dengan setelan jasnya.

"Ne.. appa."

"Aku akan pergi ke kantor, belajarlah degan giat." Tanpa menunggu balasan sang putra Tuan Park terlebih dulu meninggalkan ambang pintu.

Jimin lelah, ia sangat lelah. Hanya 2 jam ia dapat tertidur itupun dengan meringkuk di atas meja belajarnya. Ia ingat betul sang ayah yang menunggunya hingga terbangun, ingin sekali Jimin dapat tidur lebih lama.

Tetapi kata-kata sang ayah yang selalu menghantuinya membuat Jimin semakin tak dapat tidur lelap.
'Jika kau terus saja tertidur bagaimana kau bisa maju.'

"Tuan muda, mari sarapan." Wanita paruh baya menghampiri Tuan mudanya dengan senyum mengembang.

"Aku akan terlambat ke perpustakaan nanti aku akan sarapan di sekolah." Jimin menarik kotak bekal di atas meja dan segera berlari kecil meninggalkan kediaman keluarga Park.

"Aigoo.... semoga tuan muda selalu sehat."

Entah mengapa hari ini Jimin merasa tubuhnya sangat lemas, setibanya di sekolah ia lebih memilih meringkuk di mejanya hingga Taehyung tiba.

"Aku akan membelikanmu minum, makanlah bekalmu agar tidak lemas." Taehyung yang baru saja tiba di buat panik karena Jimin yang tak bergerak sedikitpun dari posisi meringkuknya.

Sekitar 5 menit Taehyung kembali dengan membawa sebotol air mineral.

"Kita ke ruang kesehatan saja, lihatlah dirimu." Taehyung mendudukkan tubuhnya di samping Jimin.

"Aku baik-baik saja, mungkin karena aku belum sarapan pagi ini."

"Berapa lama kau tidur malam tadi?"

Jimin tak kunjung menjawab ia masih sibuk meneguk air mineralnya.

"Sekitar 2 jam mungkin."

"Dasar gila! Kuantar kau ke ruang kesehatan sekarang."

"Sebentar lagi kelas di mulai duduklah dengan tenang." Jimin mengemasi kotak bekalnya dan mulai mengeluarkan banyak buku tebal dari dalam tas nya.

"Terserah padamu, aku tak peduli walaupun kau mati sekali pun!" Taehyung bangkit dari kursinya dan berjalan keluar kelas.

Taehyung marah pada Jimin.

***

"Aku tak bisa datang hari ini, semalam appa marah dan jika ia tau aku pergi ke tempat latihan hari ini, mungkin ia bisa menutup tempat latihan."

"......"

"Ne hyung, aku pasti datang besok."

Taehyung menutup panggilan telephonnya dan memasukkan benda pipih itu ke saku almamaternya.

Mungkin sebagian orang bertanya mengapa Tuan Kim begitu suka memukul putranya sendiri.

Alasannya adalah karena ia benci jika Taehyung mengikuti taekwondo.

Mungkin terdengar tak masuk akal tetapi pastinya Tuan Kim memiliki alasan yang kuat untuk itu.

Taehyung baru saja akan beranjak dari lapangan saat netranya menangkap keberadaan Jimin yang di gendong oleh salah seorang guru.

"Jimin?" Seperti orang kesetanan remaja itu berlari mengikuti langkah sang guru menuju ruang kesehatan.

Jimin tak sadarkan diri dengan wajah pucat dipenuhi peluh.

"Kau benar-benar gila Park Jimin!" Umpat Taehyung di depan ruang kesehatan.




Bersambung...........

Take MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang