Perjanjian

1.2K 143 20
                                    

Seorang remaja dengan wajah takutnya menatap sang ayah yang tengah berdiri di samping ranjangnya masih dengan setelan kemejanya. Tak ada niat sedikitpun menarik senyum untuk sang putra, tatapan tajam itu tak beralih beberapa detik hingga pria itu membuka suara.

"Sudah lebih baik?" Hanya anggukan singkat yang diberikan, pria itu tentu saja kurang puas dengan jawaban sang putra.

"Jawab dengan benar Park Jimin!"

"Ne, aku merasa lebih baik." Jimin si remaja itu menunduk dalam sembari memainkan ujung selimutnya seraya menggigit bibir bawahnya.

Ia begitu takut jikalau sang ayah akan murka, tapi demi apapun Jimin tak tau jika akan jatuh sakit hari ini. Salahkan saja demam yang tanpa ijin itu tiba menyerang tubuh Jimin.

"Istirahatlah, appa akan bicara pada Namjoon. Dokter Min akan segera tiba untuk melepas infusnya."

Sedikit napas lega dapat Jimin hembuskan, netranya menatap langkah sang ayah yang kian menjauh. Ada rasa senang terbesit di hatinya karena dapat tidur malam ini, namun munkin tidak lagi untuk esok hari.

"Apa yang kau pikirkan eoh?" Jimin mengalihkan pandangannya kearah pintu sembari menarik senyum, Yoongi ada di sana sembari membawa tas yang tergantung di bahu kananya.

"Tidak ada." Senyuman Yoongi membuat senyum di bibir Jimin perlahan pudar, tentu saja Yoongi menyadari hal itu. Namun ia cukup menyimpan pikiran itu dikepalanya dan mulai melepas jarum yang menembus kulit punggung tangan remaja itu.

"Aku bicara pada Tuan Park jika kau akan ke rumah sakit besok sepulang sekolah."

"Tapi, appa mengatakan padaku untuk mengikuti tes level besok." Jimin meremas selimutnya erat, dengan netra yang bergerak tak tenang.

"Namjoon sedang mengurus sisanya."

Hening beberapa saat, Yoongi sibuk dengan kegiatannta dan Jimin yang masih berperang dengan pikirannya sendiri. Membayangkan sang yah akan menolak mentah-mentah permintaan Namjoon.

"Tuan Park setuju." Suara pintu terbuka dengan seorang pria disana, mengangkat map yang ia bawa dan tersenyum begitu lebar.

"Jinnja?!" Jimin yang tadinya dalam posisi berbaring segera bangkit dan merangkak mendekati pinggir ranjang. Sungguh keajaiban seperti apa yang menghampirinya hari ini.

"Hei, bocah kau terlihat sangat senang eoh?" Yoongi menatap gemas remaja itu sembari membereskan infus yang baru saja Jimin gunakan.

"Eum... apakah aku bisa bertemu monica hyung?" Tanya Jimin dengan penuh harap, Yoongi nampak berpikir sesaat dan mulai menganggukkan kepala.

"Ya, setelah kau menjalani pemeriksaan." Ok, takmasalah dengan semua itu asalkan ia dapat bertemu kekasihnya setelah itu.

Jika ada yang bertanya siapa orang yang paling bahagia saat ini, dengan semagat Jimin akan mengangkat tangannya setinggi mungkin.

Astaga, Jimin sungguh tak sabar menanti hari berganti.

***

"Appa." Suara rengekan sudah mengisi acara sarapan pagi di kediaman keluarga Jeon, jangan lewatkan pula Taehyung yang juga menyantap sarapannya merasa mual mendengar suara Jungkook.

Kelinci bulat itu tak ada habisnya merengek dan berhelayut di lengan sang ayah.

"Duduk dan makan dengan tenang." Tuan Jeon yang mulai risih mendorong pelan genggaman tangan sang putra.

"Taehyung ayo tambah lagi supnya." Beralih pada Taehyung Tuan Jeon menyodorkan semangkuk sup daging kearah remaja yang tengah melahap makananya dalam diam.

Take MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang